Investasi Melambat pada 2018 Imbas Rupiah Tertekan

Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan investasi dan ekspor pada 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Feb 2019, 18:37 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2019, 18:37 WIB
20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Realisasi investasi diakui cukup mengecewakan pada 2018. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan, pertumbuhan investasi melambat dari 10 persen pada 2017 dan hanya menjadi empat persen pada 2018. 

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, beberapa faktor yang menyebabkan investasi melambat pada 2018.

"Macam-macam, tapi saya lihat juga mungkin biasanya pengaruh dari tahun politik," kata dia, saat ditemui, di Kemenko Maritim, Jakarta, Rabu (6/2/2019).

Selain tahun politik, kata Bambang, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi juga turut memengaruhi kinerja investasi pada  2018.

"Tapi juga mungkin pengaruh dari nilai tukar kemarin. Investasi itu termasuk di dalamnya investasi portofolio juga. Dan itu yang barangkali ikut berpengaruh, selain investasi sektor riil,"ungkap dia.

Sementara untuk investasi di sektor riil, Bambang mengakui memang masih rendah terutama investasi di sektor yang menciptakan nilai tambah.

"Investasi sektor riil yang mungkin masih kurang adalah investasi yang menciptakan nilai tambah baik di manufaktur maupun jasa," tutur dia.

Oleh karena itu, kata dia, Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan investasi dan ekspor pada  2019. Hal tersebut diharapkan dapat berdampak pada perbaikan kinerja investasi dan pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dipatok sebesar 5,3 persen pada 2019.

"Kita akan fokus pada investasi dan yang paling penting ekpor. Kita hitungan potensinya 5,3 persen pada periode ini," ujar dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Realisasi Investasi 2018 Tak Capai Target

20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat total realisasi investasi sepanjang 2018 sebesar Rp 721,3 triliun atau meningkat sebesar 4,1 persen dibandingkan 2017.

Meskipun demikian, Kepala BKPM, Thomas Lembong mengakui bahwa angka ini dari target investasi yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Realisasi tahun 2018 hanya sebesar 94,3 persen dari target Rp 765 triliun.

"Di tahun fiskal 2018 kita tidak berhasil mencapai target. Jadi 94 persen dari target realisasi final 2018," kata dia dalam konferensi pers, di kantor BKPM, Jakarta, Rabu 30 Januari 2019.

Dia menyampaikan, total realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada periode 2018 mencapai Rp 328,6 triliun, meningkat 25,3 persen dibandingkan 2017 sebesar Rp 262,3 triliun.

Sementara total realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) 2018 adalah Rp 392,7 triliun, atau turun 8,8 persen dibandingkan realisasi investasi PMA 2017 sebesar Rp 430,5 triliun.

"Realisasi 2018 ini merupakan cerminan dari upaya tahun sebelumnya. Kurangnya eksekusi implementasi kebijakan pada tahun lalu berimbas pada perlambatan investasi di tahun ini, di samping adanya hambatan dari faktor eksternal," kata dia. 

Selain itu, mantan Menteri Perdagangan ini mengakui bahwa transisi perizinan ke sistem Online Single Submission (OSS) pun cukup memengaruhi tren perlambatan investasi pada tahun ini.

"Namun, kami percaya bahwa realisasi investasi selanjutnya akan meningkat dengan adanya pembenahan sistem OSS dan kebijakan pro investasi yang lebih nendang dari tahun sebelumnya,” tandasnya.

Selama tahun 2018 realisasi investasi di Jawa sebesar Rp 405,4 trilliun, meningkat 4,0 persen dari realisasi investasi tahun 2017 sebesar Rp 389,9 trilliun, dan realisasi investasi di luar Jawa sebesar Rp 315,9 trilliun atau meningkat 4,3 persen dari realisasi investasi tahun 2017 Rp 302,9 trilliun.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya