Liputan6.com, Surabaya - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri Jawa Timur berkomitmen menghilangkan segala bentuk praktik peminjaman uang dengan suku bunga tinggi (retenir) yang dirasa memberatkan bagi para nasabah.
Komitmen ini disampaikan kepala OJK Kediri Bambang Supriyanto ketika ditemui pada Selasa (12/3/2019).
Bambang Supriyanto menuturkan, sasaran pertama yang dilakukannya untuk mempersempit ruang gerak retenir, pihaknya akan berkordinasi dengan menggandeng PD Pasar Kota Kediri. OJK menganggap pihak yang mengetahui secara persis mengenai identitas dan karakter para pedagang adalah PD Pasar
Advertisement
Ia menilai selama ini, di pasar banyak ditemui praktik peminjaman uang dengan sistem suku bunga tinggi dan yang menjadi sasaran kebanyakan peminjamnya adalah pedagang
"Kami lebih memberdayagunakan lembaga jasa keuangan, insklusif. Pertama tama yang digarap itu dipasar tertentu di pasar Kota Kediri. Kenapa di pasar? karena di situ sering praktik terjadinya rentenir," tutur dia, Selasa pekan ini.Â
Baca Juga
Disamping itu, OJK juga menggandeng dari pihak bank dalam hal pembiayaan. Teknisnya, nasabah akan dipermudah dalam pengurusan pinjaman tanpa anggunan dengan catatan tentunya harus terlebih dahulu mendapat refereni dari PD Pasar.Â
"Nanti pada saatnya kami sampaikan. Supaya memberikan pembiayaan kepada nasbah mikro dipasar. Intinya bunganya dibawah rentenir, dan mudah artinya kecepatan yang disampaikan bisa disaingi oleh bank umum tadi," kata dia.Â
Dengan ada kebijakan tersebut, nantinya diharapkan perlahan mengurangi praktik peminjangan uang dengan suku bunga tinggi yang selama ini diterapkan oleh rentenir.Â
Bambang Supriyanto mengungkapkan, salah satu pertimbangan yang melatar belakangi para nasabah lebih getol meminjam uang ke retenir, dikarenakan prosesnya lebih cepat dan tanpa anggunan (jaminan). "Cepat, ngajukanya pagi, sore udah cair kan itu. Tanpa anggunan cepat," ujar dia.
Â
Beri Perlindungan Konsumen, OJK Kembali Gandeng Kemendagri
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Kerja sama ini sebagai tindak lanjut upaya OJK memperkuat tugas dan kewenangan memajukan industri jasa keuangan serta mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, dalam melakukan pengawasan di sektor jasa keuangan dan perlindungan terhadap konsumen maka dibutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak. Sebab, dengan keterlibatan berbagai pihak tersebut diharapkan akan bisa efektif dan efisien.
"Kita sadari tugas masing-masing tidak berjalan baik tanpa sinergi. OJK dan lain-lain sangat erat memiliki kepentingan bersama lembaga keuangan di bawah Kemendagri tujuan kita bersama bisa berfungsi dengan baik dalam koridor kaidah yang berdasarkan perundangan yang berlaku," kata Wimboh dalam sambutannya, di Kompleks Bank Indonesia (BI), Jakarta, Selasa 19 Februari 2019.
Kerja sama ini juga merupakan bentuk penyempurnaan dari kerja sama sebelumnya yaitu tentang Pemanfaatan Nomor Induk Kependudukan, Data Kependudukan dan Kartu Tanda Penduduk Elektronik Dalam Lingkup Tugas OJK, dan tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan Serta Perlingdungan Konsumen Melalui Optimalisasi Peran Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah.
"Kami sudah mempunyai nota kesepahaman. Kami perbarui, sempurnakan yang kemarin sudah bagus. Perkembangan industri memerlukan untuk penyesuaian. Dengan Kemendagri peran bisa ebih besar lagi ke dapan. Untuk sementara ada yang kurang ke depan kita akan tingkatkan terutama dalamm infrastruktur obligasi daerah akan jadi strategis di 2019," ungkap Wimboh.
Akses data kependudukan sangat penting bagi perkembangan industri jasa keuangan. Diantaranya untuk keperluan pembukaan rekening simpanan, pinjaman maupun rekening efek, karena verifikasi data kependudukan menjadi lebih efisien dan akurat.
Selain itu, OJK juga mengharapkan kerjasama dengan Kemendagri bisa mempercepat Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam mengimplementasikan Program Transformasi BPD, antara lain meliputi penguatan organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM), pendalaman produk dan peningkatan kualitas layanan, penerapan tata kelola dan pengendalian risiko, serta pengembangan teknologi dan sistem informasi.
"Dan juga kita mempunyai konsen masyarakat daerah lebih cepat akses keuangan dengan teknologi. Kita bekerjasama dengan semua. Degan adanya akses keuangan daerah masyarakat lebih bisa memberikan ruang membangun daerah. Kita terimakasih juga kepada Dukcapil telah memberikan kontribusi kepada sektor jasa keuangan. Mendapatkan data yang besar," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo berharap melalui peningkatan data kependudukan ini dapat membantu peran OJK sebagai lemabaga keuangan. "Ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh OJK. Masalah perbankan masalah sensitif sekali. Kami jamin akurasi data cukup valid. Penyimpanan data di batam dan di Kemendagri semua orang tidak bisa mengaksesnya," pungkasnya.
Adapun nota kesepahaman dengan Kemendagri ini dilanjutkan dengan penandatanganan kerjasama dalam dua bidang, yaitu pemanfaatan data kependudukan dan kerjasama peningkatan literasi dan inklusi keuangan.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement