CEO Terkaya di Malaysia Rela Pangkas Gajinya Sendiri

CEO ini rela gajinya turun karena pemerintah menaikkan pajak.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Jun 2019, 20:07 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2019, 20:07 WIB
Ilustrasi uang dolar
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Orang terkaya nomor tujuh di Malaysia, Lim Kok Thay, rela mengurangi gajinya sebagai CEO. Ini sebagai respons atas bertambahnya pajak di industri gaming di negaranya.

Dilaporkan Business Insider, keputusan Lim Kok Thay menurunkan 20 perren gajinya disambut baik para pemegang saham dari perusahaan yang ia pimpin: Genting Group dan Genting Malaysia Bhd. Meski demikian, ada yang ingin gajinya turun 50 persen.

Data tahun lalu menyebut upah tahunan Lim Kok Thay mencapai 284,6 juta ringgit atau setara Rp 976 miliar (1 ringgit = Rp 3.431). Gaji itu membuatnya CEO dengan bayaran tertinggi di Malaysia.

Gajinya pun jauh melewati yang didapat bos perusahaan energi di Malaysia. Setelah Lim, CEO dengan gaji tertinggi adalah pemimpin Sapura Energy, Shahril Shamsuddin, yang mendapat 71,9 juta ringgit (Rp 246,7 triliun).

Daftar terkaya Forbes 2019 menyebut Lim Kok Thay adalah orang terkaya nomor 436 di dunia. Ia juga orang terkaya nomor tujuh di Malaysia dengan kekayaan USd 4,4 miliar atau Rp 62,6 triliun (USD 1 = Rp 14.248).

Sebelumnya, The Edge Markets melaporkan pemerintah menaikan pajak pendapatan kotor di sektor judi dan alat permainannya sebanyak 10 persen. Perusahaan Genting yang dipimpin CEO itu aktif di sektor judi dan resor, sehingga terkena imbas kenaikkan pajak. 

Kebijakan itu disebut kenaikan pajak kasino pertama dalam 20 tahun terakhir. Sebelumnya, pajak naik pada tahun 1998. Akibat aturan baru ini, pendapatan Genting turun 26 persen .

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Ratusan CEO Menentang Larangan Aborsi di AS

20160311-Ilustrasi Bayi-istock
Ilustrasi Bayi (iStockphoto)

 Pelarangan aborsi di beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS). Keputusan itu menimbulkan kontroversi karena menyulitkan korban pemerkosaan untuk aborsi.

Dilansir dari The Washington Post, sekitar 180 CEO dari perusahaan ternama di AS mengirim surat terbuka untuk melawan larangan itu. Mereka menilai pelarangan aborsi berdampak negatif pada kesehatan dan keadaan ekonomi seseorang.

Mei lalu, negara bagian Alabama yang terkenal konservatif memiliki larangan aborsi yang ketat. Larangan itu tidak mengecualikan korban pemerkosaan dan inces.

Negara bagian lain seperti Georgia juga ikut ingin melarang aborsi jika janin sudah punya detak jantung atau sekitar usia enam minggu. Namun, masalahnya pada saat itu perempuan belum tentu tahu bahwa mereka hamil.

Sejumlah CEO yang menentang pelarangan aborsi adalah Andrea Blieden (The Body Shop US), Ezinne Kwubiri (H&M), Elie Seidman (Tinder), Diane von Furstenberg (DVF), dan bos Twitter, Jack Dorsey.

"Melarang akses ke layanan reproduksi yang komprehensif, termasuk aborsi, mengacam kesehatan, independensi, dan stabilitas ekonomi pegawai dan konsumen kami. Sederhananya, hal itu bertengangan dengan nilai-nilai yang kami anut dan tidak baik untuk bisnis," ujar para CEO dalam situs Don't Ban Equality.

Industri perfilman seperti Walt Disney dan WarnerMedia juga mempertimbangkan berhenti syuting di negara bagian yang melarang aborsi. Di Georgia, industri film menciptakan 92 ribu pekerjaan pada tahun lalu.

Isu aborsi di AS terbagi antara para penentang aborsi (pro-life) dan pendukung wanita hamil untuk memilih melakukan aborsi (pro-choice). Penelitian Pew pada 2018 menyebut 58 persen orang dewasa AS percaya aborsi harusnya legal.

Presiden Donald Trump juga tidak merestui hukum aborsi di Alabama. Ia menyebut setuju pada aborsi dalam kasus perkosaan, inces, dan melindungi hidup ibu. Namun, Trump diketahui tidak tegas karena dulu sempat mendukung hak aborsi (pro-choice).

CEO Candy Crush Mundur dari Jabatannya

Ini Akibatnya Terlalu Sering Bermain Candy Crush Saga
Ilustrasi. Foto: gamerevolution

 Candy Crush sudah melegenda di smartphone dunia. Cara bermainnya yang mudah membuatnya digemari oleh anak kecil maupun orang tua.

Sosok dibalik kejayaan Candy Crush adalah Riccardo Zacconi. Pebisnis 52 tahun asal Italia itu mendirikan perusahaan King Digital Entertainment yang mengembangkan Candy Crush Saga.

Setelah 16 tahun memimpin, Zacconi akhirnya memutuskan untuk meninggalkan jabatannya sebagai CEO. Pengundurannya akan efektif per 1 Juli 2019 mendatang, demikian laporan Cnet.

Kabar ini terkuak pada laporan keterbukaan Activision Blizzard yang merupakan induk dari King Digital Entertainment. Meski mundur dari jabatan eksekutif, Zacconi akan tetap menjadi chairman King.

Candy Crush merupakan salah satu aplikasi smartphone yang paling laris di dunia. Tahun lalu, Gamespot melaporkan serial gim ini meraup lebih dari USD 1,5 miliar.

Hampir 63 persen dari pendapatan tersebut berasal dari Candy Crush Saga. Gim yang rilis tahun 2012 masih sanggup meraup USD 945 juta.

Judul populer lainnya adalah Candy Crush Soda Saga yang meraup USD 443 juta, dan Candy Crush Jelly Saga yang menghasilkan uang USD 90 juta pada tahun lalu.

King Digital Enterntainment diakuisisi oleh Activision Blizzard pada tahun 2016 lalu. Nilai akuisisinya mencapai USD 5,9 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya