Pembangunan Infrastruktur Bakal Dorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Menko Darmin menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini tidak akan terpengaruh dengan laju pertumbuhan ekonomi secara global.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mar 2019, 12:46 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2019, 12:46 WIB
Investasi Meningkat, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06 Persen
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode sama dalam tiga tahun terakhir. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini tidak akan terpengaruh dengan laju pertumbuhan ekonomi secara global. Meski pertumbuhan ekonomi global saat ini dipangkas, namun Darmin tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap sesuai target yakni 5,3 persen

Seperti diketahui, International Monetery Fund (IMF) secara sederhana memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk 2019 menjadi 3,5 persen dari sebelumnya yakni 3,7 persen. Sementara, di 2020, dari 3,7 persen menjadi 3,6 persen.

Darmin mengatakan, salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi saat ini masih dipengaruhi oleh perkembangan proyek-proyek infrastruktur yang sudah dimulai dan akan terus jalan. Sehingga, dipastikan upaya pemangkasan yang dilakukan oleh IMF tidak berpengaruh besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Beda dengan kalau belum ada investasinya bisa jadi akan terpengaruhi. Tetapi karena ini hanya melanjutkan ya pertumbuhan ekonomi kita tidak akan beda banyak dengan perkiraan. Walaupun ekonomi dunia melambat atau apa," kata Darmin saat ditemui di Pasific Place, Jakarta, Senin (11/3/2019).

Darmin membeberkan, selain perkembangan infrastruktur, faktor lain yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini adalah konsumsi masyarakat dan investasi. Sementara di sisi ekspor sendiri, pemerintah masih berupaya untuk terus menggenjot.

"Tentu ekspor kita sedang berupaya saya belum berani mengatakan ekspornya," imbuh Darmin.

Darmin menambahkan, sebetulnya untuk ekspor sendiri masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Apalagi dengan adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang kemudian secara otomatis berdampak pada ekspor Indonesia.

"Terutama sebenernya ekspor kita itu dipengaruhi perang dagang karena ekspor kita itu nomor satu ke China nomor dua ke Amerika. Dua-duanya sedang mengalami perlambatan gara-gara perang dagang ya dampaknya ya kena ke kita di ekspor," pungkasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pemerintah Targetkan Pertumbuhan Ekonomi RI 5,5 Persen pada 2020

2018, Menko Perekonomian Patok Pertumbuhan Ekonomi Harus 5,4 Persen
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (28/4). Pemerintah menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di angka 5 persen belum memadai. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sidang Kabinet Paripurna yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Rabu siang (6/3/2019) telah membahas rencana awal program kerja pemerintah 2020 serta beberapa perkiraan asumsi makro ekonomi.

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, sidang kabinet tersebut diusulkan dalam APBN 2020 angka inflasi 2-4 persen.

"Kalau pertumbuhan ekonomi di 2020 tadi diusulkan akan ada di 5,3-5,5 persen dengan inflasi sekitar 3 persen," kata Bambang di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (6/3/2019). 

Angka ini dinilai cukup rasional dengan mempertimbangkan beberapa aspek mulai dari faktor domestik hingga internasional. 

Hanya saja, angka-angka tersebut, menurut Bambang masih bersifat usulan. Penentuannya akan dilakukan dalam sidang kabinet paripurna selanjutnya.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada para menterinya untuk tetap mewaspadai gejolak ekonomi global pada 2020. 

"Saya ingin mengingatkan tahun ini maupun tahun depan kita harus mampu mengantisipasi dinamika perekonomian dunia yanf terus bergerak berubah dengan sangat dinamis," ujar dia.

Dia menyebutkan faktor eksternal yang masih mendapat perhatian yaitu normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat, fluktuasi harga komoditas, perang dagang dan proteksionisme, moderasi pertumbuhan di Tiongkok, maupun keamanan dan geo politik dunia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya