5 Tahun Mendatang, Asia Bakal Punya 1.000 Miliarder

Meskipun prospek ekonomi semakin buruk akibat perang perdagangan, namun kekayaan miliarder tetap konstan pada 2019.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 17 Mar 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2019, 06:00 WIB
Ilustrasi miliarder (iStock)
Ilustrasi miliarder (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Daftar orang terkaya versi Forbes baru saja dirilis, dan China sebagai negara Asia cukup menjadi negara penyumbang miliarder terbanyak di dunia. 

Dikutip pada laman CNBC, Minggu (17/3/2019), sebuah laporan yang dirilis pada Rabu lalu menyatakan bahwa jumlah miliarder Asia akan meningkat menjadi 1.000 orang dalam waktu lima tahun mendatang. 

Lebih lanjut pada 2023, populasi miliarder dunia diperkirakan akan mencapai 2.696 orang, dan negara-negara Asia menjadi penyumbang sepertiga dari angka tersebut.

Berdasarkan Wealth Report 2019 yang dikeluarkan oleh konsultan properti Knight Frank yang berbasis di London, mengatakan bahwa Asia memiliki 787 miliarder. Angka ini tentunya melebihi jumlah miliarder Eropa yang hanya mencapai 452 miliarder, sementara di Amerika Utara mencapai 631 miliarder.

Laporan tersebut menjelaskan bagaimana pertumbuhan kekayaan para miliarder secara global selama lima tahun mendatang di tengah perang perdagangan yang terjadi antara AS-China, serta Brexit.

Liam Bailey, kepala penelitian global Knight Frank mengatakan bahwa meskipun prospek ekonomi semakin gelap akibat perang perdagangan, namun kekayaan miliarder tetap konstan pada 2019.

Selain itu, berdasarkan laporan tersebut Asia akan mengungguli pertumbuhan miliarder meskipun disaat buruknya perekonomian global.  Dari 59 negara yang dianalisis oleh Knight Frank, delapan dari 10 negara populasi miliarder yang tumbuh tercepat berada di negara-negara Asia.

 

212 Orang China Kehilangan Status Miliarder

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Sebelumnya, Laporan miliarder khusus China, Hurun Report, mengungkapkan sebanyak 212 orang China kehilangan status miliarder tahun ini. Akarnya adalah jatuhnya harga di pasar saham.

Mengutip Market Watch, Hurun Report menulis pada tahun 2018 turunnya harga di pasar saham menggerus USD 1 triliun atau Rp 14.000 triliun (USD 1 = Rp 14.069). 212 orangpun kehilangan status miliarder mereka.

Meski begitu, laporan itu mengklaim jumlah miliarder di China masih yang terbanyak di seluruh dunia dengan total 658 miliarder. Sementara, Amerika Serikat (AS) ditulis hanya memiliki 584 miliarder, diikuti Jerman dengan 117 miliarder.

Tak mengejutkan, untung terbesar berada di sektor teknologi, media, dan telekomunikasi. Kemudian diikukti sektor real estate, beragam investasi, manufaktur, dan ritel.

Itu pun tercermin lewat daftar miliarder terkaya di China versi Hurun, yakni Jack Ma dan Ma Huateng yang berasal dari sektor teknologi. Barulah diikuti Xu Jiayin dari sektor properti.

Sebagai catatan, laporan Hurun berbeda dari laporan UBS dan PwC sebelumnya yang menyebut China memiliki 373 miliarder. Selain itu, Hurun juga menyebut miliarder Mukesh Ambani adalah orang terkaya di dunia, berbeda dari laporan orang terkaya Bloomberg dan Forbes.

Laporan itu juga menyebut miliarder asal China terus konsisten muncul karena mendapat uang lewat penawaran harga perdana. Sejumlah milairder baru China adalah Zhang Yiming pemilik ByteDance (pengembang TikTok) dan Zhan Ketuan yang fokus di sektor penambangan bitcoin.

Jack Ma selalu bisa menarik perhatian dengan nasihatnya yang blak-blakan. Terkini, orang terkaya di China itu tampil pada acara Forum Ekonomi Dunia di Davos dan berbagi nasihat mengenai tidur.

Berbeda dari CEO Apple Tim Cook atau CEO Tesla Elon Musk, mantan guru Bahasa Inggris ini ternyata tidak terlalu workaholic dan menekankan pentingnya tidur nyenyak. Ia pun ogah memusingkan masalah yang membuatnya sulit tidur. 

"Jika saya tidak cukup tidur, maka masalahnya akan tetap ada. Jika saya tidur, saya punya kesempatan yang lebih baik untulk melawan masalah itu," ujar Jack Ma seperti dikutip situsWorld Economic Forum.

Jack Ma juga mengajak orang-orang yang ingin berbisnis agar jangan khawatir pada kompetisi atau tekanan. Malah, ia menyebut jangan menjadi pebisnis bila takut tekanan.

"Dalam bisnis, jangan khawatir pada kompetisi, jangan pernah khawatir pada tekanan. Bila kamu khawatir tekanan, jangan jadi pebisnis," tegas Jack ma.

Ketimbang khawatir, bos Alibaba ini mengajak pebisnis agar menciptakan sesuatu yang bernilai agar tercipta peluang. Kondisi dunia yang penuh kekhawatiran ini dipandang Jack Ma sebagai ladang peluang.

"Hari ini seluruh dunia sedang khawatir. Itu artinya ada peluang besar," jelasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ilustrasi Orang Kaya
Ilustrasi Orang Kaya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya