Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti membaca puisi berjudul 'Kau Bohong' di sebuah tepi dermaga, di hadapan para nelayan.
Puisi itu dialamatkan Menteri Susi untuk beberapa orang spesial dan menyiarkannya di Instagram.
“Untuk seorang kawan spesial dan beberapa kawannya yang juga spesial.”
Advertisement
“Judulnya, Kau Bohong.”
"Kau bilang: mamah, kawan, papah, dan semua orang dekatku, bicara begini dan begitu.
Kutanya dan kucek, ternyata: kau bohong."
Baca Juga
Meski begitu, Menteri Susi tak ingin secara eksplisit membocorkan sosok spesial yang dimaksud. Susi terkenal aktif di Instagram dalam mengabarkan program-program ekonomi dan bisnis kementeriannya.
Dia sering tampil bersama komunitas nelayan untuk mengecek hasil tangkapan atau bersama perwakilan negara asing untuk membahas dunia maritim.
Jika dilihat dari strukturnya, puisi yang disampaikan Menteri Susi tergolong ke jenis sajak bebas (free verse) dengan banyaknya pengulangan bunyi huruf a di stanza pertama tanpa rima di ujungnya.
Struktur sajak tersebut, ditambah isinya yang singkat dan langsung pada intinya, sering digunakan oleh penyair milenial belakangan ini. Beberapa penyair yang berpuisi demikian adalah William Carlos Willliams dan banyak penyair milenial lainnya di Tumblr dan Instagram.
Berbeda pula dari sajak Fadli Zon yang penuh alegori dan alusio, puisi milik Susi lebih dekat ke aliran Imagisme, yang mana ia mendeskripsikan langsung sasarannya dengan adjektif tertentu.
Menteri Susi Minta Jepang Bebaskan Bea Masuk Produk Perikanan RI
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kembali memperjuangkan penurunan atau bahkan pembebasan tarif bea masuk produk perikananIndonesia ke Jepang. Keinginan ini dia sampaikan dalam pertemuan Indonesia Japan Business and Invesment Forum, di Jakarta.
Susi mengatakan, selama ini produk perikanan Indonesia masih dikenakan tarif bea masuk rata-rata sebesar tujuh persen oleh Pemerintah Jepang. Sedangkan fasilitas tarif bea masuk pada produk perikanan yang diberikan Jepang kepada Thailand dan Vietnam berbeda, bahkan hingga nol persen.
"Tolong approve pembebasan tarif impor perikanan kita. Ini bukan untuk pelaku bisnis Indonesia saja, tapi juga perusahaan Jepang. Harapannya dari tujuh persen bisa menjadi nol persen," kata Menteri Susi di Kantornya, Jakarta, Selasa, 29 Januari 2019.
Menteri Susi mengatakan, bila dibandingkan kedua negara seperti Thailand dan Vietnam jelas sektor perikanan Indonesia lebih unggul.
Ini mengingat, perairan Indonesia cukup luas dibandingkan kedua negara tersebut. Dengan demikian, produksi ikan hasil tangkapan yang di ekspor juga lebih unggul. "Saya yakin kami punya tuna lebih banyak daripada yang lain," imbuhnya.
Terkait permintaan pembebasan tarif ini, Menteri Susi menekankan tidak akan ada upaya barter berupa kebijakan-kebijakan kemudahan lain untuk Jepang. Ini dikatakan semata-mata, untuk proses pengembangan iklim investasi dibidang perikanan antara Indonesia dan Jepang.
"Kita minta tarif nol tanpa syarat. Tidak mau barter tarif itu dengan kebijakan. Saya tidak ingin membarter pembebasan tarif dengan kebijakan sustainabitlity yang tengah kita lakukan. Intinya kita mau ngembangin lebih banyak potensi bisnis Indonesia dan Jepang," jelasnya.
Advertisement