BPS Sebut Inflasi Sepanjang Ramadan Terkendali

Tingkat inflasi untuk kelompok bahan pangan ini mencapai 2,02 persen

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jun 2019, 16:45 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2019, 16:45 WIB
Jelang Ramadan, Kemendag Jamin Pasokan Sembako Aman
Aktivitas perdagangan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (20/4). Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengklaim harga pangan terkendali. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi selama Mei sebesar 0,68 persen. Tingkat inflasi ini dinilai masih kondisi terkendali, bahkan jauh lebih baik dibandingkan periode di tahun-tahun sebelumnya.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti mengatakan, kondisi indeks harga yang stabil didapati pada harga bahan pangan sepanjang Ramadan. Walaupun terlihat mengalami inflasi untuk kelompok bahan pangan ini mencapai 2,02 persen, namun menurut dia kenaikan indeks harga pagan tersebut karena minggu awal dan akhir Ramadan seluruhnya terjadi pada Mei 2019.

“Sebetulnya cenderung terkendali, ya agak mendinganlah,” ujar Yunita Rusanti di Jakarta, Selasa (11/6/2019).

Selain itu, lanjut Yunita, inflasi pada Mei 2019 cenderung besar lantaran Ramadan dimulai sejak awal bulan. Sementara pada tahun lalu, masa Ramadan baru dimulai pada pertengahan Mei sehingga menyebabkan inflasi Ramadan tidak tercakup pada Mei saja, namun terbagi juga pada Juni.

“Kalau di pertengahan, berarti inflasinya itu terbagi dua di Mei dan Juni 2018,” kata dia.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Mendag: Harga Pangan Selama Ramadan Stabil

Mayora Ekspor 1000 Kontainer Torabika Cappuccino ke Rusia
Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita saat memberikan penjelasan kepada media di Jakarta, Rabu (6/2). Pada 2018, Mayora tercatat telah mengekspor 1.000 kontainer Torabika Cappuccino. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan harga-harga kebutuhan pangan terkendali dan stabil pada periode Ramadhan dan Lebaran 2019.

Dia mengungkapkan, pemerintah berupaya menjaga ketersediaan pasokan menjadi salah satu alasan kestabilan harga-harga pada periode ini, meski terdapat peningkatan permintaan.

"Ketersediaan dan pengendalian harga akan terus berlangsung sampai sepanjang tahun. Kita betul-betul membuat keseimbangan suppy and demand," kata Enggar.

Dia mengakui beberapa harga bahan kebutuhan pokok sempat mengalami kenaikan, namun masih dalam tataran normal. Enggar juga memastikan ketersediaan pasokan untuk menjaga kestabilan harga bahan makanan akan terus terjadi sepanjang 2019.


Pekerjaan Rumah Pemerintah untuk Tekan Inflasi

20170524-Jelang Ramadan, Harga Sembako Stabil-Angga
Aktivitas pedagang di pasar tradisional Senen, Jakarta Pusat, Rabu (24/5). Menghadapi bulan puasa, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan bahwa harga bahan pokok di pasaran terpantau stabil. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Rusli Abdullah menyatakan, inflasi Ramadan 2019 tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja menurutnya, inflasi relatif lebih terjaga.

Dia mengungkapkan, stabilnya harga beras tidak lepas dari kondisi adanya panen raya padi pada Maret-April 2019. Hal ini membuat stok beras di tanah air relatif aman.

Rusli menilai baik sumbangan inflasi dari bahan pangan karbohidrat maupun dari produk holtikultura cukup mempengaruhi laju inflasi. Dia menyarankan ada tata kelola manajemen pangan mengingat inflasi pangan di bulan Ramadan dan Idul Fitri terus berulang. 

Rusli juga mencatat sejumlah pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan pemerintah ke depan terkait guna menekan inflasi. Pemerintah harus mengoptimalkan manajeman logistik pangan baik pangan yang harus impor maupun pangan yang bisa dipenuhi dari dalam negeri, seperti bawang putih. 

"Sementara, untuk pangan yang bisa dipenuhi dari dalam negeri seperti daging ayam, pemerintah harus memastikan distribusinya lancar," kata dia.

 


Daging Ayam dan Cabai Penyumbang Inflasi DKI Jakarta di Mei 2019

Inflasi
Pembeli membeli daging ayam di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Inflasi di ibukota mengalami kenaikan pada bulan Ramadan 2019. Inflasi pada Mei 2019 tercatat sebesar 0,59 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,40 persen (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo menjelaskan, peningkatan tersebut terjadi pada hampir seluruh kelompok pengeluaran terutama pada kelompok bahan makanan.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK sampai dengan Mei 2019 tercatat sebesar 1,64 persen (ytd), atau secara tahunan sebesar 3,50 persen (yoy), meningkat dari bulan lalu sebesar 3,37 persen (yoy). Pada akhir 2019, tingkat inflasi Jakarta diprakirakan tetap mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional kurang lebih 3,5 persen.

"Meningkatnya tekanan inflasi Mei 2019 bersumber dari kelompok pengeluaran bahan makanan," jata Hamid dalam keterangannya, Selasa (11/6/2019).

Kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 2,03 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi April 2019 sebesar 0,98 persen (mtm).

Tingginya inflasi pada kelompok ini disumbang oleh kenaikan harga pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya, khususnya pada komoditas daging ayam ras yang tercatat mengalami inflasi hingga 5,98 persen (mtm).

Sejalan dengan subkelompok daging dan hasil-hasilnya, subkelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya juga mencatat inflasi yang cukup tinggi, terutama disumbang oleh komoditas telur ayam ras dengan inflasi sebesar 3,50 persen (mtm).

Lebih lanjut pada subkelompok bumbu-bumbuan, tekanan inflasi terjadi pada komoditas cabai merah dan bawang putih yang masing-masing tercatat sebesar 17,16 persen (mtm) dan 14,75 persen (mtm).

"Cukup tingginya inflasi pada beberapa komoditas tersebut didorong meningkatnya permintaan masyarakat sepanjang pelaksanaan puasa dan untuk persiapan hari raya Idul Fitri," tambah Hamid.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya