Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) membantah, harga Avtur yang dijualnya menjadi pemicu kenaikan harga tiket pesawat.
Untuk diketahui, saat ini pemerintah masih kewalahan mengatur maskapai menurunkan harga tiket pesawat.
Vice Presiden Coorporate Communication PT Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, mahalnya harga tiket pesawat tidak bisa dihubungkan dengan harga Avtur yang dijual Pertamina, sebab perusahaan telah menurunkan ‎harga avtur.
Advertisement
"Harga avtur Pertamina mengalami penurunan, dicompare dengan kenaikan harga tiket saja,"‎ ujar Fajriyah, saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti ditulis Kamis (20/6/2019).
Baca Juga
Fajriyah pun mengklaim harga Avtur yang dijual Pertamina di Bandarang Soekarno Hatta sebesar Rp 9.022 per liter paling murah jika dibandingkan dengan badan usaha penjual avtur di beberapa negara.Â
Adapun badan usaha lain tersebut adalah Shell di Bandara Narita Tokyo Rp 15.993 per liter, Shell di Manila Rp 13.327 per liter, Shell di Singapura Rp 11.851 per liter, Shell di Hongkong‎ Rp11.031 per liter dan Shell di Kualalumpur Rp 9.956 per liter.
"Demikian datanya, lihat dari awal tahun sampai sekarang apakah sejalan atau bagaimana," tandasnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Ikuti Formula Pemerintah, Pertamina Klaim Jual Avtur Paling Murah
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengklaim, sudah mengikuti formula harga avtur yang ditetapkan pemerintah. Sebab itu, harga avtur yang dijualnya di Bandara Soekarno Hatta paling murah‎.
Nicke mengatakan, Pertamina telah memperbarui harga avtur setiap dua minggu, dengan mengacu formula pembentukan harga yang sudah ditetapkan pemerintah berdasarkan patokan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).
"‎setiap dua minggu kami udpate,harga avtur juga kami tetapkan dengan formula disesuaikan dengan ICP," kata Nicke, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Mei 2019.
Nicke menuturkan, dalam tiga bulan terakhir ICP menurun, harga avtur pun merefleksikan kondisi tersebut. Bahkan dia mengklaim harga avtur termurah di Bandara Soekarno Hatta.
"Kalau lihat trennya 3 bulan terakhir di 2018, itu ICP turun ya,‎" ujar dia.
Nicke membantah kabar jika ada kabar harga avtur Pertamina masih tergolong mahal, dia menyatakan harga avtur yang dijualnya termasuk yang paling murah."Itu enggak benar. avtur kita di Cengkareng itu yang termurah," tegasnya.
Nicke melanjutkan, Pertamina sudah berkontrak dengan maskapai Garuda Indonesia untuk memasok avturnya agar bisa menjual dengan harga murah. Pertamina melakukan kesepakatan langsung dengan produsen.
"‎Semua avtur untuk Garuda kami juga yang sediakan, artinya kami langsung deal dengan penghasil avtur di sana, kami bisa langsung bandingkan. Jadi harga avtur kita kompetitif," tandasnya.
Â
Â
Advertisement
Bos Pertamina Klaim Sudah Tak Impor Solar dan Avtur
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) sudah tidak mengimpor avtur dan solar, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini merupakan hasil dari optimalisasi pengoperasian kilang.
Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina sudah sejak April 2019 tidak mengimpor avtur. Kebutuhan avtur dalam negeri sudah dapat dipenuhi kilang Cilacap‎.
"Mulai April kita sudah nggak lagi impor avtur, selama ini setiap tahun rata-rata antara 8-10 juta impor, dengan kita optimalkan kilang," kata Nicke, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 14 Mei 2019.
Nicke melanjutkan, selain sudah tidak mengimpor avtur Pertamina juga sudah tidak mengimpor solar sejak Mei 2019. Hal ini merupakan dampak dari pelaksanaan program campuran 20 persen biodiesel dengan solar (B20) dan mengoptimalkan pengoperasian kilang Plaju.
"Solar mulai Mei kita juga sudah nggak perlu lagi impor, selama ini impor berkisar 12-15 juta barel, nah jadi ini kita per Mei," tuturnya.
Menurut Nicke, secara bertahap Pertamina akan mengurangi i‎mpor produk BBM, dengan mengoptimalkan masing-masing kilang dalam memproduksi produk BBM. Saat ini Pertamina sedang melaksanakan program peremajaan kilang dan pembangunan kilang baru.
"Bertahap nanti kita coba optimalkan volume maupun jenis produk untuk masing-masing kilang mana yang kemudian kita bisa mandiri sehingga nanti nggak perlu impor. kita coba amankan yang demandnya cukup tinggi," tandasnya.
Â