Defisit Neraca Perdagangan Januari 2019 Terparah Sejak 2014

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit USD 1,16 miliar pada Januari 2019.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Feb 2019, 14:13 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2019, 14:13 WIB
Ekspor Mobil Naik 20 Persen pada Semester Pertama 2017
Pekerja melintasi deretan mobil yang siap diekspor di Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta, Selasa (8/8). Kemenperin mencatat, ekspor Mobil pada periode Januari-Juni 2017 meningkat 20,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2019 mengalami defisit sebesar USD 1,16 miliar. Defisit ini menjadi yang terparah sejak 2014, untuk periode yang sama.

Pada Januari 2014, neraca perdagangan mengalami defisit USD 443,9 juta, Januari 2015 surplus USD 632,3 juta, Januari 2016 surplus USD 114 juta, Januari 2017 surplus USD 1,4 miliar dan pada Januari 2018 defisit sebesar USD 680 juta.

"Saya punya data (Januari) sampai 2014. Januari ini (2019) defisit paling besar, iya," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (15/2/2019).

Dia menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan defisit neraca perdagangan di Januari 2019 ini begitu besar, salah satunya soal harga komoditas di pasar internasional yang turun seperti untuk CPO. Akibatnya, meski secara volume ekspornya naik, namun secara nilai mengalami penurunan.

"Kalau saya lihatnya berbagai kombinasi tadi. saya sampaikan tadi dari sisi volume beberapa komoditas kita masih bagus. Batubara masih naik, CPO naik tapi karena harganya turunnya jauh, ini jadi tantangan besar buat CPO kita," kata dia.

Selain itu, juga terjadi penurunan harga karet dunia. Hal ini membuat nilai ekspor komoditas tersebut juga turun.

"Kalau saya akan begitu ya (karena faktor global). Karet juga jeblok ya. Karena itu pemerintah buat berbagai kebijakan, kita sadar ekspor kita terlalu basis komoditas. Sehingga berbasiskan komoditas kita jadi kurang. Karena itu harus industri pengolahan (di dalam negeri), kuncinya disana," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Defisit Neraca Dagang di Januari 2019 Capai USD 1,16 Miliar

Pertumbuhan Ekspor Kuartal III 2018 Menurun
Kapal mengangkut peti kemas dari JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekspor kuartal III/2018 mencapai 7,7 persen, berbanding jauh dengan kuartal III/2017 sebesar 17,26 persen. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit USD 1,16 miliar pada Januari 2019.

Defisit neraca dagang tersebut salah satunya disebabkan oleh turunnya ekspor Indonesia di awal tahun.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada Januari 2019, total ekspor Indonesia sebesar USD 13,87 miliar. Angka ini turun 4,74 persen dibandingkan Januari 2018 yang sebesar USD 14,55 miliar dan Desember 2018 yang sebesar USD 14,33 miliar. 

Sementara untuk impor, pada Januari 2019 tercatat sebesar USD 15,03 miliar. Angka ini juga turun 2,19 persen dibandingkan Desember 2018.

"Maka necara perdagangan pada Januari 2019 mengalami defisit sebesar USD 1,16 miliar," ujar dia di Kantor BPS Jakarta, Jumat (15/2/2019).

Suhariyanto menyatakan, defisit neraca dagang pada Januari 2019 ini sedikit meningkat dibandingkan dengan defisit pada Desember 2018 yang sebesar USD 1,03 miliar.

"Defisit di Januari 2019 ini disebabkan oleh defisit migas sebesar USD 454 juta dan juga defisit nonmigas sebesar USD 704 juta," kata dia.

Selain itu, menurut dia, d‎ari Desember 2018 ke Januari 2019, harga beberapa komoditas nomigas mengalami kenaikan, tapi ada juga yang menurun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya