BI Catat Inflasi Capai 0,2 Persen hingga Minggu Ketiga Juli

BI menyatakan penyebab inflasi yaitu kenaikan harga cabai, baik cabai merah dan cabai rawit pada beberapa waktu terakhir.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jul 2019, 16:15 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2019, 16:15 WIB
Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi sampai dengan minggu ketiga Juli 2019 sebesar 0,2 persen secara month to month (mtm) dan 3,2 persen year on year (yoy). Angka tersebut berdasarkan survei pemantauan harga yang dilakukan Bank Indonesia.

"Berdasarkan survei pemantauan harga sampai minggu ketiga Juli, kita perkirakan inflasi sebesar 0,2 persen month to month kalau year on year sebesar 3,2 persen," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Kantornya, Jakarta, Jumat (19/7).

Ada beberapa komoditas menyebabkan inflasi pada bulan ini. Salah satunya adalah kenaikan harga cabai, baik cabai merah dan cabai rawit pada beberapa waktu terakhir.

"Inflasi tercatat di beberapa komoditas cabai merah relatif besar, sumbangannya 0,15 persen, cabai rawit 0,1 persen, emas perhiasan 0,04 persen," jelasnya.

Sementara itu, terdapat juga beberapa komoditas yang menyumbang deflasi karena mengalami penurunan harga. Misalnya untuk tarif angkutan antar kota, bawang merah, dan daging ayam ras yang tercatat deflasi.

"Beberapa komoditas juga turun, seperti tarif angkutan antar kota, masih turun 0,08 persen, bawang merah turun 0,05 persen, dan daging ayam ras 0,03 persen," jelas Perry.

Inflasi pada bulan ini diyakini masih rendah jika dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya. Sebab dua bulan sebelumnya, merupakan musim Ramadan dan Idul Fitri yang mendorong inflasi pada Mei dan Juni tahun ini.

"Tapi mulai Juli sudah turun kembali rendah, normal. Insya Allah akhir tahun inflasi di bawah 3,5 persen, di bawah titik tengah sasaran," tandas Perry.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perlu Pengendalian Harga Komoditas Agar Target Inflasi Tak Meleset

20150910-Darmin Nasution
Menko Perekonomian Darmian Nasution saat mengumumkan paket kebijakan ekonomi tahap pertama di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (9/9/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama bulan Juni 2019 sebesar 0,55 persen, angka ini lebih rendah dibanding Mei 2019 di 0,68 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender yaitu Januari-Juni 2019 mencapai 2,05 persen.

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, mengakui bahwa inflasi yang terjadi pada Juni 2019 tersebut masih disebabkan oleh bahan komponen seperti makanan. Di mana, beberapa harga komoditas makanan masih ikut terkerek karena adanya Lebaran.

"Jadi makanan yang paling tinggi. Kalau yang lain saya belum lihat," kata Menko Darmin saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Senin (1/7/2019).

Darmin juga menekankan agar inflasi secara tahun kalender selama Januari-Juni 2019 sebesar 2,05 persen dapat dipertahankan hingga akhir 2019. Dengan demikian, perlu adanya upaya pengendalian terhadap beberapa harga komoditas. Sebab, pemerintah sendiri mematok inflasi hingga akhir 2019 mencapai 3,5 plus minus 1 persen.

"Artinya harus ada upaya-upaya pengendalian. Ya kalau enggak bisa diturunkan bisa di atas 4 persen bisa-bisa," pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, komponen bahan makanan mengalami inflasi sebesar 1,63 persen dengan andil terhadap inflasi secara keseluruhan sebesar 0,38 persen.

"Inflasi umum 0,55 persen, di situ kita mendeteksi inflasi tertinggi untuk bahan makanan karena masih ada dalam masa Lebaran, dengan inflasi 1,63 persen," ujar dia di Kantor BPS.

Dia menjelaskan, dari komponen bahan makanan, penyumbang inflasi terbesar yaitu cabai merah sebesar 0,2 persen. Kemudian diikuti oleh ikan segar sebesar 0,05 persen dan aneka sayuran sebesar 0,1 persen.

"Kenaikan inflasi cabai merah 0,2 persen, kemudian ikan segar sebesar 0,05 persen. Selebihnya tomat sayur, cabai hijau 0,1 persen. Tapi di sisi lain ada bawang putih yang harganya sudah turun. Kemarin deflasi sebesar 0,06 persen dan daging serta telur ayam ras 0,02 persen," jelas dia.

Cabai Merah dan Ikan Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar pada Juni 2019

Harga Cabai di Pasar Induk Kramat Jati
Pedagang memperlihatkan dagangan cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (8/7/2019). Harga cabai merah besar di pasar tersebut naik mencapai Rp55 ribu per kg, sedangkan cabai rawit menjadi Rp50 ribu per kg dan cabai rawit hijau pada kisaran Rp 60 ribu per kg. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Juni 2019 mencapai 0,55 persen. Adapun komponen penyumbang inflasi terbesar yaitu bahan makan.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, komponen bahan makanan mengalami inflasi sebesar 1,63 persen dengan andil terhadap inflasi secara keseluruhan sebesar 0,38 persen.

"Inflasi umum 0,55 persen, di situ kita mendeteksi inflasi tertinggi untuk bahan makanan karena masih ada dalam masa Lebaran, dengan inflasi 1,63 persen," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Senin (1/7/2019). 

Dia menuturkan, dari komponen bahan makanan, penyumbang inflasi terbesar yaitu cabai merah sebesar 0,2 persen. Kemudian diikuti oleh ikan segar sebesar 0,05 persen dan aneka sayuran sebesar 0,1 persen.

"Kenaikan inflasi cabai merah 0,2 persen, kemudian ikan segar sebesar 0,05 persen. Selebihnya tomat sayur, cabai hijau 0,1 persen. Tapi di sisi lain ada bawang putih yang harganya sudah turun. Kemarin deflasi sebesar 0,06 persen dan daging serta telur ayam ras 0,02 persen," ujar dia.

Selain bahan makanan, komponen yang mengalami inflasi pada Juni 2019 yaitu komponen makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,59 persen dengan andil sebesar 0,1 persen. Komponen perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,17 persen dengan andil sebesar 0,04 persen.

"Untuk perumahan inflasi 0,17 persen. Komoditas yang menyumbang inflasi adalah kenaikan upah asisten rumah tangga sebesar 0,01 persen," kata dia.

Kemudian, untuk komponen sandang mengalami inflasi 0,81 persen dengan andil sebesar 0,05 persen. Di komponen ini, inflasi disebabkan oleh kenaikan harga emas dan perhiasan. ‎

"Pada sandang yang dominan adalah kenaikan harga emas, perhiasan. Kita tahu harga emas naik signifikan. Ini terjadi di 76 kota yang kita pantau, tertinggi di serang 6 persen dan Tarakan Ternate naik 5 persen," ungkap dia.

Untuk komponen kesehatan dan pendidikan, lanjut Suhariyanto, pada Juni 2019 cenderung tidak mengalami inflasi. Untuk kesehatan mengalami inflasi 0,19 persen dengan andil 0,01 persen. Sedangkan pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 0,07 persen dengan andil 0 persen.

"Kesehatan dan pendidikan dia akan muncul di Juli ketika anak-anak mulai sekolah," lanjut dia.

Sedangkan untuk komponen transportasi, komunikasi dan jasa keuangan justru mengalami deflasi 0,14 persen pada Juni 2019, dengan andil sebesar -0,03 persen. Hal ini sebabkan mulai turunnya sejumlah harga tiket pesawat.

‎"Jadi bahan makanan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar di Juni 2019. Kenaikan terbesar dialami oleh cabai merah, ikan segar, beberapa sayuran, dan perhiasan permata. Penghambat inflasi, yaitu dengan turunya harga bawang putih, tiket pesawat, harga ayam dan telur ras," tandas dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya