3 Penghasil Migas Terbesar pada Kuartal I 2019

Dalam kegiatan operasi lifting migas di kuartal I 2019, produsen migas menghadapi beberapa kendala.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 03 Apr 2019, 11:38 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2019, 11:38 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menjabarkan nama tiga perusahaan produsen migas nasional terbesar di Kuartal I 2019.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan, pencapaian lifting migas selama Kuartal I 2019 sebesar 1,814 juta barel setara minyak atau Barrel Equivalen per Day  (BOEP). Angka tersebut mencapai 94,6 persen dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 2,205 ribu BOEPD.

"Lifting migas tersebut terdiri dari lifting minyak dan Kondensat sebesar 745 ribu bph (barel per hari) atau 96,1 persen dari target APBN 2019 sebesar 775 ribu bph dan gas sebesar 1,069 ribu BOEPD atau 93,8 persen dari target APBN 2019 sebesar 1,250 ribu BOEPD," kata Wisnu,di Jakarta, Rabu (4/4/2019).

Urutan tiga besar penghasil minyak sampai 31 Maret 2019, yaitu:

1. Exxon Mobil Cepu Limmited 220 ribu bph

2. Chevron Pacific Indonesia 197 ribu bph

3. Pertamina EP 78 ribu bph.

Sedangkan perusahaan atau Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) penghasil lifting (Salur) gas terbesar per 31 Maret 2019 adalah:

1. BP Berau (Tangguh) 181 ribu BOEPD

2. ConocoPhillips Grissik 146 ribu BOEPD

3. Pertamina EP 139 ribu BOEPD.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kendala

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Menurut Wisnu, dalam kegiatan operasi lifting migas di kuartal I 2019 menghadapi beberapa kendala. Antara lain terjadinya penurunan produksi (decline rate) yang lebih tinggi dari perkiraan awal, kemudian masih menunggu maksimalnya hasil pemboran pengembangan.

Selain itu juga terjadi kemunduran jadwal pengeboran pengembangan, karena cuaca dilepas pantai di awal 2019 serta  adanya isu integrity fasilitas sehingga menimbulkan kendala di perangkat fasilitas produksi, kebutuhan perawatan.

"Namun demikian, hal-hal tersebut segera diatasi, dan diperkirakan akan dapat lebih optimal di Kuartal II hingga akhir tahun 2019‎," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya