Strategi RI Perluas Pangsa Pasar Sawit di Pakistan

Pelaku usaha Pakistan menilai Indonesia perlu diversifikasi produk sawit untuk tingkatkan perluas pasar.

oleh Bawono Yadika diperbarui 20 Jun 2019, 13:18 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2019, 13:18 WIB
(Foto: Dok KBRI Islamabad)
Focus Group Discussion (FGD) mempertajam riset mengenai potensi Pakistan sebagai hub bisnis minyak sawit Indonesia. (Foto: Dok KBRI Islamabad)

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku industri dan importir kelapa sawit Pakistan sambut positif focus group discussion (FGD) untuk mempertajam riset mengenai potensi Pakistan sebagai hub bisnis minyak sawit Indonesia pada Selasa 18 Juni 2019.

Hal ini sebagai langkah memperluas  pangsa pasar ke kawasan Asia Selatan, Asia Tengah dan Timur Tengah. FGD tersebut mendapatkan respons positif dari kalangan industri dan importir produk minyak sawit Pakistan.

"Kami sangat mengapresiasi langkah KBRI Islamabad yang mempertemukan pelaku Industri produk berbahan kelapa sawit dengan para peneliti, pemangku kepentingan Indonesia yang serius mengembangkan pilot project peningkatan bisnis kelapa sawit baik di Indonesia dan Pakistan," ujar Umer Islam, Sekjen Pakistan Vanaspati Manufacture Association (PVMA).

Hal serupa juga disampaikan Dubes RI untuk Pakistan, Iwan Suyudhie Amri yang menilai semua pihak yang terlibat yaitu Kemendag RI, BPDP-KS, IPB, dan Pricewaterhouse Coopers (PWC) Pakistan, penuh totalitas dan dedikatif menyelenggarakan kerja sama riset yang pertama kali dilakukan terkait pengembangan sektor bisnis kelapa sawit di negara importir sawit Indonesia.

“FGD untuk kerja sama riset yang dilaksanakan di Islamabad ini merupakan suatu upaya mempromosikan kerja sama bilateral Indonesia-Pakistan yang tidak saja memberikan multiplier effects bagi kedua negara tetapi juga manfaat besar bagi kawasan sekitar,” ujar Iwan Amri, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (20/6/2019).

Di hadapan para pelaku bisnis Pakistan antara lain, Waheed Group Company, Khurshid Soap Group dan PVMA, Iwan mengemukakan dua hal penting menyangkut pelaksanaan FGD tersebut.

"FGD memiliki dua nilai penting yaitu, pengupayaan secara simultan peningkatan kerja sama bisnis antar kedua negara dan pemeliharaan atas kedekatan hubungan bilateral yang telah dibangun sejak masa kemerdekaan oleh para pendahulu kedua bangsa," ujar Iwan Amri.

"Momen kerja sama ini merupakan upaya mewujudkan asas manfaat dalam mempromosikan kesejahteraan dan perdamaian di kedua negara," Iwan menambahkan.

Dalam butir rekomendasi yang dikeluarkan dalam FGD antara lain menyebutkan hubungan perdagangan antara Indonesia dan Pakistan telah menunjukan tren selalu positif setiap tahun.

Hal tersebut harus dipelihara baik secara ekonomi maupun politik dari berbagai persfektif yang strategis untuk lebih mewujudkan kesejahteraan dan perdamaian di kedua negara.

Nilai perdagangan Indonesia dan Pakistan tahun 2018 masih menempatkan surplus besar bagi Indonesia sebesar USD 1,8 miliar dari total nilai perdagangan sebesar USD 3,1 miliar.

Dalam perjalanannya, pasar sawit Indonesia di Pakistan tidak terlepas dari berbagai tantangan yang menghambatnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Rekomendasi FGD

20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Terkait dengan strategi menghadapi tantangan bagi perluasan pangsa pasar sawit Indonesia di Pakistan, FGD merekomendasikan perlunya tindakan cepat dan cermat mengatasi berbagai isu negatif terhadap kelapa sawit, seperti kesehatan, hambatan tarif dan non tarif, serta struktur pengenaan pajak untuk memenangi negara pesaing. 

"Untuk menguasai pasar Pakistan lebih besar, pengolahan produk sawit perlu diderivasi tidak hanya untuk minyak goreng atau ghee, tetapi juga komoditas seperti sabun, kosmetik, pakan hewan, dan makanan ringan," ujar Fahad Waheed, CEO Waheed Group Company.

Para pengusaha besar tersebut mengaku bersedia menjalin kerja sama joint venture mengembangkan pasar dan produk derivasi produk sawit tersebut dengan patronasi Pemerintah Indonesia dan Pakistan.

"Kami akan menyiapkan berbagai sarana dan sumber daya yang kami miliki sekiranya rencana joint venture pengolahan derivasi produk sawit ini akan dilakukan di Pakistan," sambung M. Ilyas, Direktur Soup Manufacture.  

Selaras dengan harapan tersebut, KBRI Islamabad selalu menekankan seiring dengan kapasitas ekonomi Indonesia yang semakin besar, Indonesia memerlukan halaman bermain yang lebih luas.

Menjadikan Pakistan sebagai hub minyak sawit Indonesia juga harus dilihat dalam perspektif kepentingan lebih luas dalam konteks geo-strategis hubungan internasional.

Untuk mengeksplorasi lebih lanjut keinginan dari para pengusaha besar tersebut, Iwan Amri akan memfasilitasi pertemuan para pelaku usaha tersebut dengan para pelaku usaha Indonesia di sela acara Trade Expo Indonesia (TEI) di Jakarta pada 16-20 Oktober 2019.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya