Harga Minyak Terpangkas 2 Persen karena Stok AS Membengkak

Prospek perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat juga menekan harga miyak.

oleh Arthur Gideon diperbarui 23 Mei 2019, 06:15 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2019, 06:15 WIB
ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak anjlok hampir 2 persen pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Pendorong penurunan harga minyak tersebut karena kenaikan tak terduga persediaan minyak mentah AS.

Selain itu, kekhawatiran investor bahwa perang dagang antara AS dengan China dapat mengurangi permintaan minyak mentah dalam jangka panjang juga ikut membebani harga minyak.

Mengutip Reuters, Kamis (23/5/2019), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup pada USD 70,99 per barel, turun USD 1,19 atau 1,7 persen. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir turun USD 1,71 atau 2,7 persen ke level USD 61,42 per barel.

Administrasi Informasi Energi AS melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS membengkak sebesar 4,7 juta barel dalam minggu terakhir ke level tertinggi sejak Juli 2017 sebesar 476,8 juta barel. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan terjadi penurunan 599.000 barel.

"Ini sangat ekstrem dan kemungkinan ini akan menuju untuk bearish," kata Bob Yawger, analis Mizuho, New York.

Stok bensin juga mencatat kenaikan mengejutkan yaitu melonjak 3,7 juta barel dibandingkan dengan ekspektasi analis akan terjadi penurunan 816.000 barel.

"Penyuling berjalan pada kecepatan yang tenang untuk sepanjang tahun ini," kata John Kilduff, analis Again Capital LLC di New York.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Perang Dagang

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Prospek perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat juga menekan harga. Pembicaraan tambahan antara pejabat tinggi belum dijadwalkan sejak putaran terakhir berakhir pada kebuntuan pada 10 Mei.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa Washington setidaknya akan memberlakukan putaran tarif impor China satu bulan lagi untuk mempelajari dampaknya terhadap konsumen.

Konflik perang dagang ini membebani perkiraan pertumbuhan ekonomi dan prediksi permintaan minyak.

The Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) pada hari Selasa merevisi turun perkiraan pertumbuhan global untuk tahun ini.

Kemerosotan dalam ekuitas, yang sering diikuti oleh minyak berjangka, memperdalam penurunan harga minyak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya