Masuk Musim Kemarau, Cabai dan Bawang Bakal Sumbang Inflasi

Namun Menko Perekonomian Darmin Nasution memastikan untuk bahan pangan seperti beras tidak akan berpengaruh besar terhadap musim kemarau.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Agu 2019, 17:45 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2019, 17:45 WIB
Harga Cabai di Pasar Induk Kramat Jati
Pedagang cabai menggelar dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (8/7/2019). Harga cabai di pasar itu mengalami kenaikan dikarenakan berkurangnya pasokan dari petani akibat musim kemarau yang menyebabkan menurunnya jumlah produksi. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution menyebut ada beberapa komoditas yang dikhawatirkan akan berdampak pada musim kemarau mendatang. Komoditas seperti cabai dan bawang menjadi salah satu yang kemungkinan besar akan berdampak dan menyebabkan terjadinya inflasi.

"Sebenernya yang mungkin harus diperhatikan lebih yang bumbu-bumbuan itu, cabai dan bawang, karena kita belum menemukan solusi yang sifatnya agak permanen," katanya saaat ditemui di Kantronya, Jakarta, Kamis (1/8).

 

Menko Darmin mengaku tak masalah apabila dua komponen tersebut masa tanamnya tumbuh di bulan April dan Mei 2019. Justru yang menjadi kekhawatiran adalah apabila komoditas tersebut baru ditanam, kemudian langsung menghadapi musim kemarau.

"Persoalannya kalau baru nanem baru kemarau nah itu, kecuali kalau irigasinya ada," imbuhnya.

Kendati demikian, Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut memastikan untuk bahan pangan seperti beras tidak akan berpengaruh besar terhadap musim kemarau. Sebab, jumlah stok yang dimiliki oleh Perum Bulog masih bisa menutupi.

"Kalau beras mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan karena stok kita masih banyak," pungkasnya.

Di tempat tepisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto menambahkan adanya musim kemarau panjang sebetulnya sudah diantisipasi oleh pemerintah. Di mana, untuk bahan makanan seperti beras, Perum Bulog sendiri sudah melakukan penyerapan di tingkat petani.

"Tetap kita mewaspadai tapi kalau bahan makanan tidak begitu masalah. Kita akan jauh lebih siap kita tidak berharap akan berdampak," pungkasnya.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Cabai Tembus Rp 100 Ribu, Mentan Klaim Produksi Masih Aman

Ilustrasi Cabai
Ilustrasi cabai (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Kenaikan harga cabai di beberapa wilayah di Indonesia semakin tajam. Jika sebelumnya cabai bisa dijangkau di angka Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram, maka kali ini, masyarakat harus merogoh kocek hingga Rp 100 ribu per kilogram.

Berbagai faktor disinyalir menjadi penyebab meroketnya harga komoditas ini, namun Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengklaim produksi cabai masih aman.

"Produksi cabai aman, yang penting terpenuhi," ujar Amran singkat kepada Liputan6.com di Palangka Raya, Kamis (18/7/2019).

Sebelumnya, dalam beberapa pantauan pasar Liputan6.com dilaporkan kenaikan cabai yang drastis membuat pedagang dan pembeli terkejut, terutama bagi pemilik warung makan.

Beberapa pedagang mengeluhkan sepinya pembeli, namun sisanya yakin harga akan kembali normal ketika musim panen raya tiba. Sementara, pembeli kini beralih ke cabai kering sebagai alternatif pengganti cabai merah segar.  

Harga Cabai Meroket di Pasar Tradisional, Kok Bisa?

Harga cabai rawit kembali meroket di pasar tradisional di ibu kota Jakarta. Bila sebelumnya harga cabai masih di kisaran Rp 40 ribu, sekarang sudah menembus Rp 70 ribu per kilogram (kg).

"(Harga) cabai masih tinggi, pasokannya kurang. Kurang pasokannya jadinya begini harganya," jelas Sofyan (39) kepada Liputan6.com, Senin (8/7/2019) di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat.

Harga cabai rawit merah di lapaknya adalah Rp 70 ribu per kg, sama dengan harga cabai keriting merah. Sementara, harga cabai keriting hijau dan rawit hijau lebih murah.

"Cabai hijau keriting Rp 36 ribu per kg. Rawit hijau Rp 55 ribu per kg agak mendingan enggak terlalu mahal," jelasnya.

Meski ada pembeli yang jadi enggan membeli cabai, Sofyan mengaku tak bisa menurunkan harga, sebab itu akan menyulitkannya untuk belanja cabai dari pemasok.

"Entar kalau jual murah, entar enggak bisa belanja. Berat juga (bagi pembeli) kalau mahal. Enak mah kalau murah-murah, stabil," ucapnya.

Penjual lain, Partini (36), menjual cabai rawit merah dan hijau dengan kisaran harga sama, yakni Rp 70 ribu per kg. Cabai merah keriting dijual sedikit lebih mahal yakni Rp 80 ribu per kg.

Ia berkata pelanggan tetap membeli dengan porsi lebih kecil. "Tetap dibeli, cuman dikurangin doang. Jual setengab kilo atau seperempat, beli se-ons juga boleh," ujarnya.   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya