BI: Defisit Transaksi Berjalan Capai 2,98 Persen Masih Aman

Defisit transaksi berjalan diharapkan mencapai 2,5 persen dari produk domestik bruto (PDB).

oleh Athika Rahma diperbarui 08 Feb 2019, 19:11 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2019, 19:11 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV 2018 mengalami surplus sehingga menopang ketahanan sektor eksternal. Bank Indonesia (BI) perkirakan neraca pembayaran Indonesia membaik ke depan.

Neraca pembayaran Indonesia surplus sebesar USD 5,4 miliar usai alami defisit pada kuartal sebelumnya. Hal itu ditopang peningkatan transaksi modal dan keuangan.

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2018 meningkat menjadi USD 120,7 miliar.

Cadangan devisa yang meningkat ini setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

BI menyatakan, surplus transaksi modal dan finansial pada kuartal IV 2018 juga meningkat. Ini sekaligus sebagai cerminan dari tingginya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian domestik.

Surplus transaksi modal dan finansial tercatat sebesar USD 15,7 miliar, meningkat signifikan dari kuartal sebelumnya dengan jumlah USD 3,9 miliar. Hal inilah yang membuat neraca pembayaran mengalami surplus.

Peningkatan itu terutama didukung membaiknya kinerja investasi portofolio seiring meningkatnya aliran masuk dana asing pada aset keuangan domestik.

Peningkatan surplus juga didukung penerbitan obligasi global oleh pemerintah dan korporasi.

Selain itu, optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia mendorong pelaku usaha domestik menarik simpanan di bank luar negeri untuk memenuhi kebutuhan bisnisnya sehingga investasi lainnya tercatat surplus.

Kinerja neraca transaksi berjalan mengalami defisit

Ilustrasi kapal
Ilustrasi kapal ekspor impor.

 

Namun, neraca transaksi berjalan mengalami defisit seiring dengan permintaan domestik yang kuat. Defisit neraca transaksi berjalan sebesar USD 9,1 miliar (3,57 persen dari produk domestik bruto/PDB) pada kuartal IV 2018, lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya, USD 8,6 miliar (3,28 persen PDB).

 

Peningkatan defisit neraca transaksi berjalan dipengaruhi penurunan kinerja neraca perdagangan barang nonmigas akibat masih tingginya impor sejalan permintaan domestik yang masih kuat di tengah kinerja ekspor terbatas.

Meski demikian, kinerja neraca pendapatan primer dan neraca jasa lebih baik dapat membantu mengurangi kenaikan defisit.

Perbaikan neraca pendapatan primer terutama ditopang pembayaran bunga surat utang pemerintah lebih rendah. Selain itu, kenaikan surplus perjalanan, antara lain Asian Para Games dan Pertemuan IMF-World Bank di Bali.

 

Defisit Transaksi Berjalan Masih Batas Aman

Capaian Ekspor - Impor 2018 Masih Tergolong Sehat
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). Menkeu Sri Mulyani Indrawati menilai tren yang terjadi pada capaian ekspor-impor 2018 masih tergolong sehat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Defisit neraca transaksi berjalan masih berada batas aman sebesar USD 31,1 miliar atau 2,98 persen dari PDB.

Defisit itu terutama dipengaruhi oleh impor nonmigas yang tinggi. Hal ini terutama bahan baku dan barang modal sebagai dampak dari kuatnya aktivitas ekonomi dalam negeri, di tengah kinerja ekspor nonmigas yang terbatas.

Kenaikan defisit juga didorong oleh peningkatan impor minyak seiring peningkatan rerata harga minyak dunia dan konsumsi BBM domestik.

Di sisi lain, di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang tinggi, transaksi modal dan keuangan catat surplus cukup signifikan sebesar USD 25,2 miliar, terutama ditopang aliran masuk modal berjangka panjanjg. Dengan kondisi ini, neraca pembayaran Indonesia alami defisit USD 7,1 miliar pada 2018.

 

Defisit Transaksi Berjalan BI Bakal 2,5 Persen

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Aktifitas kapal ekspor impor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Proyeksi tersebut menyusut dari realisasi surplus di bulan sebelumnya yang sebesar US‎$ 1,23 miliar karena ekspor melemah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah. Ini untuk memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk pengendalian defisit transaksi berjalan pada 2019 menuju kisaran 2,5 persen dari PDB.

BI mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi prospek neraca pembayaran Indonesia di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi, serta volume perdagangan dunia dan harga komoditas global yang cenderung menurun.

BI juga akan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya