Liputan6.com, Jakarta - Holding Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) ‎Pertambangan akan membangun empat proyek hilirisasi pertambangan mineral dan batu bara (minerba) pada tahun ini. Pembangunan tersebut merupakan upaya meningkatkan nilai tambah.
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan,‎ pada tahun ini Inalum akan fokus pada pengerjaan empat proyek hilirisasi. Inalum merupakan Holding BUMN Pertambangan.
Proyek pertama adalah pembangunan pengolahan bauksit menjadi alumina bersama PT Aneka Tambang Tbk di Kalimantan Barat, dengan kapasitas ‎1 juta ton per tahun dengan nilai investasi USD 250 juta.
Advertisement
Baca Juga
"Kita akan produksi alumina, banyak bauksit di kalimantan, tahun ini bangun, feasibility study sudah, tinggal pembangunan," kata Budi, di Jakarta, Jumat (2/2/2019).
Proyek kedua adalah pembangunan pengolahan batu bara menjadi gas dan produk turunan lainnya yang akan dilakukan PT Bukit Asam Tbk di Riau.
Proyek tersebut akan menghasilkan gasifikasi batu bara dimethyl ether (DME‎),‎ sebagai pengganti bahan baku Liqufied Petroleum Gas (LPG). Sehingga dapat menekan impor bahan baku LPG sebesar 5 juta ton per tahun.
"‎DME dari lokal dari coal kita bisa kurangi impor. Kurangi CAD dan bantu currency. LPG coal secara logika lebih murah dari gas," tuturnya.
‎
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Proyek Lainnya
Budi melanjutkan, dua proyek hilirisasi berikutnya adalah pembangunan faslitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) tembaga yang akan dilakukan oleh PT Freeport Indonesia, serta penjajakan pengolahan nikel menjadi bahan utama yang dapat digunakan oleh industri baterai.‎
"High Pressure Acid Leaching, nickel ore bisa stainless steel saja, dalam 5 tahun terakhir nikel bahan baku utama untuk baterai," tandasnya.
Advertisement