Cuaca Panas Jadi Hambatan Pengerjaan Jalur Sabuk Merah

Proyek jalan perbatasan Indonesia dan Timor Leste terbagi dalam 2 sektor, yakni Sabuk Merah Sektor Timur sepanjang 179,9 km dan Sabuk Merah Sektor Barat dengan panjang sekitar 130,88 km.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 20 Mei 2019, 13:45 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2019, 13:45 WIB
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau proyek pengerjaan Jalan Perbatasan RI-Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT) atau yang dikenal dengan istilah jalur Sabuk Merah.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau proyek pengerjaan Jalan Perbatasan RI-Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT) atau yang dikenal dengan istilah jalur Sabuk Merah.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau proyek pengerjaan Jalan Perbatasan RI-Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT) atau yang dikenal dengan istilah jalur Sabuk Merah.

Kegiatan itu dilakukannya sebelum menghadiri prosesi peresmian Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin siang ini.

Basuki mengatakan, proses pengerjaan jalan perbatasan sebenarnya tak banyak menemui hambatan. Namun, ia menganggap cuaca panas di Pulau Timor sedikit menjadi tantangan bagi pekerja di sana.

"Saya lihat ini tantangannya paling panas. Cuacanya saja. Kalau material di sini banyak material. Malah cuaca panas mungkin lebih banyak daripada cuaca hujan. Tantangannya cuma panas," ujar dia di Kabupaten Belu, NTT, Senin (20/5/2019).

Sebagai informasi, proyek jalan perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste ini terbagi dalam dua sektor, yakni Sabuk Merah Sektor Timur sepanjang 179,9 km dan Sabuk Merah Sektor Barat dengan panjang sekitar 130,88 km.

Jalur yang membentang dari Motaain ke Motamasin ini seluruhnya telah berhasil tembus dan menyisakan proses pengaspalan. Hingga akhir 2018, total panjang jalan yang sudah teraspal mencapai 85 km. Untuk tahun ini, ditargetkan ada tambahan jalan yang teraspal sekitar 46 km.

Lebih lanjut, Basuki menuturkan, cuaca panas di atas langit Belu turut menyebabkan sungai di kawasan tersebut menjadi kering. Itu lantaran sungai di Pulau Timor berkarakteristik intermittent (episodik), atau sungai yang mengering pada saat musim kemarau. Bukan jenis sungai perennial (permanen) yang sebut airnya tetap sepanjang tahun.

"Sungai-sungainya muda, jadi dia liar. Pindah-pindah. Dan ini kalau musim kering jadi jalan, musim hujan jadi banjir. Ini karakteristik sungai di Timor ini," terang dia.

"Sehingga teman-teman pekerja harus hati-hati kalau musim hujan. Parkir aja mobil di sini (tengah sungai yang mengering), tahu-tahu terkena arus," dia menandaskan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pembangunan Jalan Perbatasan Jadi Akses Wisata Padang Savana di NTT

Fulan Fehan, hamparan perbukitan yang menyajikan pemandangan eksotik berupa padang savana hijau di NTT. Liputan6.com/Maulandy
Fulan Fehan, hamparan perbukitan yang menyajikan pemandangan eksotik berupa padang savana hijau di NTT. Liputan6.com/Maulandy

Pengerjaan jalan perbatasan RI-Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT) atau yang dikenal dengan istilah Sabuk Merah, rupanya turut menguak keindahan alam di Pulau Timor yang selama ini belum banyak terekspos.

Salah satunya Fulan Fehan, hamparan perbukitan yang menyajikan pemandangan eksotik berupa padang savana hijau. Lokasinya berada di Kabupaten Belu, NTT, dan tak jauh dari proyek Sabuk Merah Sektor Timur sepanjang 179,9 kilometer (km).

"Itu adalah destinasi wisata yang menurut saya sangat bagus, karena ada (padang) savana di perbatasan yang bisa dijangkau lebih mudah dengan keberadaan jalan perbatasan," ungkap Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja di Atambua, NTT, Minggu (19/5/2019).

Fulan Fehan sendiri menawarkan pemandangan alam berupa padang rumput hijau berbalut kabut tebal dan awan. Lokasinya berada di lembah kaki Gunung Lakaan, Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, NTT.

Di sana, pengunjung bisa melihat gerombolan kuda dan sapi yang hidup secara berkelompok.

Selain itu, tempat tersebut turut ditumbuhi beberapa komoditas tumbuhan lokal yang memiliki nilai ekonomis kuat, seperti kayu manis, daun kelor, hingga jambu mete.

Belum Tersentuh

Perbatasan RI-Timor Leste
Perjalanan darat menuju Kecamatan Amfoang Timur, NTT, yang berbatasan dengan Distrik Oecusse, Timor Leste, sulit ditempuh. (Foto: Dok. Pribadi/Raja Amfoang, Robby G.J. Manoh/Liputan6.com/Anri Syaiful)

Modal tersebut kemudian dimanfaatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta Kementerian Pariwisata dan Pemerintah Kabupaten Belu, yang memprakarsai penyelenggaraan Festival Fulan Fehan pada 2017 dan 2018 lalu.

Festival tersebut diramaikan oleh kehadiran ribuan penari Likurai, seni tari tradisional masyarakat Kabupaten Belu yang memeriahkan dua kali pelaksanaan acara.

Kendati begitu, segala kekayaan yang dimiliki Fulan Fehan ternyata masih belum banyak tersentuh untuk dijadikan sebuah destinasi wisata. "Belum, masih asli alam," ujar Camat Lamaknen Selatan, Wendy Meak.

Wendy mengatakan, pemerintah daerah setempat sebenarnya sudah memiliki rencana untuk mengembangkan kawasan tersebut. Namun masih terkendala oleh sebab keterbatasan dana.

Dia pun menyatakan, sampai hari ini belum ada inisiasi lebih lanjut baik dari pihak pemerintah kabupaten, provinsi hingga pusat untuk merangkai Fulan Fehan menjadi sebuah destinasi wisata tersendiri.

"Belum. Tapi tempatnya sudah mulai banyak dilirik turis. Cuman mau dikelola, ini belum," pungkas dia.

Jalan Perbatasan Indonesia-Timor Leste Bertambah Jadi 179 Km

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau proyek pengerjaan Jalan Perbatasan RI-Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT) atau yang dikenal dengan istilah jalur Sabuk Merah.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau proyek pengerjaan Jalan Perbatasan RI-Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT) atau yang dikenal dengan istilah jalur Sabuk Merah.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus membangun jalan perbatasan di sisi terluar Indonesia. Salah satunya jalan perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dikenal dengan istilah Sabuk Merah.

Pengerjaan jalan yang berada di garis batas antara Indonesia-Timor Leste ini terbagi dalam dua sektor, yakni Sabuk Merah Sektor Timur sepanjang 179,9 km dan Sabuk Merah Sektor Barat dengan panjang sekitar 130,88 km.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 2.5 Provinsi NTT Kementerian PUPR, Rofinus Ngilo, mengatakan, proses pengerjaan saat ini masih berfokus pada Sabuk Merah Sektor Timur yang menghubungkan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain dan PLBN Motamasin. 

Dia menambahkan, pengerjaan jalur perbatasan tersebut juga mengalami penambahan panjang sekitar 3 km dari semula 176 km menjadi 179 km lantaran ada perubahan trase.

"Panjang jalan Sabuk Merah Sektor Timur sekarang 179,99 km, hampir 180 km. Sebelumnya kan sekitar 176 km. Tapi karena ada jalur pengerjaannya berpindah, total panjangnya bertambah sekitar 3 km," jelas dia di Atambua, NTT, Minggu (19/5/2019).

Hingga akhir 2018 lalu, total panjang jalan yang sudah teraspal mencapai 85 km. Untuk tahun ini, Rofinus melanjutkan, pihaknya menargetkan bisa mengaspali jalan sampai sekitar 46 km.

"Jadi sampai 2018 kita bangun 85 km jalan perbatasan yang sudah beraspal. Untuk tahun ini kira-kira 46 km. Jadi sampai akhir 2019 sudah ada sekitar 131 km yang sudah beraspal," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya