Liputan6.com, Davos - Pendiri Alibaba Jack Ma turut mengadiri acara Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Di ajang itu, Jack Ma berbagi seleranya tentang pegawai yang ia cari.
Pilihan Jack Ma adalah pegawai yang pintar, bahkan yang lebih pintar dari dirinya. Ia pun menjelaskan bedanya mengatur pegawai pintar dan bodoh.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip situs resmi World Economic Forum, bos Alibaba ini percaya mengatur pegawai yang pintar haruslah dengan nilai (value) dan budaya ketimbang mengandalkan aturan semata. Sistem yang menganut nilai bisa memberikan pegawai dorongan lebih kuat pelaksanaan tugas.Â
"Untuk mengelola orang-orang pintar, kamu harus memakai budaya, sistem nilai, (karena) mereka percaya apa yang mereka kerjakan. Jika kamu hanya menggunakan aturan dan hukum dan dokumen untuk mengendalikan, itulah cara mengendalikan orang-orang bodoh," tegasnya.
Mantan guru Bahasa Inggris ini juga menjadikan kepintaran sebagai syarat yang ia sukai. Malah, ia ingin pegawai yang lebih pintar darinya.
"Ketika saya mempekerjakan orang, saya pekerjakan mereka yang lebih pintar dari saya. Orang-orang yang pada empat, lima tahun kelak dapat menjadi bos saya," ucap sang pendiri Alibaba.
"Saya menyukai orang-orang yang positif dan pantang menyerah," imbuhnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bos Alibaba: Perang Dagang adalah Hal Paling Bodoh di Dunia
Pendiri Alibaba Jack Ma sekali lagi mengecam terjadinya perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS). Dia menegaskan, adu tarif yang terjadi sebagai "sesuatu paling bodoh di dunia."
Melansir Investing.com, komentar itu diucapkannya di China International Import Expo (CIIE) atau Ajang Internasional Impor China di Shanghai. Ini bukan yang pertama kali Jack Ma mengungkapkan kekesalannya pada perang dagang.Â
Sebelumnya, ia memperkirakan perang dagang akan berlangsung selama 20 tahun. "Ini (perang dagang) akan berantakan. Ini bukan sebuah perang dagang, ini adalah kompetisi antar dua negara," ucapnya September lalu.
Masih di ajang CIIE, Presiden China Xi Jinping turut hadir dan menyuarakan dukungannya pada perdagangan bebas. Menariknya, retorika yang dipakai Ketua Partai Komunis China ini berlawanan dengan Presiden AS Donald Trump yang mulai anti terhadap globalisme.
"Multilateralisme dan sistem perdagangan bebas tengah diserang, banyak faktor ketidakstabilan dan ketidakpastian, dan risiko dan rintangan bertambah," terang Xi seraya mendorong perdagangan bebas.
Perang dagang terus dilakukan AS dan China dengan berlomba-lomba menaikkan tarif impor. Presiden AS Donald Trump telah mengenakan tarif pada lebih barang impor China senilai USD 250 miliar yang masuk ke negaranya.
Sejak kampanye presiden, Trump kerap mengeluhkan praktik dagang China yang tidak adil dan merugikan hak kekayaan intelektual produk AS. Namun demikian, Sabtu lalu Trump mengaku telah kembali berkomunikasi dengan Xi Jinping.
Belum jelas apa yang Trump dan Xi bicarakan. Yang jelas, Trump berkata mereka akan bertemu pada acara G-20 di Argentina yang dimulai 30 November mendatang.
Â
Advertisement