Bos Bappenas Sebut Ekonomi Digital Dapat Capai USD 130 Miliar pada 2020

Perkembangan ekonomi digital di Indonesia juga tidak lepas kaitan dengan pertumbuhan e-commerce hingga financial technology (fintech).

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jan 2019, 14:28 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2019, 14:28 WIB
Indonesia Development Forum (IDF) 2018
Menteri PPN / Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro memberikan sambutan pada Indonesia Development Forum (IDF) 2018 di Jakarta, Selasa (10/7). IDF 2018 mengusung tema sejalan dengan agenda Nawa Cita Presiden Jokowi. (Liputan6.com/HO/Bappenas)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Bambang Bordjonegoro menyebut teknologi digital berdampak besar bagi sektor ekonomi.

Bahkan, dirinya memperkirakan pertumbuhan sektor tersebut dapat mencapai USD 130 miliar pada 2020.

"Digital ekonomi di Indonesia hingga hari ini membuat digital ekonomi berpotensi sampai UDD 130 miliar di 2020 atau setara dengan Rp 1.700 triliun,” kata dia saat ditemui di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Bambang optimistis, pertumbuhan tersebut dapat mencapai USD 130 miliar. Mengingat perkembangan ekonomi digital dari tahun ke tahun selalu meningkat.

Misalnya saja pada 2013 disebutkan hanya berkisar USD 8 miliar atau Rp 104 trilliun, meningkat signifikan pada 2016 mencapai USD 20 miliar atau Rp 261 triliun. 

Kemudian, berdasarkan data analisis Ernst and Young, pertumbuhan nilai penjualan bisnis online di tanah air setiap tahun terus meningkat sebesar 40 persen.

Sebab, ada penambahan sekitar 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna perangkat telepon pintar di Indonesia. 

"Pemerintah Indonesia ingin menempatkan Indonesia sebagai Negara Digital Economy terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020," lanjutnya. 

Bambang menambahkan, perkembangan ekonomi digital di Indonesia juga tidak lepas kaitannya dengan pertumbuhan e-commerce hingga financial technology (fintech) yang jadi andalan penggerak ekonomi masyarakat. 

Oleh sebab itu, Bambang menekankan perkembangan ekonomi digital masih perlu ditunjang dengan berbagai kesiapan mulai dari SDM hingga pengelolaan data. 

"Bappenas mengambil manfaat digital data, akomodasi statistik data, dan lebih pay attention di sosial media seperti Twitter, FB and lainnya,” pungkas dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Jokowi: Ekonomi Digital Sumbang 8,5 Persen ke PDB Indonesia

Jokowi Bicara Perkembangan Fintech di IMF-Bank Dunia 2018
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Menkeu Sri Mulyani (kiri) dan Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim (kanan) dalam Bali Fintech Agenda IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi mengaku kagum dengan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Dengan bonus demografi yang dimiliki saat ini, Jokowi yakin ekonomi digital Indonesia akan tumbuh semakin pesat.

Disampaikannya dalam BTN Digital Start Up Connect 2018 di Balai Kartini, Jokowi menyampaikan pada 2017 ekonomi digital di Indonesia menyumbang 7,3 persen pada PDB Indonesia. Padahal pertumbuhan ekonomi RI pada 2017 sebesar 5,1 persen.

"Ini besar sekali, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional itu sendiri. Artinya ekonomi digital punya pertumbuhan besar dan juga peluang besar," ucap Jokowi, Jumat 7 Desember 2018.

Dijelaskannya, saat ini pemerintah terus mendorong lahirnya berbagai startup demi menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di ASEAN. Bahkan beberapa perusahaan Indonesia kini sudah memiliki pasar terbesar di ASEAN, sebut saja Traveloka, Bukalapak, Tokopedia dan Go-Jek.

Bahkan untuk mengawal tumbuhnya banyak startup, pemerintah mampu menghadirkan Plug and Play ke Indonesia. Selain itu, saat ini banyak perusahaan perbankan yang membina startupbaru ini.

"Tahun ini diproyeksikan ekonomi digital akan memiliki kontribusi 8,5 persen ke PDB, besar ini. Dan alhamdulillah lompatan kemajuan saya lihat di sosiopreneur luar biasa," ujar Jokowi.

Selain pengembangan ekonomi digital, Jokowi juga meminta kepada Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk mensinergikan antara perkembangan industri kreatif offline dengan yang online.

Seperti dicontohkan, industri krearif offline masih harus dilakukan pembinaan demi mendapatkan branding dan pengemasan produk yang lebih bagus. Dengan demikian nanti akan difasilitasi secara online dalam hal pemasarannya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya