Dana Asing Kembali Masuk, Bos BI Optimistis Rupiah Stabil

Gubernur BI, Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan lebih stabil pada 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jan 2019, 22:08 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2019, 22:08 WIB
Menkeu Sri Mulyani Raker Dengan Komisi XI Bahas Perekonomian 2019
Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengikuti rapat kerja bersama Komisi XI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/1). Rapat kerja beragendakan membahas perekonomian tahun 2019.( Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan lebih stabil pada 2019.

Salah satu yang membuat rupiah lebih stabil adalah mulai kembalinya modal asing ke Indonesia.

"Masuknya modal asing akan mendorong rupiah stabil di tahun ini. Tahun lalu rupiah terdepresiasi di sekitar 5,8 persen di level Rp 14.100," kata Perry, di Ruang Rapat Komisi XI DPR RI, Jakarta, Rabu (16/1/2019).

Selain itu, kondisi ekonomi domestik juga akan mendukung stabilitas rupiah. Salah satunya defisit transaksi berjalan yang diprediksi lebih rendah.

"Pasar valas dalam negeri semakin berkembang, spot, swap, dan berlakunya DNDF (Domestic Non Delivery Forward) akan semakin mendukung stabilitas nilai tukar," paparnya.

Dia menegaskan, Bank Indonesia pun akan terus menjaga perkembangan mata uang garuda pada 2019.

BI pun masih punya amunisi yang cukup dari sisi cadangan devisa sebesar USD 120,7 miliar pada Desember 2018 atau lebih tinggi dibandingkan posisi pada November 2018 sebesar USD 117,2 miliar.

"Itu setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan devisa kami jauh lebih dari mencukupi," ujar Perry.

Selain masuknya modal asing dan kondisi perekonomian domestik, kata dia, stabilitas nilai tukar rupiah juga akan terjaga karena kebijakan Bank Sentral AS atau The Fed yang akan lebih jinak dalam menaikkan suku bunga acuannya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Sentimen Brexit Halangi Penguatan Rupiah

20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan hari ini. Sentimen dari luar negeri menekan gerak rupiah. 

Mengutip Bloomberg, Rabu 16 Januari 2019, rupiah dibuka di angka 14.130 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.090 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.110 per dolar AS hingga 14.156 per dolar AS. jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih mampu menguat 1,79 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.154 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.084 per dolar AS.

Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada mengatakan, pergerakan rupiahcenderung tertahan di tengah sentimen dari eksternal mengenai penolakan parlemen Inggris terhadap kesepakatan Brexit pada Selasa waktu setempat.

"Situasi itu memicu pelaku pasar berhati-hati dalam menentukan arah investasinya di pasar negara berkembang, seperti Indonesia," katanya dikutip dari Antara.

Ia mengharapkan dengan fundamental ekonomi nasional yang kondusif dapat mengeliminasi kekhawatiran pasar terhadap Indonesia.

"Fundamental perekonomian dalam negeri cukup kondusif, itu dapat memberikan kepercayaan pasar sehingga peluang rupiah menguat cukup terbuka," katanya.

Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova menambahkan apresiasi dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah relatif terbatas dikarenakan faktor penutupan pemerintah.

"Penutupan pemerintah di AS masih berlangsung, itu akan menghambat perekonomian yang dapat memicu aset denominasi dolar AS menjadi kurang menarik," katanya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya