HEADLINE: Bandara Baru Yogyakarta Siap Beroperasi, Bakal Genjot Ekonomi dan Pariwisata?

Bandara Baru Yogyakarta siap beroperasi pada akhir April ini.

oleh Arthur GideonSeptian DenyIlyas Istianur PradityaMaulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 26 Apr 2019, 00:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2019, 00:00 WIB
Bandar Udara Internasional Yogyakarta
Suasana pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, Selasa (23/4). Progres pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta hampir 100 persen, sementara progres pembangunan keseluruhannya termasuk domestik mencapai 47 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Bandara Baru Yogyakarta atau New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang berlokasi di Kulon Progo siap beroperasi. Dengan beroperasinya bandara ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, tak hanya di Yogyakarta tetapi juga di Jawa Tengah.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, bandara baru ini sudah bisa beroperasi pada akhir April 2019. Menurutnya, pembangunan bandara untuk operasi terbatas penerbangan internasional sudah hampir 100 persen, sedangkan secara keseluruhan sekitar 47 persen.

Budi merencanakan pesawat yang akan mendarat pertama kali dan sekaligus meresmikan pengoperasian terminal internasional adalah pesawat kepresidenan. Hal ini seperti juga dilakukan pada Bandara Kertajati yang berlokasi di Majalengka, Jawa barat.

"Dengan progres yang sudah ada saat ini kita sedang usulkan Pak Presiden untuk adakan penerbangan pertama ke sini. Di mana waktunya harapkan minggu depan," kata Budi Karya kepada Liputan6.com pada Rabu (24/4/2019).

Budi menuturkan, pembangunan bandara baru Yogyakarta ini merupakan bentuk komitmen pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengembangan wisatawan ke Yogyakarta dan sekitarnya, seperti salah satunya Borobudur.

Rencananya, bandara di Kulon Progo digunakan untuk penerbangan ke luar Jawa dan internasional. Dimulai akhir April, keseluruhan terminal dan fasilitas bandara lainnya dapat beroperasi penuh pada Desember 2019.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, dengan adanya bandara baru ini tidak hanya meningkatkan kapasitas kunjungan turis di Yogyakarta tetapi juga meningkatnya perkembangan obyek maupun wisatawan dalam negeri maupun asing di Magelang, Surakarta dan Semarang.

"jadi Jogja dan Jawa Tengah harus tumbuh bersama. infrastruktur, kemudahan akses itu sesuatu yang penting," kata dia kepada Liputan6.com.

Sedangkan dari sisi tata ruang, bandara baru ini diharapkan tidak hanya berdampak di kisaran wilayah itu saja tetapi sampai jauh ke daerah lain.

Dengan begitu, wilayah yang berkembang tidak hanya di sekitar bandara saja tetapi juga di wilayah lain. "Jadi tidak hanya 10 kilometer di sekitar airport tetapi sampai jauh 30 kilometer dari airport," tambah dia.

Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi akan terangkat sehingga bisa memberikan kesejahteraan kepada warga yang cukup luas. Oleh karena itu, pengembangan bandara baru Yogyakarta tidak hanya terhenti sampai di akhir 2019 saja tetapi juga berlanjut seperti adanya aircity atau aeropolis.

Artinya, di sekitar bandara akan terdapat fasilitas lainnya seperti rumah sakit, hotel, apartemen, dan fasilitas lainnya.

 

Infografis Bandara Baru Yogyakarta Segera Beroperasi
Infografis Bandara Baru Yogyakarta Segera Beroperasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Simulasi

Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi mengatakan, bandara baru Yogyakarta telah melakukan simulasi sejak 20 April lalu.

"Simulasi ini untuk memastikan aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan menjelang dioperasikannya Bandara Internasional Yogyakarta. Hal ini mengingat tingginya trafik penerbangan di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah," jelasnya.

Simulasi yang akan dilakukan untuk menguji sejumlah aspek mulai dari moda transportasi penunjang dari dan ke bandara hingga kelayakan infrastrukturpenunjang pelayanan bandara.

Adapun kehadiran bandara baru ini diharapkan mengurangi beban dari Bandara Adi Sutjipto pada April 2019. Hal ini lantaran bandara Adi Sutjipto Yogyakartasudah full kapasitas 8,4 juta penumpang dengan 188 penerbangan.

Bandara baru Yogykarta atau New Yogyakarta International Airport (NYIA) atau dikenal Bandara Kulon Progo ini akan menjadi salah satu bandara terbesar di Indonesia.

Kapasitas penumpangnya 14 juta orang per tahun atau delapan kali lipat lebih banyak dibanding kapasitas bandara Adi Sucipto Yogyakarta sebesar 1,7 juta penumpang per tahun.

"Selain itu, panjang landasannya mencapai 3.250 m. Runway ini akan mampu melayani hingga jenis pesawat komersil terbesar di dunia sekalipun, seperti Airbus A-380 ataupun Boeing 747 dan 777," ujar Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo, pada Minggu, 20 Januari 2019.

Bandara ini pun masuk dalam daftar proyek strategis nasional (PSN) sejak 2016. Selain itu, pemerintah juga mempermudah akses masyarakat menuju bandara baru ini dengan membangun underpas Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS).

 

Target Wisman Bisa Tercapai

(Foto: Dok Humas PT Angkasa Pura I)
Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (Foto: Dok Humas PT Angkasa Pura I)

Keberadaan bandara baru Yogyakarta dinilai akan memberikan dampak signifikan bagi sektor pariwisata Indonesia. Lantaran selama ini Yogyakarta dan sekitarnya menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan baik lokal maupun mencanegara.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Didin Junaedy mengatakan, keberadaan bandara baru tersebut akan membantu pemerintah mencapai target kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 20 juta pada 2019.

‎"Dampak dari adanya bandara baru di Yogyakarta, itu bisa mengangkat kunjungan wisatawan ke Indonesia sehingga bisa mencapai 20 juta wisatawan secara nasional," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.

Menurut Didin, Yogyakarta sebenarnya memiliki potensi yang besar guna menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Namun sayangnya, selama ini masih terhambat oleh terbatasnya kapasitas Bandara Adisucipto. ‎

"Karena Bandara Jogja (Adisucipto) yang sekarang sudah tidak memadai lagi. Dan juga sudah ada maskapai yang sudah komitmen terbang langsung ke situ (Bandara Internasional Yogyakarta). Ini paling tidak akan membantu minat kunjungan wisata ke Yogyakarta dan Jawa Tengah," kata dia.

Sementara terkait dengan jarak bandara ke pusat kota Yogyakarta maupun ke objek wisata lain yang cukup memakan waktu, menurut Didin hal tersebut tidak menjadi masalah.

Ini justru bisa menjadi peluang untuk meningkatkan potensi wisata di sekitar bandara menuju ke objek-objek wisata yang sudah terkenal di Kota Pelajar tersebut.

"Meski agak jauh sedikit, karena dari bandara ke kota atau ke Borobudur agak sedikit jauh tetapi itu merupakan atraksi. Bukan sekadar dia tiba di bandara kemudian langsung ke hotel, tetapi ada perjalanannya yang itu merupakan atraksi," tandas dia.

 

Harus Waspada

Bandar Udara Internasional Yogyakarta
Pekerja memasang pagar pembatas di area apron Bandara Internasional Yogyakarta di Kab Kulon Progo, DI Yogyakarta, Selasa (23/4). Beragam simulasi dilakukan untuk memastikan kelayakan dan keamanan Bandara Internasional Yogyakarta yang rencananya beroperasi, 29 April. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pengamat penerbangan yang juga anggota Ombudsman RI Alvin Lie menilai, pembangunan bandara baru selalu disertai oleh hadirnya beberapa tantangan yang harus diselesaikan pihak pengelola.

"Setiap bandara baru selalu menghadapi tantangan, yaitu taraf kesediaan dan ketertarikan pengguna jasa penerbangan (penumpang dan pemilik kargo) untuk menggunakan fasilitas bandara baru tersebut," ujar dia kepada Liputan6.com.

Menurutnya, daya tarik suatu bandara sangat bergantung pada beberapa faktor. Antara lain, jalan akses, layanan transportasi publik dari dan ke bandara, fasilitas tambahan di sekitar bandara seperti tempat istirahat, makan, SPBU, dan sebagainya, hingga fasilitas dan layanan komersial di dalam kawasan bandara.

"Makin lengkap keempat unsur tersebut tersedia, makin atraktif bandara tersebut bagi pengguna jasa," ungkap dia.

Alvin Lie pun turut menyoroti tantangan-tantangan yang bisa berpotensi mengurangi daya tarik Bandara Baru Yogyakarta. Di antaranya, jarak yang cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta, yakni 55 km dan membutuhkan waktu tempuh rata-rata sekitar 90 menit.

Selanjutnya, jalan akses tunggal, yaitu jalan raya Yogyakarta-Purworejo yang relatif sempit dan rentan tersendat pada saat lalu lintas padat, bila terjadi kecelakaan atau ada suatu kendaraan besar mogok.

"Kawasan di sekitas bandara juga belum berkembang. Belum ada hotel berbintang dan layanan komersial yang representatif serta berkapasitas besar. Kehandalan dan kepraktisan layanan transportasi publik ke dan dari bandara juga belum teruji," dia menambahkan.

Namun jarak yang jauh ini sudah terpikirkan. Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan, operator transportasi darat yang telah menyatakan siap beroperasi antara lain Perum Damri, PT Keren Transindo Sejahtera (SatelQu), operator taksi Primkopau II, dan Organda DIY (2 perusahaan).

Selain itu, PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga menyiapkan rute kereta api menuju Stasiun Wojo di Purworejo untuk menunjang mobilitas menuju YIA.

Menhub Budi Karya menambahkan, untuk kereta api, stasiun Wojo ke NYIA ini sendiri memiliki waktu tempuh kurang lebih 15 menit. Selain melalui Stasiun Wojo, nantinya juga akan dibangun jalur kereta api khusus dari Stasiun Tugu menuju NYIA.

"Saat ini memang bisa dilayani via Stasiun Wojo, tapi nanti juga akan kita bangun langsung dari Tugu ke bandara ini, ini akhir 2020 bisa dilayani, waktu tempuhnya 30-45 menit," kata Budi.

Bersaing dengan Adi Sumarmo

Di sisi lain, Alvin Lie melanjutkan, keberadaan Bandara Adi Sumarmo di Solo yang secara jarak lebih kurang setara dari pusat kota Yogyakarta juga menjadi tantangan NYIA. Jalan yang menghubungkan Yogyakarta dgn Solo sudah berkembang dengan berbagai fasilitas makan, belanja, istirahat dan sebagainya.

"Selain itu, juga ada layanan KA Yogyakarta-Solo, bahkan nantinya langsung ke bandara Adi Sumarmo. Tersedia pula banyak pilihan angkutan darat untuk rute tersebut," jelas dia.

Mencermati situasi ini, dia mengatakan, pengelola Bandara Baru Yogyakarta ditantang untuk menawarkan berbagai insentif dan daya tarik bagi pengguna jasa penerbangan agar memilih lapangan udara tersebut, dan bukan beralih ke Bandara Adi Sumarmo.

"Apabila animo pengguna jasa rendah, airlines juga akan mengurangi frekuensi penerbangannya sehingga makin mengurangi daya tarik bandara. Hal-hal tersebut perlu diantisipasi agar Bandara Baru Yogyakarta tidak mengalami nasib serupa dengan Bandara Kertajati," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya