OPEC Pertimbangkan Naikkan Produksi Bikin Harga Minyak Tergelincir

Produksi minyak mentah Venezuela telah turun di bawah 1 juta barel per hari (bph) akibat sanksi AS.

oleh Nurmayanti diperbarui 12 Apr 2019, 06:16 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2019, 06:16 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia turun setelah OPEC dikabarkan berpeluang kembali meningkatkan output mulai Juli, jika pasokan Venezuela dan Iran jatuh lebih jauh dan harga terus melaju

Melansir laman Reuters, Jumat (12/4/2019), kenaikan stok minyak mentah AS membawa harga minyak mentah AS turun lebih dari USD 1 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun USD 1,03 menjadi USD 63,58 per barel.

Adapun patokan minyak global, Brent ditutup menjadi USD 70,83 per barel, turun 90 sen.

"Sekarang ada saran bahwa OPEC dapat mengambil langkah mengejutkan dengan meningkatkan produksi secara pre-emptive jika kami mendapatkan lonjakan harga," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dapat meningkatkan produksi minyak mulai Juli jika pasokan Venezuela dan Iran turun lebih jauh dan harga terus menguat.

Ini memperpanjang pengurangan produksi dengan Rusia dan sekutu lainnya yang dapat memperketat pasar, sumber yang akrab dengan masalah tersebut.

Produksi minyak mentah Venezuela telah turun di bawah 1 juta barel per hari (bph) akibat sanksi AS, menurut data Badan Energi Internasional.

Pasokan Iran bisa jatuh lebih jauh setelah Mei Washington memperketat sanksi terhadap Teheran.

 

 

Pertemuan OPEC

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia rencananya akan bertemu di Wina pada 25-26 Juni untuk menetapkan kebijakan mereka.

Output keseluruhan dari OPEC, yang telah bersepakat dengan sekutunya untuk menahan 1,2 juta barel per hari minyak mentah sejak awal 2019. Angka ini turun 550.000 barel per hari pada Maret menjadi 30,1 juta barel per hari.

Badan itu, yang mengoordinasikan kebijakan energi negara-negara maju, melihat stok minyak di negara-negara industri turun pada Februari sebesar 21,7 juta barel. Ini menempatkan persediaan 16 juta barel di atas rata-rata lima tahun mereka.

Kekhawatiran pasar bahwa OPEC dapat meningkatkan output menambah kekhawatiran bahwa produksi minyak mentah AS meningkat.

Persediaan minyak mentah AS melonjak 7 juta barel ke level tertinggi dalam 17-bulan mencapai 456,6 juta barel pekan lalu.

Produksi minyak mentah AS tetap pada rekor 12,2 juta barel per hari, menjadikan Amerika Serikat produsen minyak terbesar di dunia di atas Rusia dan Arab Saudi.

"Produksi yang melonjak dan pemadaman kilang regional telah menekan harga, memberikan lebih banyak tekanan pada minyak mentah AS," kata Bob Yawger, Direktur Energi di Mizuho, New York.

Harga Minyak Melonjak Imbas Persediaan Bensin AS Merosot

Harga minyak berjangka menguat lebih dari satu persen usai data Amerika Serikat (AS) menunjukkan persediaan bensin yang merosot. Ini kalahkan kenaikan persediaan minyak mentah ke posisi tertinggi dalam 17 bulan.

Selain itu, laporan OPEC menunjukkan pengetatan lebih lanjut dari pasokan minyak mentah Venezuela. Harga minyak berjangka Brent menguat USD 1,12 atau 1,59 persen ke posisi USD 71,73 per barel usai capai level tertinggi dalam lima bulan di posisi USD 71,78 per barel.

Harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) menguat 63 sen atau 0,98 persen ke posisi USD 64,61 per barel. Harga minyak ini di bawah level terkuatnya sejak pertengahan November.

"Pada akhirnya, penarikan stok bensin yang besar lebih penting bagi pasar dari pada peningkatan stok minyak mentah karena saya pikir minyak mentah dapat mudah berbalik pekan depan," ujar Presiden Direktur Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (11/4/2019).

Stok minyak mentah AS pada pekan lalu naik ke level tertinggi sejak November 2017 seiring impor tumbuh.

Sementara itu, persediaan bensin mencatat penurunan tertajam sejak September 2017. Hal itu berdasarkan data the Energy Information Administration (EIA).

Persediaan minyak mentah membengkak 7 juta barel pada pekan lalu. Angka ini melampaui perkiraan untuk kenaikan 2,3 juta barel. Stok bensin turun 7,7 juta barel, lebih dari tiga kali lipat dari yang diperkirakan analis turun 2 juta barel.

"Meski kenaikan persediaan minyak mentah hampir sama dalam ukuran, fokus saat memasuki puncak musim panan yaitu bensin," ujar Partner Again Capital LLC, John Kilduff.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya