Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali menaikan suku bunga acuan pada tahun ini. Namun kenaikan pada tahun ini tidak akan sebanyak pada tahun lalu. Sepanjang 2018, BI telah menaikan suku bunga acuan sebanyak enam kali.
Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Tjandra Lienandjaja mengatakan, BI kemungkinan hanya akan menaikan suku bunga acuan sekali saja pada tahun ini. Itu lantaran ekonomi RI yang menurutnya cukup stabil di 2019.
"Jadi kita memang expect satu kali lagi kenaikan BI rate tahun ini, tapi setidaknya sudah mulai stabil dan orang udah bisa masuki sektor tertentu dalam hal ini di tahun 2019," imbuhnya di Jakarta, Senin (21/1/2019).
Advertisement
Baca Juga
Tak hanya itu, ia menjelaskan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga diperkirakan masih akan berada dalam rentang yang terjaga, yakni di level Rp 14 ribu per dolar AS.
"Sekitar Rp 14.00 untuk rupiah. Exact-nya kami masih menghitung karena minggu depan kami akan rilis report mengenai outlook 2019 di publikasi kami," ujarnya.
Ia menambahkan, investor asing masih tetap akan optimistis dengan situasi pasar di Indonesia. Sektor pariwisata daj manufaktor dinilai bakal menopang pertumbuhan ekonomi RI di tahun ini.
"Investor asing masih tetap masuk ya, seperti sekarang ini masih banyak yang masuk. Untuk akhir tahun pun mereka akan masuk ke sektor-sektor tertentu. Jadi nanti akan kita review per kuartal," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Tahan Bunga Acuan di Level 6 Persen
Untuk diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung pada 16-17 Januari 2019 memutuskan untuk menahan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan pada angka 6 persen. BI juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5,25 persen dan Lending Facility 6,75 persen.
"Rapat Dewan Gubernur BI pada 16-17 Januari 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day repo" ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Kantor BI, Jakarta, Kamis (17/1/2019).Â
BACA JUGA
Perry menjelaskan keputusan tersebut sejalan dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) ke dalam batas yang aman. "Dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik," ujarnya.
Bank Indonesia juga terus menempuh strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas, baik di pasar rupiah maupun pasar valas (valuta asing) sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan.
"Ke depan, BI akan terus mengoptimalkan bauran kebijakan dan memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat pertahanan eksternal termasuk untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga turun menuju ke kisaran 2,5 persen terhadap PDB pada tahun 2019," tutupnya.
Advertisement