Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mendukung program pencampuran minyak sawit mentah (CPO) dengan BBM sebesar 30 persen (B30) yang ditargetkan pada tahun ini.
Keberadaan program ini dinilai akan menyerap lebih banyak hasil perkebunan sawit para petani lokal dan memperkecil dampak dari kampanye hitam yang gencar dilakukan Uni Eropa terhadap produk CPO Indonesia.
Ketua Apkasindo Alfian mengatakan, saat ini dari sekitar 14 juta ton sawit dan produk turunnya yang dihasilkan di Indonesia, 41 persennya berasal dari petani. Sedangkan sisanya yaitu merupakan hasil perusahaan kelapa sawit (PKS) skala besar.
Advertisement
‎"Produksi dari 14 juta ton, itu 41 persennya punya petani," ujar dia di Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Senin (25/3/2019).
Mengingat besarnya sawit hasil produksi petani, Apkasindo mendukung penuh program B30 yang ditargetkan bergulir tahun ini. Bahkan petani juga berharap program ini bisa segera masuk ke B100.
"Sangat bagus. Kita mendukung penuh program tersebut. Karena kalau itu sudah jalan akan meningkatkan volume permintaan CPO, otomatis harga yang karena ada kampanye hitam dari uni eropa, ini akan tertolong. Harapannya kami ke B100, supaya konsumsi kami di dalam negeri cukup, kita tidak perlu ekspor lagi‎," kata dia.
Sementara itu terkait dengan kampanye hitam Uni Eropa terhadap CPO Indonesia, lanjut Alfian, sejauh ini masih belum terasa dampaknya bagi petani. Namun jika pencampuran CPO dengan BBM konsisten dilaksanakan oleh pemerintah, maka tidak perlu ada kekhawatiran kampanye hitam ini.
"Dampak ada tapi kecil, kami tidak memikirkan masalah-masalah tersebut selagi pemerintah bersama kita. Pemerintah mempunyai program-program, baik itu B20, ditingkatkan menjadi B50. Kita juga akan mendorong pemerintah untuk mencari pangsa pasar yang baru. Eropa kan kecil sekali pangsa pasarnya, yang besar itu ke China, India, Timur Tengah. Kita cari terus. Yang penting kita bisa tumbuh dan berkembang," tandas dia.
Â
Petani Minta Pemerintah Dorong Harga Sawit ke Level Rp 1.500 per Kg
Petani kepala sawit Indonesia berharap pemerintah bisa mendorong penyerapan sawit di dalam negeri dan menyelesaikan masalah kampanye hitam minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Eropa. Hal ini agar harga sawit di tingkat petani bisa kembali naik.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Alfian mengatakan, saat ini harga tandan buah segar (TBS) sawit di tingkat petani saat ini sebesar Rp 1.100 per kg. Angka tersebut turun jika dibandingkan harga terendah tahun lalu.
"TBS sekarang terendah Rp 1.100 per kg, itu masih lumayan tapi akan ini bertahan sampai kapan.‎ Tahun lalu terendah Rp 1.500. (Sekarang) turun 20-30 persen dibanding tahun lalu," ujar dia di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Senin (25/3/2019).
Baca Juga
Namun, lanjut Alfian, para petani berharap harga kelapa sawit di tingkat petani minimal berada di level Rp 1.500 per kg. Sehingga petani bisa mendapatkan keuntungan dan bisa menyisihkan pendapatannya guna meningkatkan produktivitas sawitnya.
"Harapan kami ke depan harga di tingkat petani nett di harga Rp 1.400-Rp 1.500. Ini bukan di tingkat perusahaan kepala sawit. Kita harapkan pemerintah bisa menjaga harga stabil di tingkat Rp 1.500, itu luar biasa, sangat bahagia kami. Rp 1.500 petani sudah untung, tapi kalau di bawah itu ya kami pas-pasan," kata dia.
Agar harga sawit ini bisa naik, kata dia, maka salah satu caranya dengan mendorong penyerapan kelapa sawit di dalam negeri. Hal ini bisa dilakukan dengan secara serius melanjutkan program pencampuran minyak sawit ke BBM yang saat ini sebesar 20 persen (B20).
"Kalau memang kebutuhan di dalam negeri ini ditingkatkan menjadi B100, otomatis konsumsi meningkat. Dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti minyak kedelai, minyak bunga matahari kita akan lebih murah," tandas dia.
Advertisement