Maskapai Asing Hadir di RI Bakal Tekan Harga Tiket Pesawat?

Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menuturkan, harga tiket pesawat mahal juga dipengaruhi adanya duopoli.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 05 Jun 2019, 19:56 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2019, 19:56 WIB
Ilustrasi kabin pesawat terbang
Ilustrasi kabin pesawat terbang. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ide untuk mendatangkan maskapai asing ke Indonesia, meskipun menuai polemik tapi ternyata banyak menterinya yang setuju akan ide ini.

Selain Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, ternyata  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko) Darmin Nasution juga setuju akan ide ini.

"Memang kenapa harga tiket naik? Ya tentu karena ada langkah-langkah internal dari perusahaan-perusahaan penerbangan kita. Mereka bisa lakukan itu karena pesaingnya hanya duopoli," ujar dia saat ditemui dalam acara open house di kediaman dinasnya, di Widya Chandra, Rabu (5/6/2019).

Darmin menambahkan, saat ini karena maskapai di Indonesia hanya ada dua kelompok besar yaitu Garuda Indonesia dan Lion Air, jadi perubahan harga tiket pesawat tidak akan berbeda di antara kedua kelompok maskapai ini.

Untuk itu Darmin nampak begitu setuju akan ide Jokowi yang ingin memasukan maskapai asing di Indonesia agar dua kelompok maskapai tersebut dapat bersaing dan menurunkan harga tiketnya. Namun, tentu hal ini akan menuai risiko.

"Maskapai-maskapai penerbangan lokal ini tentunya akan teriak ‘uaaaa ini jadi susah!" ujar dia.

Meskipun demikian, pemerintah akan terus mendukung hal ini karena menurut Darmin, agar harga tiket pesawat tidak naik setajam seperti saat ini karena pasarnya hanya duopoli.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Menhub Kaji Maskapai Asing Beroperasi di Indonesia

Ilustrasi kabin pesawat
Ilustrasi kabin pesawat (Pixabay)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusulkan agar pihak maskapai asing ikut serta berkompetisi di industri penerbangan domestik. Wacana ini dinilai untuk menurunkan tingginya harga tiket pesawat yang dirisaukan masyarakat hingga hari ini.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, saran tersebut memang baik untuk menciptakan iklim bisnis penerbangan di industri permaskapaian. Namun, masuknya maskapai asing juga menurutnya tidak mudah untuk dilakukan.

"Itu saran yang baik dari Presiden. Segala bisnis jika dilakukan dengan kompetisi maka timbul keseimbangan demand dan supply, jadi berimbang. Ide baik ini akan kita kaji," tuturnya di Jakarta, Senin, 3 Juni 2019.

Dia menjelaskan, masuknya maskapai asing juga harus mempertimbangkan asas cabotage yakni asas kedaulatan negara dimana mayoritas sahamnya harus dimiliki oleh perusahaan Indonesia.

"Kita tahu apabila perusahaan asing masuk ke Indonesia harus memenuhi asas cabotage, di mana perusahaan asing harus bekerja sama dengan perusahaan Indonesia. Jadi tentu kita tidak mudah menerima perusahaan asing, apalagi udara ini membutuhkan kualifikasi yang baik," ujarnya.

"Jadi kami sedang mengkaji dan kami akan melaporkan kepada Bapak Presiden sebelum menetapkan apa yang akan dilakukan," tambah dia.

Pengusaha Setuju Maskapai Asing Tambah Rute di Indonesia

Ilustrasi
Ilustrasi kabin pesawat terbang. (dok. pexels.com/Sourav)

Sebelumnya, pengusaha setuju dengan ekspansi maskapai asing di Indonesia untuk menambah rute.

Masalah harga tiket pesawat yang mahal menjadi pertimbangan utama dari dukungan ini.

"Tiket pesawat masih dirasakan mahal dan kami mendukung penuh inisiatif pemerintah untuk memperkenankan pesawat regional atau pesawat penerbangan asing untuk menambah rute domestiknya. Itu kami dukung penuh," tegas Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani saat ditemui di acara open house Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warijyo, Rabu, 5 Juni 2019.

Hal lain yang disorot oleh Hariyadi adalah dominasi Garuda Indonesia dan Lion Air. Kedua maskapai itu dinilai membuat harga sulit turun.

Akibatnya hal itu memengaruhi minat para traveler lokal. Okupansi hotel pun ikut merosot, ini terutama mendampak daerah timur seperti Sulawesi Selatan.

"Memang dominasi Garuda dan Lion terlalu besar, sehingga harga itu akan sulit terkoreksi karena mereka terlalu dominan," ujar dia.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, mahalnya harga tiket pesawat tak sebatas merugikan sektor pariwisata, melainkan urusan lainnya karena orang jadi enggan naik pesawat. Efek ini dia prediksi terasa usai Lebaran, lantaran saat ini permintaan tiket pesawat masih tinggi.

"Pengaruh harga tiket terkait Lebaran tidak begitu efek. Lebaran demand-nya tinggi. Tapi sesudah Lebaran baru terasa," ucapnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya