Sistem Satu Arah di Tol Trans Jawa Bakal Ganggu Arus Logistik

Rencana pemerintah untuk menerapkan sistem satu arah di Tol Trans Jawa saat mudik Lebaran berpotensi mengganggu arus logistik barang.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Mei 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2019, 10:30 WIB
20150713- Kondisi Tol Cipali Jelang H-4 Lebaran-Jabar
Suasana gerbang Tol Cikopo, Jawa Barat, Senin (13/7/2015). Menjelang H-4 Lebaran, arus lalu lintas di Tol Cipali terlihat lancar. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Rencana pemerintah untuk menerapkan sistem satu arah di Tol Trans Jawa saat mudik Lebaran berpotensi mengganggu arus logistik barang. 

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Ilham Masita mengatakan, dampak sistem satu arah terhadap logistik pasti ada. Khususnya bagi arus logistik yang berlawanan arah saat satu arah tersebut berlangsung.

"Dampaknya pasti ada untuk logistik, terutama untuk truk balikan yang kembali ke barat dari timur," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Rabu (15/5/2019).

Namun demikian, Zaldy berharap pemerintah menyiapkan solusi bagi angkutan logistik saat sistem ini diterapkan. Salah satunya dengan menyediakan jalur alternatif yang lancar bagi angkutan logistik yang berlawanan arah.

"Alternatifnya truk balikan lewat jalan non tol," tandas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Sistem Satu Arah di Tol Trans Jawa Dinilai Efektif

Pemudik Mulai Padati Tol Cipali
Kepadatan terjadi di Jalan Tol Cipali, Jawa Barat mengarah ke Jakarta, Kamis (29/6). Memasuki H+4 Lebaran, arus balik dari Jawa Tengah menuju Jakarta masih terpantau ramai lancar. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, saat arus mudik menerapkan sistem satu arah atau one way di jalan tol Trans Jawa. Dengan strategi ini, diyakini dapat mengurai kemacetan yang biasanya terjadi di ruas jalan bebas hambatan tersebut.

Seperti dijelaskan Pemerhati Masalah Transportasi, Budiyanto, kemacetan merupakan salah satu permasalahan lalu lintas yang sampai sekarang belum terselesaikan dengan baik.

"Banyak variabel yang melatarbelakangi mengapa masalah kemacetan lalu lintas seakan-akan menjadi pemandangan sehari-hari yang menjengkelkan, menjenuhkan, dan dapat menimbulkan frustasi dan stress karena capai dan lelah," jelas Budiyanto kepada Liputan6.com, melalu pesan elektronik, Senin, 13 Mei 2019.

Sementara itu, berbicara soal libur lebaran maka tidak terlepas dari kegiatan mudik ke kampung halaman. Hal ini, bisa menjadi momentum yang bagus bagi para pemangku kepentingan yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, untuk menunjukkan tanggung jawab sebagai pelayan masyarakat dalam melakukan upaya menciptakan situasi keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas yang dinamis dan kondusif, sehingga masyarakat yang mudik terlayani dengan baik.

Diutarakan lebih jauh, jika melihat data Kemenhub, masyarakat yang akan mudik di seluruh wilayah Jabodetabek, kurang lebih 14,6 juta orang. Dengan tujuan paling banyak Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.

"Saya kira yang paling efektif dengan cara pengaturan lalu lintas One way ( sistem satu arah ) dengan melihat situasi dan kondisi di lapangan. Sistem ini, merupakan pola manajemen yang dilakukan dengan cara mengubah jalan dua arah, menjadi satu arah dalam rangka untuk meningkatkan keselamatan ,kelancaran lalu lintas yang dapat dilakukan dengan cepat dan biaya murah," tegas Budiyanto.

 

Efek Samping

Tol Palimanan
Sejumlah kendaraan antre di gerbang tol Palimanan Cipali, Jawa Barat, Kamis (29/6). Memasuki H+4 Lebaran, arus balik dari Jawa Tengah menuju Jakarta masih terpantau padat dan puncak arus balik diprediksi terjadi H+5 dan H+6. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dibandingkan dengan melebarkan jalan atau membangun jalan baru, pertimbangan lain one wayadalah kapasitas ruas jalan dan kapasitas persimpangan bertambah, peningkatan keselamatan karena konflik kendaraan berkurang, konfigurasi parkir dapat diakses di kiri serta kanan, dan pengawasan lebih mudah.

Selain dapat mengurai kemacetan, sistem satu arah ini tentu saja menimbulkan efek samping lalu lintas.

Seperti contoh, sebagian kendaraan mengalami jarak tempuh yang panjang, perlu perubahan ataupun pengaturan alat pengatur lalu lintas, perlu penyesuaian rute angkutan umum, dan masyarakat penggunanya termasuk antisipasi jalan alternatif.

"Faktor lain yang tidak kalah penting apabila One way akan diberlakukan ,adalah masalah sosialisasi, dan penyiapan rambu-rambu lalu lintas dan kesiapan petugas," kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya