Liputan6.com, Jakarta - CEO Softbank, Masayoshi Son baru saja menyambangi Istana Negara untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bersama Managing Director Grab Indonesia Rizki Kramadibrata dan Pendiri Tokopedia William Tanuwijaya, Masayoshi Son datang untuk membahas rencana investasi Softbank.
Diketahui, Softbank hendak memperluas investasi di sektor mobil listrik serta artificial intelligence (AI).
Advertisement
Sebenarnya, seperti apa sosok bos perusahaan investas raksasa dunia ini hingga banyak diperbincangkan?
Advertisement
Baca Juga
Mengutip Forbes, Senin (29/7/2019), Masayoshi Son adalah orang terkaya kedua di Jepang dengan total aset senilai USD 25,1 miliar alias Rp 251,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.025).
Perusahaannya, Softbank telah dikenal menyuntikkan dana ke berbagai startup, seperti Grab, Tokopedia, hingga Uber.
Berasal dari Keluarga Kekurangan
Yang menarik, ternyata miliarder ini bukan berasal dari keluarga berada. Son adalah pria keturunan Korea yang lahir di Jepang dengan keadaan miskin. Keluarganya bekerja sebagai penambang batu bara sedangkan ayahnya menjual ikan dan mengurus peternakan babi.
Meski begitu, Son dikenal sebagai anak yang 'nekat', dalam artian berambisi kuat untuk mewujudkan mimpinya. Dia pernah nekat datang ke Tokyo untuk bertemu idolnya, Den Fujita, pendiri McDonald's Jepang, meski mendapat penolakan berkali-kali dari asisten Fujita.
Setelah itu, Son kemudian kuliah di University of California, Berkeley tahun 1976. Saat itu, dirinya tengah memikirkan rencana bisnis yang prospektif di masa depan. Dia kemudian memutuskan ingin menjadi distributor software PC (perangkat lunak personal computer). Meski saat itu software belum terkenal, dia yakin di masa depan hal itu akan jadi tren.
Akhirnya, dia membuka bisnis jalur distribusi agar pencipta software bisa menjual produk mereka.
Advertisement
Membuat Aplikasi Penerjemah Multibahasa
Hal pertama yang dia lakukan adalah membuat aplikasi penerjemah 8 bahasa. Produknya kemudian dibeli Sharp Corporation dengan nilai USD 1 juta.
Setahun setelah selesai kuliah, Son mendirikan Softbank dengan bantuan 2 orang pekerja part time, dengan pendanaan USD 80 ribu yang dia sisihkan dari kontraknya dengan Sharp.
Dia dengan gigih memaparkan idenya, hingga Softbank berhasil mendapat pendanaan sampai USD 750 ribu, yang di era 1980-an tentu nilai yang besar.
Ternyata, karena kagum terhadap visi dan kemampuan bisnis Son, wakil direktur utama Sharp menawarkan diri sebagai penyedia jaminan (private guarantor) untuk bisnis Son.
Akhirnya, berbekal jaminan tersebut, Softbank berhasil mengembangkan jaringan distribusinya hingga sekarang memiliki kapitalisasi pasar senilai USD 90,07 miliar. Bahkan, perusahaan ini masuk ke dalam daftar Forbes Global 2000 di posisi ke-62 sebagai emiten terbesar di dunia.