Pemindahan Ibu Kota Demi Cegah Ketimpangan Melebar

Menteri PPN/Kepala Bappenas membeberkan beberapa alasan mengapa ibu kota Indonesia harus dipindahkan

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jul 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2019, 16:00 WIB
Sri Mulyani, Yasonna Laoly, dan Bambang Brodjonegoro Rapat Kerja Bersama DPR
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menkumham Yasonna Laoly, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat rapat kerja dengan Banggar DPR, Jakarta, Selasa (4/9). (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro mengatakan, upaya pemindahan Ibu Kota Indonesia keluar Jawa sudah seharusnya dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi beban Jakarta.

Menurut Bambang, kemacetan di Jakarta selama ini menjadi salah satu hal yang membuat ibu kota harus pindah. Total kerugian yang diakibatkan oleh kemacetan bahkan mencapai puluhan triliun.

“Belum lagi kemacetan tinggi dan sistem pengelolaan yang buruk menimbulkan kerugian ekonomi akibat kemacetan hingga Rp56 triliun per tahun,” ujarnya dalam acara Forum Merdeka Barat di Kementerian Bappenas, Jakarta, Rabu (10/7/2019).

Selain itu faktor lain yang mengharuskan ibu kota segera pindah adalah masalah ketimpangan. Selama ini, pusat perekonomian masih bertumpu di daerah Jakarta dan sekitaran Pulau Jawa. Padahal, Indonesia terletak tidak hanya di pulau-pulau Jawa saja, melainkan diluar dari itu.

"Ekonominya 58 persen di Pulau Jawa. Sisanya dibagi di semua wilayah luar Jawa. Bahkan kalau spesifik Jabodetabek (metropolitan jakarta) kontribusi ekonomi seperlima atau 20 persen. jadi artinya, kalau kita biarkan ini berkelanjutan tanpa ada upaya serius maka ketimpangan melebar," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pindahkan Ibu Kota, RI Bakal Belajar dari Brasil

Indonesia Development Forum (IDF) 2018
Menteri PPN / Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro memberikan sambutan pada Indonesia Development Forum (IDF) 2018 di Jakarta, Selasa (10/7). IDF 2018 mengusung tema sejalan dengan agenda Nawa Cita Presiden Jokowi. (Liputan6.com/HO/Bappenas)

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro, mengakui rencana pemindahan ibu kota Jakarta bukan lah sesuatu yang baru. Sebab, rencana ini sudah dilakukan oleh pemerintahan sebelummya.

Bambang mengatakan sejak era Presiden Soekarno dan Soeharto rencana pemindahan ibu kotasudah dicanangkan. Namun karena banyak pertimbangan dan hal lainnya rencana ini tidak juga terealisasikan.

"Meskipun wacana sudah diangkat sejak presiden Soekarno 1947 Soeharto 1980-an tapi pada kesempatan ini, Presiden Jokowi ingin tidak berhenti di wacana tapi pindah konkrit," katanya dalam acara Forum Merdeka Barat di Kementerian Bappenas, Jakarta, Rabu (10/8).

Bambang mengatakan pemerintah sendiri saat ini tengah belajar dari beberapa negara yang sukses memindahkan lokasi ibu kotanya, salah satunya yakni Brasil . Menurutnya, banyak yang mengira kalau ibu kota Brasil adalah Rio de Janeiro. Padahal, ibu kota ini sudah resmi dipindahkan sejak 1960 ke Brasilia.

"Kita berbahagia sekali bisa belajar dari negara yang mempunyai banyak kesamaan meskipun wilayahnya jauh seperti Brasil," katanya.

 

Selanjutnya

BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,4 Persen di 2019
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Bank Indonesia (BI) optimistis ekonomi Indonesia akan lebih baik di tahun 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bambang menyebut meski banyak negara-negara lain yang berhasil pindahkan ibu kotanya seperti Pakistan, Nigeria, Australia, dan Malaysia, namun Brasil lah yang punya kemiripan dengan Indonesia.

"Kita sama-sama negara G20, juga secara ekonomi negera berkembang dan berpotensi nantinya masuk top 10 ekonomi dengan PDB terbesar. Wilayahnya besar. Bedanya satu, Brasil sifatnya continent dan kita kepulauan," katanya.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya