Bayar Rp 5,5 T di 2018, Jaminan Klaim Cara Manulife Gaet Nasabah

Menjaga kepercayaan nasabah bisa menjadi kunci sukses sebuah perusahaan.

oleh Nurmayanti diperbarui 20 Mei 2019, 17:27 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2019, 17:27 WIB
Perusahaan asuransi PT Manulife Indonesia membayar klaim ke nasabah sebesar Rp 5,5 triliun di 2018. Dok Manulife
Perusahaan asuransi PT Manulife Indonesia membayar klaim ke nasabah sebesar Rp 5,5 triliun di 2018. Dok Manulife

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan asuransi PT Manulife Indonesia membayar klaim ke nasabah sebesar Rp 5,5 triliun atau Rp 15,5 miliar per hari sepanjang 2018. Kapabilitas pembayaran klaim kepada nasabah dinilai menjadi kekuatan bisnis perusahaan.  

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Manulife Indonesia Jonathan Hekster mengatakan jika menjaga kepercayaan nasabah bisa menjadi kunci sukses sebuah perusahaan.

Kinerja positif yang diraih tiap tahunnya, tidak lepas dari keberhasilan perusahaan menjaga kepercayaan nasabah. “Nasabah harus menjadi yang terutama. Jangan lihat dari hasil laba dulu, tetapi pikirkan dulu apa yang diperlukan nasabah,” ujar dia dalam keterangannya, Senin (20/5/2019).

Menurut dia, perusahaan tak ingin jika saat nasabah mengalami bencana, kemudian ditambah lagi dengan ketidakpastian. Sebab itu kekuatan bisnis Manulife Indonesia adalah untuk memastikan kapabilitas pembayaran klaim kepada nasabah. 

Hal ini diakui dua nasabah Manulife Indonesia, yakni Yovita Gunawan (41) dan Emiryzard Shah Khaled Hilman (18 tahun). Kedua nasabah itu merupakan nasabah unik Manulife Indonesia. Yovita merupakan nasabah yang memiliki polis Manulife terbanyak yakni 29 polis dan Emir, sapaan akrab Emiryzard, adalah pemegang polis termuda di Manulife Indonesia.

Yovita mengaku membeli 29 produk proteksi Manulife untuk dirinya dan keluarga. Dengan polis pertama tahun 1998 yakni produk Darma Prodana.

Produk proteksi kesehatan dan investasi itu dinilai sangat menguntungkan. Sebab hanya beberapa kali bayar, memberi imbal hasil cukup besar. Ini yang membuat dia memutuskan untuk mengambil produk lainnya. Hal lain karena proses klaim yang dinilai mudah dan lancar.

Menurut dia, perlunya asuransi karena biaya rumah sakit terus meningkat. dengan ikut asuransi dengan benefit yang tinggi, ia tidak khawatir ketika sakit untuk mendapat layanan terbaik di rumah sakit.

Nasabah lain, Emir mengaku membeli polis asuransi Manulife Indonesia karena pengalaman buruk yang dihadapi kakak sulungnya yang berkali-kali masuk rumah sakit dan menghabiskan uang yang sangat besar.

Sementara, kakaknya itu tidak memiliki proteksi asuransi. Belajar dari pengalaman itu, kakak keduanya ikut perlindungan asuransi Manulife Indonesia dan mendapat proteksi dengan layanan memuaskan.

“Makanya, saya ikut membeli polis Manulife, apalagi kata ayah saya, produk asuransi itu juga ada investasinya,” ujar Emir.

 

 

Asuransi Manulife Indonesia Bukukan Laba Rp 2,6 Triliun di 2018

Paparan kinerja PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) di Jakarta. Dok Manulife
Paparan kinerja PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) di Jakarta. Dok Manulife

Perusahaan asuransi jiwa PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) membukukan kinerja baik sepanjang 2018, di tengah kondisi perekonomian nasional yang penuh tantangan.

Perusahaan meraih laba tahun berjalan naik 170 persen di 2018 menjadi Rp 2,6 triliun dari 2017. Kenaikan seiring pertumbuhan pendapatan premi bersih, beban perusahaan yang lebih rendah, dan pergerakan suku bunga selama 2018 itu.

“Kami menyadari tahun 2018 penuh tantangan, namun kami berhasil melewatinya dengan baik dan mempertahankan posisi kami sebagai perusahaan asuransi terkemuka di pasar,” kata Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Manulife Indonesia Jonathan Hekster di Jakarta, Kamis (16/5/2019).

Adapun pendapatan premi bersih meningkat 4 persen menjadi Rp 9,2 triliun. Selain itu, jumlah ekuitas menguat 4 persen menjadi Rp 11,5 triliun. Padahal, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2017 & 2018, ekuitas pasar asuransi secara keseluruhan menurun 18 persen.

“Hasil ini semakin memperkuat posisi Manulife Indonesia sebagai salah satu perusahaan asuransi terpercaya serta dapat diandalkan di industri,” tutur Hekster.

Kinerja bisnis Manulife Indonesia yang kuat itu dinilai cukup mengejutkan pada saat kondisi industri asuransi jiwa tengah mengalami perlambatan.

Akhir Februari lalu, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan, pendapatan premi industri asuransi jiwa sepanjang 2018 merosot 5 persen dari Rp 195,72 triliun pada 2017 menjadi Rp 185,88 triliun. Total premi bisnis baru tercatat Rp 117,38 triliun pada 2018, sedangkan 2017 jumlahnya Rp 127,88 triliun.

Penurunan pendapatan premi diduga karena minat masyarakat membeli produk asuransi tak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

Ketua Bersama AAJI Maryoso Sumaryono mengakui, penurunan minat masyarakat terhadap produk asuransi dipengaruhi pengetahuan mereka mengenai asuransi. Makanya, masih diperlukan sosialisasi demi menumbuhkan literasi keuangan di masyarakat khususnya terkait produk proteksi asuransi jiwa.

 

Kinerja Manulife Aset Manajemen Indonesia

Sementara itu, Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Legowo Kusumonegoro juga memaparkan kinerja perusahaannya yang terus membaik.

“Terlepas dari dinamika di pasar modal global dan Indonesia, MAMI juga menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan yang terlihat pada jumlah aset kelolaan dan jumlah investor kami yang meningkat,” jelas dia.

Selama 2018, dana kelolaan MAMI meningkat menjadi Rp 68,1 triliun dan lebih dari 16.400 investor telah bergabung menggunakan solusi investasi MAMI.

Dalam menjalankan peran sebagai perusahaan penyedia solusi perlindungan keuangan, Manulife didukung lebih dari 7.000 tenaga pemasar profesional dan 1.000 karyawan.

Mereka berperan penting serta berkontribusi dalam mendukung Manulife Indonesia yang beroperasi lebih dari 33 tahun untuk melakukan inovasi layanan dan melindungi lebih banyak lagi keluarga Indonesia.

"Saat ini Manulife didukung beragam jalur distribusi telah menjangkau dan melayani nasabah yang mencapai hingga lebih dari 2,5 juta jiwa. Nasabah tersebut terdiri atas berbagai lapisan masyarakat, mulai dari kalangan mapan atau dikenal dengan sebutan High Nett Work (HNW) hingga kalangan bawah," kata dia.

Wujudkan kecintaan terhadap nasabah melalui inisiatif Customer Relationship Management (CRM) Manulife senantiasa memberikan prioritas utama kepada nasabahnya.

Komitmen ini sejalan dengan Angka Kepuasan Nasabah atau Net Promoter Score (NPS) Manulife Indonesia 2018 yang meningkat delapan poin dibandingkan 2017. Angka itu menjadi indikator utama sebagai perusahaan asuransi yang selalu mengedepankan kepentingan dan kepuasan nasabah.

“Angka NPS yang telah dicapai Manulife merupakan bukti jika kami fokus dalam memberikan layanan terbaik dan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Melihat pencapaian tersebut, kami optimistis kinerja Manulife akan semakin kuat,” ungkap Jonathan Hekster.

Dijelaskan, komitmen Manulife Indonesia untuk terus berfokus pada kebutuhan nasabah juga terlihat dari perolehan total klaim yang dibayarkan sepanjang 2018 yakni Rp 5,5 triliun atau sebesar Rp 15 miliar setiap harinya dan Rp 626 juta setiap jam.

Hekster melanjutkan, Manulife Indonesia terus meningkatkan pelayanan kepada nasabah melalui berbagai program, di antaranya Customer Relationship Management (CRM), sebuah platform selfservice digital, serta kemudahan pembayaran klaim. CRM membantu Manulife mengelola dan mengumpulkan data nasabah, yang merupakan kunci untuk memperkenalkan inovasi yang memudahkan hidup nasabah.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya