Liputan6.com, Jakarta - Harga emas sedikit berubah pada perdagangan Selasa didukung oleh pelemahan nilai tukar dolar Amerika serikat (AS), di tengah optimisme pengelesaikan perang dagang antara AS dengan China.
Mengutip CNBC, Rabu (13/2/2019), harga emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.310,85 per ons, setelah mengalami penurunan 0,4 persen di sesi sebelumnya. Sedangkan untuk harga emas berjangka AS naik USD 2,10 menjadi USD 1.314 per ounce.
"Perdagangan emas sepertinya agak sepi pada pekan ini karena investor lebih memilih untuk mendengar berita baik mengenai perundingan perdang dagang AS-China," jelas analis senior RJO Futures, Bob Haberkorn.
Advertisement
Baca Juga
"Jika ada terobosan dalam pembicaraan perdagangan, pelaku pasar pasti akan melakukan aksi jual. Namun pelaku pasar tetap ingin memiliki emas saat ini karena pernyataan Federal Reserve AS yang dovish." tambah dia.
The dollar index yang adalah indeks yang menghitung nilai tukar dolar AS terhadap 6 uang utama dunia lainnya turun pada perdagangan Selasa. Sebelumnya, dolar AS terus berjaya karena investor melihat dolar AS merupakan instrumen yang tepat sebagai lindung nilai di saat terjadi perang dagang.
Dari sisi teknis, harga emas akan mengarah kepada tekanan lanjutan tetapi tetap akan bisa melampaui level USD 1.326 per ounce.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Sebelumnya
Pada perdagangan sebelumnya, harga emas turun pada hari Senin (Selasa pagi WIB) karena investor lebih menyukai keamanan dolar dalam menghadapi kekhawatiran yang meningkat karena perang dagang Amerika Serikat (AS)-China dapat memperlambat pertumbuhan global.
Dilansir dari Reuters, harga emas di pasar spot turun 0,4 persen menjadi USD 1.308,18 per ounce. Harga emas berjangka AS turun 0,5 persen menjadi USD 1.311,9 per ounce.
"Faktor besar di sini adalah penguatan dolar AS, yang didukung oleh sengketa perdagangan," kata Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas TD Securities di Toronto.
"Belum tercapainya kesepakatan antara AS dan China melemahkan mata uang pasar berkembang global dan itu berarti, secara relatif, dolar AS lebih baik, yang negatif untuk emas," katanya.Â
BACA JUGA
Pembicaraan perdagangan antara Washington dan Beijing dijadwalkan untuk dilanjutkan pekan ini dengan delegasi pejabat AS yang melakukan perjalanan ke China untuk putaran negosiasi berikutnya.
Tetapi Presiden AS Donald Trump pekan lalu mengatakan dia tidak berencana untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum batas waktu 1 Maret, mengurangi harapan bahwa pakta perdagangan mungkin dapat dicapai dengan cepat.
Indeks dolar berada pada level tertinggi dalam hampir delapan minggu, yang dapat mengurangi permintaan untuk logam di antara pemegang mata uang lainnya.
"Keuntungan di AS dan pasar saham dunia juga merupakan elemen bearish untuk logam safe-haven," Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, menulis dalam sebuah catatan kepada klien.
Emas bisa rentan terhadap koreksi lebih banyak jika dolar menguat lebih lanjut, kata para analis.
"Dengan angka ketenagakerjaan AS masih cukup kuat dan orang-orang bergerak ke dolar untuk tujuan safe-haven, benar-benar tidak ada alasan mengapa emas harus lepas landas jauh lebih tinggi," kata Bart Melek dari TD Securities.
Tetapi harga emas bertahan di atas level kunci USD 1.300 per ounce, didukung oleh ketidakpastian seputar kebijakan moneter Federal Reserve AS dan kemungkinan kembali ditutupnya pemerintah AS, kata para analis.
Harga emas harus tetap berkisar sampai ada kejelasan di bagian depan perdagangan dan penutupan pemerintah, analis Oanda Edward Moya mengatakan dalam sebuah catatan penelitian.
Advertisement