BI Yakin The Fed Tahan Bunga Acuan hingga 2020

Perbaikan ekonomi global lebih rendah dari perkiraan, sementara ketidakpastian pasar keuangan berkurang.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Apr 2019, 18:12 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2019, 18:12 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis (17/1). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) meyakini Bank Sentral AS atau The Fed tidak akan menaikkan suku bunga di tahun 2019 dan 2020. Hal ini disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo.

"The Fed kemungkinan menaikkan bunga, tahun ini dan tahun depan minimal satu kali itu bacaan terakhir. Namun kali ini kami melihat The Fed tak naikkan bunga tahun ini dan tahun depan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (25/4/2019).

Perry menilai, ekonomi AS melambat dan inflasinya tidak terlalu tinggi. Karena itulah, BI berasumsi The Fed tidak akan menaikkan bunganya.

Terkait ekonomi global, kata dia, perbaikan ekonomi global lebih rendah dari perkiraan, sementara ketidakpastian pasar keuangan berkurang.

"Ekonomi AS tumbuh melambat dipengaruhi menurunnya pendapatan dan keyakinan pelaku usaha, terbatasnya stimulus fiskal pasca berakhirnya penurunan pajak korporasi, serta berlanjutnya permasalahan struktural di pasar tenaga kerja," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ekonomi China

(Foto: Dok Bank Indonesia)
Gubernur Bi Perry Warjiyo (Foto: Dok Bank Indonesia)

Demikian pula ekonomi Tiongkok masih melambat, meskipun telah dilakukan ekspansi fiskal melalui pemotongan pajak dan pembangunan infrastruktur. Perbaikan ekonomi Eropa diperkirakan lebih lambat akibat melemahnya ekspor dan belum selesainya permasalahan di sektor keuangan serta berlanjutnya tantangan struktural terkait kondisi aging population.

Perbaikan ekonomi negara-negara Amerika Latin dan Timur Tengah pun lebih rendah dari perkiraan. Sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia, volume perdagangan dan harga komoditas global menurun, kecuali harga minyak yang naik pada periode terakhir karena faktor geopolitik.

"Respons kebijakan moneter global tidak seketat perkiraan semula sehingga ketidakpastian pasar keuangan global berkurang. Perkembangan ekonomi global di satu sisi memberikan tantangan dalam mendorong ekspor," jelas Perry.

"Namun berkurangnya ketidakpastian keuangan global di sisi lain berdampak positif bagi aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia," tandasnya.

BI Tahan 7-day Reverse Repo Rate di Level 6 Persen

BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat memberikan keterangan usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (21/2). BI kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7RRR) di angka 6 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berlangsung pada 24 dan 25 April 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6 persen.

"Sedangkan untuk suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen," jelas Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Ia menjelaskan, keputusan tersebut sejalan dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian Indonesia. 

Sementara itu, untuk mendorong permintaan domestik Bank Indonesia memperluas kebijakan yang lebih akomodatif antara lain dengan:

- Meningkatkan ketersediaan likuiditas dan mendukung pendalaman pasar keuangan melalui penguatan strategi operasi moneter

- Mendorong efisiensi pembayaran ritel melalui perluasan layanan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia/SKNBI (penambahan waktu dan percepatan setelmen, peningkatan batas nominal transaksi, dan penurunan tarif)

- Mendorong sisi supply transaksi Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), khususnya melalui penyederhanaan ketentuan kewajiban underlying transaksi

- Mendorong implementasi penyelenggara sarana pelaksanaan transaksi di pasar uang dan pasar valas (market operator)

- Mengembangkan pasar Surat Berharga Komersial (SBK) sebagai alternatif sumber pendanaan jangka pendek oleh korporasi

- Mendorong perluasan elektronifikasi bansos non tunai, dana desa, moda transportasi, dan operasi keuangan pemerintah.

Koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait juga terus dipererat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, khususnya dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan, serta menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ke depan, khususnya dalam memperkuat permintaan domestik dan mendorong ekspor, pariwisata dan aliran modal asing.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya