Defisit Migas Diyakini Segera Membaik

Selain mengurangi impor, Indonesia juga mengurangi ekspor gas dan meningkatkan penyerapan gas di dalam negeri.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 15 Mei 2019, 19:09 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2019, 19:09 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan, defisit minyak dan gas (migas) akan membaik‎, setelah naik pada April 2019. Kenaikan seiring peningkatan pasokan untuk memenuhi kebutuhan saat Ramadan dan Lebaran Idul Fitri.

‎"Iya sudah itu saja untuk Lebaran kan meningkat, untuk puasa lebaran," kata Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (15/5/2019).

Djoko memastikan pasca momen tersebut impor migas akan menurun, sebab Indonesia sudah mengurangi impor migas. Ini seiring terhentinya impor solar dan avtur. Serta mengurangi impor minyak mentah yang baru saja berlangsung.

"Kita kan impornya juga turun. Solar dan Avtur turun, crude juga turun impornya," tutur dia.

Djoko melanjutkan, selain mengurangi impor, Indonesia juga mengurangi ekspor gas dan meningkatkan penyerapan gas di dalam negeri. Ini membuat ketegantungan terhadap energi yang dipasokan dari luar negeri berkurang.

"Ekspor kurang digunakan untuk dalam negeri. Gunakan gas lebih banyak tahun ke tahun gunakan dalam negeri tidak kita ekspor. Sudah dua itu saja. Impor menurun," tandasnya.

 

Data BPS

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 sebesar USD 2,50 miliar. Defisit dipicu defisit sektor migas dan non migas masing masing sebesar USD 1,49 miliar dan USD 1,01 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit pada April tersebut merupakan terbesar sejak Juli 2013. Defisit yang hampir sama pernah terjadi pada Juli 2013 sebesar USD 2,33 miliar.

"Menurut data kami, yang sekarang ada, itu terbesar di Juli 2013 sekitar USD 2,33 miliar. Lalu April ini, sebesar USD 2,50 miliar," ujar Suhariyanto di Kantornya.

Adapun pada April ekspor Indonesia naik sebesar 10,8 persen menjadi USD 12,6 miliar sedangkan impor naik lebih tajam sekitar 12,25 persen menjadi USD 15,1 miliar jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Penyebab defisit neraca perdagangantersebut utamanya, disebabkan oleh defisit migas sebesar 2,76 miliar. Sedangkan non migas mengalami surplus sebesar USD 0,2 miliar.‎

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya