Impor Baja Tak Terbendung, Laba Krakatau Steel Merosot 76,1 Persen

Kinerja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk tak terlalu membanggakan hingga Semester I 2019

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 03 Agu 2019, 12:09 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2019, 12:09 WIB
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim. (Liputan6.com/JohanTallo)
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Kinerja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk belum terlalu membanggakan hingga Semester I 2019. Hal ini dibuktikan dari pendapatan perusahaan yang mengalami penurunan jika daibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY).

Pendapatan Perseroan turun sebesar 17,82 persen menjadi USD702,05 juta dibanding periode yang sama tahun lalu. Selain itu, kondisi yang menantang ini juga menggerus laba kotor Perseroan sebesar 76,11 persen atau menjadi USD 23,98 juta YoY.

Sepanjang Semester I 2019, Perseroan berhasil meningkatkan penjualan untuk produk HRC (Hot Rolled Coil) dan Pipa baja dari periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 5,52 persen dan 18,63 persen menjadi 608.493 ton dan 46.949 ton. Namun demikian, total keseluruhan penjualan menurun 16,78 persen menjadi 870.995 ton untuk periode yang sama dengan tahun 2018.

Hal ini disebabkan oleh menurunnya penjualan pada produk baja lainnya seperti Cold Rolled Steel, Wire Rod, Bars & Section yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 47,44 persen, 77,62 persen, 39,44 persen, 44,82 persen.

Penurunan penjualan terbesar terjadi pada produk wire rod menjadi 12.279 ton dari yang sebelumnya 54.858 ton di semester 1 tahun lalu.

"Maraknya baja impor dengan praktik unfair trade menjadi salah satu penyebab utama tidak terserapnya produk baja untuk infrastruktur tersebut," kata Corporate Secretary Krakatau Steel Pria Utama dalam keterangannya, Sabtu (3/8/2019).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kinerja Anak Usaha

Krakatau Steel
(Foto: Krakatau Steel)

Sementara untuk kinerja anak usaha, penyedia jasa di bidang kepelabuhanan, air industri, dan energi serta kawasan industri dan properti memiliki capaian kinerja yang cukup baik.

Khusus untuk PT Krakatau Bandar Samudera, anak usaha di bidang kepelabuhanan mencatatkan peningkatan laba sebesar 17,99 persen menjadi sebesar USD7.888 ribu dari yang sebelumnya USD6.685 ribu pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara untuk PT Krakatau Tirta Industri, PT Krakatau Daya Listrik, dan PT Krakatau Industrial Estate Cilegon juga membukukan laba masing-masing sebesar USD5.149 ribu, USD1.863 ribu, dan USD371 ribu.

PT Krakatau Bandar Samudera sebagai operator Pelabuhan Cigading di Cilegon, Banten telah menyelesaikan dua dermaga baru yaitu dermaga 7.1 dan 7.2 dengan kapasitas 3,5 juta ton, sehingga total kapasitas bongkar muat Pelabuhan Cigading menjadi 25 juta ton per tahun. Hal tersebut menjadikan Pelabuhan Cigading sebagai pelabuhan curah kering terbesar di Indonesia Saat ini KTI mampu menyuplai kebutuhan air industri sebesar 2400 liter per second (lps).

 

Sinergi Anak Usaha

PGN
Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (PTKS) mendatangani nota kesepahaman, Kamis, (20/6/2019)

Pada bulan Juni lalu, KTI bersinergi PT Chandra Asri Petrochemical akan menjalankanproyek pengolahan air laut terbesar di Indonesia karena memiliki kapasitas produksi sebesar 800 – 1000 lps.

Selain di wilayah Banten, PT KTI juga telah berekspansi ke wilayah Gresik, Jawa Timur, dengan memperoleh tender pembangunan dan pengoperasian Sistem Pengolahan Air Minum yang diadakan oleh PDAM Giri Tirta Gresik pada tahun 2018. Proyek ini akan memiliki kapasitas 1000 lps.

Sementara untuk rencana pengembangan kapasitas produksi baja, progres pembangunan fisik untuk pabrik Hot Strip Mill #2 telah mencapai 94,49 persen pada Juni 2019. Seiring dengan selesainya pembangunan HSM#2 ini pada Q2 2019, kapasitas pengerolan baja untuk produk HRC meningkat menjadi 3,9 juta ton per tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya