Liputan6.com, Jakarta - Momen Ramadan membawa angin segara bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di sektor tekstil dan pakaian jadi.
Pada momen ini, penjualan pakaian khususnya busana muslim diperkirakan naik hingga 300 persen.
Direktur Jenderal IKM dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Gati Wibawaningsih mengatakan, sektor IKM yang tumbuh signifikan saat Ramadan yaitu makanan dan minuman serta pakaian.
Advertisement
"Yang tumbuh signifikasi pertama, makanan. Kedua, pakaian," ujar dia di Kantor Kemenperin, Selasa (14/5/2019).
Baca Juga
Khusus untuk pakaian, lanjut dia, pertumbuhan penjualannya bahkan bisa meningkat hingga 300 persen atau tiga kali lipat dibandingkan normal. Hal ini jika dilihat dari penjualan masing-masing IKM.
"Pakaian bisa naik 300 persen, penjualannya naik 3 kali lipat penjualannya. Itu untuk per individu ya, masing-masing IKM. Tapi secara total kenaikannya naik 18 persen-20 persen untuk Ramadan," kata dia.Â
Gati juga menyatakan, daya beli masyarakat pada Ramadan 2019 juga membaik. Hal tersebut diharapkan bisa berdampak baik bagi sektor industri pakaian dalam negeri.
‎"Baju muslim yang kita pikir karena daya belinya turun, ternyata naik. Di Inacraft kemarin ternyata yang banyak di beli itu baju, itu (penjualan) sampai naik 15 persen," tandas dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penjualan Pakaian Bakal Melonjak Saat Ramadan
Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian perindustrian, Gati Wibawaningsih optimistis, penjualan pakaian akan meningkat jelang Ramadan. Peningkatan penjualan, kata dia, bahkan bisa mencapai ratusan persen.
"Di hari raya itu bisa puluhan kali lipat. Bisa 300 persen atau 400 persen bahkan," ujar Gati saat ditemui, di JCC, Jakarta, Rabu, 1 Mei 2019.
Hal ini, tentu disebabkan banyaknya masyarakat yang berbelanja pakaian menjelang Ramadan. Jumlah umat muslim yang besar tentu akan mendorong naiknya penjualan secara signifikan.
"Mau Lebaran pasti beli baju dong. Ada berapa ratus juta yang beli baju saat Lebaran," kata dia.
Selain itu, keadaan ekonomi global yang menunjukkan pemulihan, kata Gati, akan turut membantu peningkatan konsumsi masyarakat, termasuk jelang Lebaran.
Sebagai contoh dia mengatakan jika ekonomi dunia membaik, kegiatan perdagangan, seperti ekspor akan meningkat. Naiknya ekspor tentu akan memberikan dampak pada naiknya pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor tersebut.Â
"Begini, pasar dunia terbuka, produk Indonesia yang diekspor banyak. Yang kerja di produsen eksportir ini orang Indonesia. Kalau ekspor naik, income mereka naik. Kalau income mereka naik mereka pasti belanja. Tahun ini pasti meningkat, karena ekspor dunia itu," tandasnya.Â
Â
Advertisement
Masyarakat Berburu Emas di Pegadaian
Sebelumnya, sudah menjadi tradisi, aktivitas di PT Pegadaian (Persero) selalu meningkat menjelang Ramadan atau Lebaran. Banyak masyarakat yang menggadaikan perhiasan guna memenuhi kebutuhan saat Lebaran. Namun, banyak juga sebaliknya, masyarakat berburu lelang barang, terutama perhiasan emas.
Pantauan Liputan6.com di Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta, pada Jumat, 26 April 2019, suasana lelang satu pekan menjelang puasa masih terhitung sepi. Besar kemungkinan gelaran lelang bakal dipadati masyarakat pada masa puasa.Â
"Sekarang situasinya tergolong sepi, biasanya bulan puasa ramai," ujar Dendi, salah satu panitia lelang Pegadaian kepada Liputan6.com.
Memang, setiap hari Jumat, Pegadaian selalu menyelenggarakan lelang emas. Biasanya, ada beberapa barang yang turut dilelang, seperti barang elektronik hingga kendaraan (mobil). Namun kali ini, hanya emas yang dipajang di etalase dan dikerubungi masyarakat.
"Barang elektronik, ada saja yang tanya, tapi kita tidak pajang rutin. Dipajang tapi tidak selalu, karena takut ada modus penipuan atau gimana," tambah Dendi.
Sementara, masyarakat yang sebagian besar ibu-ibu menyatakan membeli perhiasan di Pegadaian untuk dikenakan dan dijual sewaktu-waktu.
"Cari yang murah saja, biasanya perhiasan, kalau emas batangan gitu tidak," ujar Siti, salah satu masyarakat yang datang, sembari tertawa.
Â