Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor sepanjang April 2019 sebesar USD 15,10 miliar.
Impor tersebut turun sebesar 6,58 persen jika dibandingkan dengan periode sama sebelumnya dan naik sebesar 12,25 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, secara bulanan beberapa impor barang memang meningkat jelang Ramadan, salah satunya daging.
Advertisement
Impor daging menurut data BPS, tercatat sebesar USD 91,6 juta masuk ke Indonesia pada April 2019.
"Month to month konsumsi, meningkat 24,12 persen jadi memang berbagai barang konsumsi dibutuhkan. Yang meningkat lumayan besar adalah daging frozen boneless berasal dari India dan AS," ujar Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Baca Juga
Selain daging, Indonesia juga mengimpor apel segar, pir, sepatu olahraga serta susu mentega dan telor pada bulan sama. Masing-masing komoditas tersebut diimpor sebanyak USD 39 juta, USD 24 juta, USD 85,4 juta dan USD 56 juta.
"Menurut golongan barangnya, semuanya turun. Menunjukkan penurunan disemua penggunaan barang tapi mtm nya naik karena pattern-nya ada beberapa komoditas yang bergeliat dan diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumsi selama Ramadan dan Lebaran," ujar Suhariyanto.
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Neraca Dagang April Defisit USD 2,5 Miliar
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 sebesar USD 2,50 miliar. Defisit dipicu defisit sektor migas dan non migas masing masing sebesar USD 1,49 miliar dan USD 1,01 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit pada April tersebut merupakan terbesar sejak Juli 2013. Defisit yang hampir sama pernah terjadi pada Juli 2013 sebesar USD 2,33 miliar.
"Menurut data kami, yang sekarang ada, itu terbesar di Juli 2013 sekitar USD 2,33 miliar. Lalu April ini, sebesar USD 2,50 miliar," ujar Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Rabu 15 Mei 2019.
Adapun pada April ekspor Indonesia naik sebesar 10,8 persen menjadi USD 12,6 miliar sedangkan impor naik lebih tajam sekitar 12,25 persen menjadi USD 15,1 miliar jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Penyebab defisit neraca perdagangan tersebut utamanya, disebabkan oleh defisit migas sebesar 2,76 miliar. Sedangkan non migas mengalami surplus sebesar USD 0,2 miliar.
Advertisement
Produk China Masih Rajai Pasar Indonesia
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada April 2019 sebesar USD 15,10 miliar atau naik 12,25 persen jika dibandingkan dengan Maret 2019.
Dengan demikian, secara kumulatif impor Indonesia dari Januari hingga April tercatat sebesar USD 55 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, tiga negara besar pemasok barang impor sepanjang Januari hingga April adalah China, Jepang dan Thailand. Dari tiga negara tersebut China menempati urutan pertama dengan nilai barang impor mencapai USD 14,37 miliar.
"Tiga negara pengimpor terbesar adalah Tiongkok (China), Jepang dan Thailand," ujar Suhariyanto saat memberi keterangan pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu, 15 Mei 2019.
Suhariyanto mengatakan, Indonesia sejauh ini juga masih mengalami defisit perdagangan cukup besar terhadap China. Hingga April 2019, defisit perdagangan Indonesia terhadap negara tirai bambu tersebut sebesar USD 7,1 miliar.
"Khusus April defisit dengan Tiongkok itu sebesar USD 1,9 miliar," ujar Suhariyanto.
Defisit perdagangan dengan China utamanya dipicu oleh impor non migas. Menurut data BPS, sepanjang April 2019 China mengimpor barang non migas sebesar USD 0,73 miliar terbesar di antara 13 negara pemasok barang non migas ke Indonesia.