Harga Minyak Melemah Usai Stok AS Turun

Harga minyak melemah didukung dari penurunan lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS).

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jun 2019, 06:15 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2019, 06:15 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak melemah didukung dari penurunan lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS).  Selain itu, bursa saham AS atau wall street yang menguat terbatas.

Harga minyak Brent berjangka ditutup merosot 32 sen atau 0,5 persen ke posisi USD 61,82 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 14 sen atau 0,26 persen ke posisi USD 53,76 per barel. Pada Selasa, WTI telah mencatat kenaikan harian terbesar sejak awal Januari.

Setelah membengkak mendekati level tertinggi dalam dua tahun, stok minyak mentah AS turun 3,1 juta barel pada pekan lalu dibandingkan harapan analis 1,1 juta barel.

The Energy Information Administration (EIA) juga menyatakan, produk olahan mencatat penurunan mengejutkan karena kenaikan penyulingan dan ekspor minyak mentah, serta penurunan produksi minyak mentah. Harga minyak sempat berubah positif setelah laporan EIA.

"Saya pikir, secara keseluruhan, itu adalah laporan positif. Bahkan dengan laporan bullish, setelah kenaikan besar kemarin, pasar ragu untuk mendorong jauh lebih tinggi," kata Phil Flynn, Analis Price Futures, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (20/6/2019).

Bursa saham AS juga membatasi kenaikan harga minyak. Bursa saham AS cenderung stabil setelah keputusan bank sentral AS mempertahankan suku bunga stabil seperti yang diharapkan.

"Pasar minyak mentah berkorelasi dengan itu. Saya tidak berpikir itu lebih dari sekadar sentimen," ujar Bob Yawger, Direktur Mizuho.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Ketegangan di Timur Tengah

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sementara itu, ketegangan tetap tinggi di Timur Tengah usai serangan tanker pada pekan lalu yang mendorong harga minyak. Kekhawatiran konfrontasi antara Iran dan Amerika Serikat meningkat.

Presiden AS Donald Trump menyatakan siap mengambil tindakan militer untuk menghentikan Iran memiliki bom nuklir.

Pasar minyak, bagaimana pun sebagian besar mengabaikan serangan roket di sebuah site, Irak Selatan yang digunakan oleh perusahaan minyak asing termasuk raksasa energi AS ExxonMobil.

Tiga orang terluka dalam serangan itu yang mengancam akan semakin meningkatkan ketegangan AS-Iran di wilayah tersebut.

Anggota OPEC pun sepakat bertemu pada 1 Juli, diikuti oleh pertemuan dengan sekutu non-OPEC pada 2 Juli. OPEC dan sekutunya akan membahas apakah akan memperpanjang kesepakatan pemangkasan 1,2 juta barel per hari produksi yang habis pada Juni ini.

Perdagangan Kemarin

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sebelumnya, harga minyak naik lebih dari USD 1 per barel pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta).

Kenaikan tersebut terjadi setelah tersebarnya berita bahwa Amerika Serikat (AS) dan China akan kembali melanjutkan pembicaraan perdagangan menjelang pertemuan di KTT G20 akhir bulan ini.

Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah setelah serangan ke kapal tanker pada pekan lalu dan kemudian AS berencana untuk mengirimkan lebih banyak pasukan di Timur Tengah juga memberikan dukungan ke harga minyak.

Mengutip Reuters, Rabu 19 Juni 2019, harga minyak berjangka West Texas Intermediate AS naik USD 1,97 atau 3,8 persen dan menetap di USD 53,90 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,20, atau 2 persen, menjadi USD 62,14 per barel.

Dalam akun twitter, Presiden AS Donald Trump menulis bahwa dirinya telah melakukan percakapan di telepon dengan Presiden China Xi Jinping. Keduanya akan mengadakan pertemuan pada pekan depan bertepatan dengan ajang G20 di Jepang.

Sebelum mereka bertemu, tim dari masing-masing negara akan mengadakan pertemuan pendahuluan terlebih dahulu.

Dari pihak China, yang sebelumnya menolak mengatakan apakah kedua pemimpin akan bertemu, mengkonfirmasi pertemuan itu.

"Pembicaraan ini sebenarnya bagaikan mati di dalam air. Kerusakan terhadap ekonomi global telah tumbuh setiap hari," kata John Kilduff, seorang analis dari Again Capital LLC di New York.

Kekhawatiran akan konfrontasi antara Iran dan Amerika Serikat telah meningkat sejak serangan kapal tanker minyak Kamis lalu. Pihak Washington atau AS menusuh bahwa serangan tersebut dilakukan oleh pihak terhadap Teheran. Namun, Iran membantah terlibat dalam serangan.

Presiden AS Trump mengatakan bahwa dia siap mengambil tindakan militer untuk menghentikan Teheran memiliki bom nuklir. Dirinya juga tak segan-segan untuk menggunakan kekuatan militer.

Iran akan melanggar batas cadangan uranium yang ditetapkan oleh perjanjian nuklir Tehran dengan dunia dalam 10 hari ke depan.

Meski demikian, badan tenaga atom Iran mengatakan "masih ada waktu bagi negara-negara Eropa untuk bertindak melindungi Iran dari sanksi Amerika Serikat yang kembali diberlakukan".

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya