10 Ribu Mw Pembangkit Listrik Tak Beroperasi Saat Lebaran

Pembangit yang tidak dioperasikan berjenis Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 23 Mei 2019, 18:15 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2019, 18:15 WIB
Progress Pembangunan Pembangkit Listrik 35.000 MW untuk Indonesia
Progress sebaran pembangkit listrik dan jaringan tranmisi yang telah dibangun PT. PLN demi program 35.000 MW untuk Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) akan mengurangi pengoperasian pembangkit guna mengimbangi penurunan konsumsi listrik saat Lebaran. Konsumsi berkurang seiring kegiatan industri dan bisnis yang menurun.

‎Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah Amir Rosidin, mengatakan, pada saat Lebaran, beban puncak listrik turun sekitar 56 sampai 60 persen. Kapasitasnya dari 27.817 Mega Watt (MW) menjadi sebesar 17.179 MW, sementara daya mampu pasok sebesar 27.817 MW.

"Itu beban puncak, beban pagi lebih rendah lagi di 12.100 MW. Pagi pada saat orang pergi salat Ied, karena rumah rumah dimatikan ini pas lebarannya," kata Amir, saat meninjau Pusat Pengatur Beban (P2B), Gandul, Depok Kamis (19/5/2019).

Dia mengungkapkan, untuk menyeimbangkan penuruan pasokan listrik tersebut, PLN akan mengurangi pengoperasian pembangkit di wilayah Jawa Bali, sebanyak 20 unit dengan ‎total kapasitas 10 ribu MW.

"Pada saat beban turun, beberapa pembangkit kita padamkan. Karena percuma dinyalakan tapi tidak ada beban," tuturnya.

Menurut Amir, pembangit yang tidak dioperasikan berjenis Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), saat tidak dioperasikan pembangkit tersebut mengalami perawatan ringan sehingga saat dioperasikan kembali bisa lebih optimal.

‎"Sekali lagi bahwa kalau dimatikan itu memang bebannya rendah. Maka itu dimatikan. Dan itu berikan kesempatan pada pengelola pembangkit untuk lakukan simple inspection," tandasnya.

 

Konsumsi Listrik di Jawa dan Bali Turun 60 Persen saat Lebaran

20160330- Progres Pembangun PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso-Sulut-Faizal fanani
Tiang pemancang terpasang di pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

PT PLN (Persero) menyatakan, konsumsi listrik Jawa-Bali akan mengalami penurunan konsumsi listrik mencapai 60 persen, saat Idul Fitri 1440 H atau 2019.

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah Amir Rosidin, mengatakan, pada saat Lebaran beban puncak listrik sebesar 17.179 Mega Watt (MW), sementara daya mampu pasok sebesar 27.817 MW. Perkiraan konsumsi tersebut mengalami penurunan 56 sampai 60 persen.

"Jumlah ini cukup untuk melayani beban puncak Lebaran yang diperkirakan mencapai Cadangan Operasi 10.637 MW dan Reserve Margin 62 persen," kata Amir saat meninjau Pusat Pengatur Beban (P2B), Gandul, Depok Kamis (19/5/2019).

 

Menurut Amir, penurunan konsumsi listrik terjadi secara bertahap mulai terjadi pada 31 Mei 2019 sampai 9 Juni 2019, penurunan terendah terjadi saat puncak perayaan Lebaran Idul Fitri yang diperkiraan jatuh pada 5 Juni 2019.

"Ini cukup panjang, hampir dua minggu ya," ujarnya.

Berdasarkan pengalaman selama ini, beban puncak pada saat Idul Fitri pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan beban puncak pada kondisi hari kerja, kondisi ini disebabkan banyaknya industri dan bisnia yang berhenti beroperasi karena libur lebaran.

"Karena banyaknya industri dan perkantoran yang libur, biasanya memang beban puncak menurun, namun kami akan tetap pastikan suplai dan keandalan tetap terjaga" tuturnya.

Meski demikian PLN akan menyiapkan satuan tugas distribusi yang tersebar di seluruh wilayah. Hal ini untuk menjamin pasokan listrik dan antisipasi gangguan jaringan selama Ramadan hingga lebaran nanti.

"PLN telah menetapkan masa siaga Lebaran dari H-15 sampai dengan H+15 dengan membentuk Posko Lebaran yang beroperasi24 jam. Meski kebutuhan pasokan listrik saat Lebaran menurun, kehandalan sistem harus dijaga," tandasnya.

Amankan Infrastruktur Kelistrikan, PLN Siagakan Kendaraan Lapis Baja

PT PLN (Persero) meningkatkan pengamanan pada infrastruktur kelistrikan untuk mengantisipasi gangguan keamanan ‎oleh oknum yang ingin melakukan pengerusakan. Salah satu infrastruktur kelistrikan yang mendapat penjagaan ketat adalah Pusat Pengatur Beban (P2B) Kelistrikan Jawa Bali, Gandul, Depok.

Pantauan Liputan6.com di lokasi tersebut, Kamis (23/5/2019), pengamanan di Gardu Induk Gandul dilakukan oleh anggota TNI dan Polri. Selain itu, pengamanan juga diperkuat dengan kendaraan lapis baja.

Plh Executive Vice President Corporate Commution dan CSR PLN Dwi Suryo Abdullah mengatakan, peningkatan keamanan merupakan upaya PLN untuk mengantisipasi gangguan eksternal tang dapat mengganggu kehandalan pasokan listrik.

‎"Jadi ini merupakan upaya PLN menjaga instalasi milik PLN, jadi semua objek vital. Tentunya dalam rangka menjaga keamanan lingkungan terutama aset milik PLN yang menjadi objek vital," kata Dwi, di P2B Gandul, Depok, Kamis (23/5/2019).

Menurut Dwi, infrastruktur P2B Jawa Bali yang terletak di Gandul‎, mendapat pengamanan anggota TNI sebanyak 50 personel yang berjaga 24 jam. Penjagaan ketat ini juga berlaku untuk semua infrastruktur kelistrikan yang masuk dalam kategori objek vital nasional (obvitnas).

"Khusus di P2B di bantu kerjasama setiap hari 24 jam ada 50 personel TNI," tuturnya.

Dwi melanjutkan, selain pengamanan anggota TNI, infrastruktur kelistrikan juga dij‎aga kendaraan lapis baja. Menurutnya, hal ini bentuk kewaspadaan terhadap gangguan keamanan yang dapat mengganggu kehandalan pasokan listrik.

"Mobil panser supaya siap. Kami meningkat kewaspadaan supaya betul-betul aman," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya