Neraca Dagang Surplus, Menko Darmin Tetap Waspadai Impor Migas

Berdasarkan data BPS, pada Juni 2019 sektor migas mengalami defisit sebesar USD 966,8 juta.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jul 2019, 17:12 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2019, 17:12 WIB
20150910-Darmin Nasution
Menko Perekonomian Darmian Nasution saat mengumumkan paket kebijakan ekonomi tahap pertama di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (9/9/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2019 surplus USD 0,2 miliar. Meski realisasi surplus ini turun tipis dibandingkan dengan posisi Mei 2019 yang tercatat sebesar USD 0,21 miliar, namun ini menjadi catatan positif setelah pada April 2019 mengalami defisit terdalam sebesar USD 2,5 miliar.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, meski pada Juni 2019 mengalami surplus namun tetap perlu waspada terhadap sektor migas. Sebab neraca perdagangan sangat dipengaruhi pada tingkat ekspor-impor di sektor migas.

"Benar-benar urusan di migas, Itu kan bulan Maret atau April lalu bener-bener urusan migas dan yang sebenarnya buat neraca dagang positif atau negatif banyak sekali dipengaruhi migas," ujarnya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Senin (15/7/2019).

Berdasarkan data BPS, pada Juni 2019 sektor migas mengalami defisit sebesar USD 966,8 juta. Defisit migas terdiri dari nilai minyak mentah yang mengalami defisit USD 263,8 juta dan hasil minyak defisit USD 933,4 juta. Namun pada gas tercatat surplus USD 230,4 juta.

Kendati begitu, Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut optimistis neraca perdagangan Indonesia kedepannya bisa berlanjut surplus, di tengah kondisi perekonomian global yang masih bermasalah. "Memang ekonomi dunia perdagangan sedang masalah. Walaupun tidak banyak itu menunjukkan tedensi makin berlanjut dan akan surplus," tegasnya.

Sebelumnya, Kepala BPS mengatakan laju ekspor dan impor pada Mei 2019 memang mengalami penurunan. Meski demikian, nilai kinerja ekspor jauh lebih tinggi. Hal ini membuat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus.

Di mana, nilai impor sebesar USD 14,53 miliar atau turun 5,62 persen dari bulan sebelumnya. Sedangkan, ekspor tercatat sebesar USD 14,74 miliar atau naik sebesar 12,42 persen dari bulan April 2019.

"Setidaknya ini masih bagus dibandingkan defisit, meskipun dalam posisi ideal dengan menggenjot ekspor dan mengendalikan impor," katanya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Impor Indonesia Turun 20,70 Persen pada Juni 2019

20161018-Ekspor Impor RI Melemah di Bulan September-Jakarta
Ratusan peti kemas di area JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Secara kumulatif, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Januari-September 2016, nilai ekspor sebesar US$ 104,36 miliar, turun 9,41% (yoy). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju impor Indonesia pada Juni 2019 mencapai USD 11,58 miliar. Angka ini turun 20,70 persen bila dibandingkan dengan Mei 2019 yang tercatat USD 14,61 miliar.

Sementara apabila dibandingkan dengan realisasi impor pada Juni 2018 justru mengalami kenaikan sebesar 2,80 persen. Setahun lalu, total impor Indoensia di angka USD 11,27 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penurunan impor pada Juni 2019 ini didorong karena penurunan impor pada migas maupun nonmigas. Masa cuti dan libur bersama Lebaran 2019 menjadi alasan penurunan impor tersebut karena perdagangan libur. 

"Cuti panjang yang selama 9 hari di Juni 2019 itu sangat berpengaruh terhadap laju imporIndonesia," ujar Suhariyanto saat memberi keterangan pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, (15/7/2019).

Impor sektor migas turun 21,50 persen. yakni dari USD 2,18 miliar pada Mei 2019 menjadi USD 1,71 miliar pada Juni 2019. Lalu impor nonmigas turun 20,55 persen dari USD 12,42 miliar pada Mei 2019 menjadi USD 9,87 miliar di Juni 2019.

Pria yang akrab disapa Kecuk tersebut menyatakan, pada komoditas nonmigas yang mengalami penurunan impor terendah adalah plastik dan barang dari plastik USD 131,8 juta, ampas atau sisa industri makanan USD 166,7 juta, besi dan baja USD 213 juta, mesin dan peralatan listrik USD 376,8 juta, mesin-mesin atau pesawat mekanik USD 399,6 juta.

Sedangkan komoditas yang mengalami peningkatan impor tertinggi yakni alumunium USD 143,2 juta, perhiasan atau lermata USD 232,6 juta, gula dan kembang gula USD 16,7 juta, kain rajutan USD 13,5 juta, serta kendaraan bermotor atau komponen, terbongkar USD 10,3 juta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya