Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan menguat usai aksi 22 Mei.  Langkah pemerintah yang mampu mengendalikan rusuh dalam aksi masa tersebut menjadi salah satu pendorong penguatan rupiah.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra menilai, pemerintah cukup mampu mengendalikan rusuh yang terjadi dalam aksi massa yang berlangsung selama dua hari di Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
"Dari pengamatan saya dua Hari ini, pemerintah masih memegang kendali, aksi rusuh terlokalisir, jadi kemungkinan tidak akan meluas dan berlarut. Ini membantu penguatan rupiah," terangnya kepada Liputan6.com, Kamis (23/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dia melanjutkan, momentum penguatan mata uang rupiah juga didukung oleh sentimen global atas sinyal suku bunga acuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).
"Selain itu, dini hari tadi, notulensi rapat kebijakan Bank Sentral AS mengindikasikan potensi tidak ada kenaikan suku bunga acuan AS juga membantu penguatan rupiah," ujarnya.
Meski begitu, penguatan rupiah menurutnya masih berkisar di level 14.500 per dolar AS yakni mulai dari 14.480 per dolar AS hingga 14.530 per dolar AS.Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Masih di Kisaran 14.500 per Dolar AS
Senada, Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia, Maximilianus Nico Demus mengatakan rupiah memang cenderung menguat usai aksi 22 Mei.
Tetapi, dia menekankan penguatanya pun masih hanya mampu di rentang 14.500 per dolar AS.
"Saat ini, investor masih cenderung mengamati (wait and see) terkait kondisi stabilitas politik dalam negeri. Kalau mereka sudah yakin, dengan sendirinya rupiah pasti akan menguat. Untuk saat ini, perkasanya rupiah masih di level Rp 14.500," paparnya.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah pada siang hari ini saat ini berada di posisi 14.518 per dolar AS. Angka ini menguat 0,05 persen dibanding penutupan Rabu (22/5) yakni 14.525 per dolar AS.
Advertisement