Ma'ruf Amin Sebut Stunting Turun 7 Persen, Zaman SBY atau Jokowi?

Ma'ruf mengklaim stunting turun 7 persen di era Jokowi-JK. Berikut datanya!

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Mar 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2019, 12:00 WIB
SBY Temui Jokowi
Presiden Joko Widodo bersalaman dengan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (27/10). Pertemuan antara Jokowi dan Ketum Partai Demokrat itu berlangsung pada pukul 14.09 WIB. (Laily Rachev / Biro Pers Setpres)

Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin membahas pemberantasan stunting di Indonesia. Ma'ruf berkata, era Jokowi berhasil mengurangi stunting hingga 7 persen.

Ini Ma'ruf ucapkan pada debat wakil presiden pada Minggu malam, 17 Maret 2019. Ma'ruf memajukan program kesehatan dengan pendekatan keluarga dalam memberantas stunting yang merupakan kondisi kekurangan gizi pada seorang anak sehingga menghambat pertumbuhan.

"Kesehatan Ibu dan Anak, terutama untuk mencegah terjadinya stunting, yang oleh pemerintah Jokowi-JK telah diturunkan sampai 7 persen, dan kami berjanji akan menurunken dalam 5 tahun yang akan datang sampai 10 persen, sehingga sampai pada titik 20 persen minimal," tegas Ma'ruf.

Lalu benarkah angka stunting turun 7 persen di era Jokowi?

Bila melihat data, kemungkinan besar Ma'ruf menggunakan data stunting Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dirilis tiap 5 tahun sekali. Data Riskesda menunjukkan, pada tahun 2013 jumlah penderita stunting ada 37,2 persen dan turun hampir 7 persen menjadi 30,8 persen pada 2018.

Akan tetapi di akhir Era SBY, angka stunting sudah turun drastis.  Data Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dirilis setiap tahun oleh Kemenkes, angka stunting di tahun 2014 sudah turun ke kisaran 28,4 persen, dari 37,2 persen pada 2013. Seperti diketahui, Jokowi-JK baru dilantik pada akhir 2014, yakni 20 Oktober 2014.

Lengkapnya berikut angka stunting dari tahun 2013 hingga tahun 2018 berdasarkan data yang digunakan Kemenkes:

2013: 37,2 persen (Riskesda)

2014: 28,4 persen

2015: 29 persen

2016: 27,5 persen

2017: 29,6 persen

2018: 30,8 persen (Riskesda)

 

 

Ma'ruf Amin Soal Sedekah Susu: Bisa Kacaukan Pemahaman Masyarakat akan Stunting

Debat Cawapres
Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno di Debat Cawapres, Minggu, 17 Maret 2019. (dok. screenshot Vidio.com)

Ma'ruf Amin menanggapi program Sedekah Susu yang dipaparkan oleh Cawapres 02, Sandiaga Uno untuk mengatasi stunting. Menurut Ma'ruf Amin, apa yang disampaikan oleh Sandi tentang pemberian protein seperti susu dan kacang hijau bisa dianggap salah oleh masyarakat.

Ma'ruf Amin berpendapat, apa yang disampaikan Sandi bisa diartikan bahwa pemberian asupan gizi harus dilakukan setelah anak tersebut telah lahir. Padahal, stunting merupakan masalah yang harus diselesaikan bahkan ketika bayi masih berada dalam kandungan. 

"Isu sedekah putih itu ditangkap oleh banyak pihak, memberikan sedekah susu setelah anak itu disusukan oleh ibunya. Padahal, stunting itu seribu hari pertama, sejak ibu mulai hamil sampai menyusui anaknya," kata Ma'ruf menanggapi pernyataan Sandi di Jakarta, Minggu (17/3).

Ma'ruf mengatakan, sanitasi, air bersih, serta susu ibu selama dua tahun sangatlah penting dalam mengatasi stunting. Dia menyatakan bahwa dalam dunia kedokteran disebut kolostrum.

Ma'ruf Amin mengatakan, apabila air susu ibu diberikan setelah dua tahun, maka tidak ada gunanya untuk mencegah stunting. "Karena itu, menurut saya, istilah sedekah putih mengacaukan pemahaman masyarakat," pungkas pasangan Capres Joko Widodo tersebut.

Sandiaga sendiri memberikan tanggapan dengan berkaca pada kasus sang istri. Di mana ASI-nya tidak mengalir lagi ketika putra bungsu-nya Sulaiman baru lahir.

"Kami ingin mengajak para kontributor, yang bisa menyediakan susu, para donatur, mengumpulkan uang untuk membantu agar gizi ibu dan anak bisa kita perhatikan dan masalah stunting bisa selesai," kata Sandi menambahkan.

Ma'ruf menanggapi, masalah stunting bukan hanya masalah kesehatan. Namun juga sosial, sanitasi, dan juga gizi. Maka dari itu, dia mengatakan bahwa perlu ada bimbingan, bahkan sebelum hamil tetapi juga sebelum pernikahan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya