Sempat Turun, Harga Emas Menguat Usai Suku Bunga Acuan The Fed Stabil

Harga emas kembali turun dari posisi tertinggi dalam 14 bulan. Kemudian menguat usai the Fed pertahankan suku bunga.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jun 2019, 06:15 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2019, 06:15 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas kembali turun dari posisi tertinggi dalam 14 bulan. Harga emas sempat menguat usai the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) mempertahankan suku bunga acuan.

Dalam pernyataan, the Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 2,25 persen-2,5 persen.

Akan tetapi, para pejabat the Fed mengatakan, selama enam minggu terakhir, "ketidakpastian" telah meningkat terhadap prospek ke depan. Pejabat the Fed tampak terpecah apakah the Fed akan pangkas suku bunga pada 2019, dilihat dari proyeksi bank sentral tentang pergerakan suku bunga di masa depan yang dikenal sebagai “dot plot”.

"The Fed memberikan bukti jelas untuk kebijakan jangka pendek yang memudahkan pada 2019," ujar Analis TD Securities, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (20/6/2019).

Dari sembilan pejabat, setidaknya satu pejabat melihat pemotongan suku bunga pada akhir 2020. Harga logam mulia cenderung menarik dibeli dengan iklim suku bunga yang rendah.

Dalam perdagangan elektronik, harga emas untuk pengiriman Agustus naik ke posisi USD 1.354,20 per ounce usai pengumuman the Federal Reserve. Harga kontrak emas turun USD 1,9 atau 0,1 persen menjadi USD 1.348,80 per ounce.

Pada perdagangan Selasa, harga emas mencatatkan penyelesaian kontrak paling aktif tertinggi sejak 18 April 2018.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Harga Logam Lainnya

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Setelah pengumuman the Fed, imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun berada di kisaran 2,05 persen. Hal ini membuat surat utang pemerintah kurang menarik bagi pelaku pasar.

Adapun harga emas diperdagangkan lebih tinggi pada pekan ini usai investor membeli aset logam mulia sebagai safe haven didorong ketidakpastian penyelesaian perang dagang antara AS dan China. Serta kekhawatiran ekonomi global akan turun. Bank sentral Eropa juga akan memberikan stimulus jika ekonomi zona euro melemah.

Dalam transaksi logam lainnya, harga perak merosot 0,2 persen menjadi USD 14.958 per ounce. Harga tembaga tergelincir 2,3 sen atau 0,8 persen menjadi USD 2.681 per pound. Harga platinum naik 0,5 persen menjadi USD 805,80 per ounce, dan harga palladium naik 1,3 persen menjadi USD 1.492,60 per ounce.

Perdagangan Sebelumnya

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sebelumnya, kenaikan harga emas pada perdagangan Selasa terpangkas setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengkonfirmasi bahwa ia akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping ada pertemuan G20 di Jepang.

Sebelumnya, di awal sesi harga emas sempat melonjak hingga 1p ersen setelah Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral AS mengisyaratkan akan menjalankan kebijakan pelonggaran moneter.

Mengutip CNBC, Rabu 19 Juni 2019, harga emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi USD 1.432,15 per ounce. Harga emas ini sempat naik ke USD 1.354,20 per ounce, sebelum Trump mengatakan dalam akun twitternya bahwa ia telah melakukan sambungan telepon yang sangat baik dengan Presiden China.

Kedua pemimpin akan bertemu pada Pertemuan G20 akhir bulan ini di Jepang, di mana diskusi akan fokus pada perdagangan di tengah perang tarif yang berdampak pahit pada pasar global.

Sedangkan untuk harga emas berjangka AS naik USD 7,80 ke level USD 1.350,70 per ounce.

"Kami melihat sedikit kebangkitan dalam selera risiko," kata Bart Melek, kepala analis komoditas TD Securities di Toronto.

"Komoditas yang memiliki risiko tinggi telah naik dan emas telah diperdagangkan lebih rendah," tambah dia.

Pasar saham menguat mengikuti komentar Trump sementara indeks dolar AS menguat ke level tertinggi dalam dua minggu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya