Liputan6.com, Jakarta Iklan digital Indonesia ternyata yang terbesar nomor dua di Asia Tenggara. Menurut laporan Integral Ad Science (IAS), pengeluaran untuk iklan digital di Indonesia akan mencapai USD 639 juta atau Rp 9 triliun (USD 1 = Rp 14.214) pada 2019.
Akan tetapi, pengeluaran iklan digital itu terancam oleh kehadiran sampah digital berupa penipuan iklan (ad fraud), yakni ketika iklan mereka malah muncul di situs abal-abal.
Situs demikian sengaja dirancang dengan menampilkan pengunjung atau engagement palsu agar pemilknya mendulang untung lewat iklan digital.
Advertisement
Otomatis pihak perusahaan atau brand menjadi rugi. Pasalnya, iklan milik perusahaan tak akan mencapai target meski uang iklan sudah digelontorkan.
"Itu menjadikan pasar khawatir untuk berinvestasi secara digital," ujar Laura Quigley, Managing Director IAS di Asia Tenggara pada Kamis (8/8/2019) di Jakarta.
Baca Juga
Laura berkata hanya 43 persen dari pasar yang menyadari adanya ad fraud. Kerugian iklan digital Indonesia tahun ini mencapai USD 120 juta (Rp 1,7 triliun).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dilakukan Dua Cara
Pembelian iklan sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara programmatic (otomatis ke situs-situs melalui software) dan publisher direct (pihak perusahaan langsung mengurus dengan situs tujuan). Iklan secara programmatic itulah yang membawa potensi ad fraud.
Masalah lain dari programmatic adalah brand safety. Itu terjadi ketika iklan perusahaan muncul di situs-situs bermuatan negatif atau tidak cocok dengan target situs tersebut. Misalnya, iklan susu bayi muncul di situs dewasa.
Meski ada risiko di iklan secara programmatic, Laura masih menyarankan menggunakan metode itu. Syaratnya lakukan lewat publisher iklan yang terpercaya. "Saya menyarankan dua-duanya dilakukan, karena ada publisher yang juga menyediakan programmatic," jelas Laura.
Advertisement
PM Baru Inggris Siapkan Proyek Iklan Senilai Rp 1,7 Triliun
Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson, menyiapkan proyek iklan untuk menunjang perceraian Inggris dan Uni Eropa, alias Brexit. Proyek iklan ini akan mencapai 100 juta pound sterling atau Rp 1,7 triliun (1 pound sterling = Rp 17.337).
Dikutip dari The Telegraph, Selasa (30/7/2019), Johnson telah memerintahkan kabinetnya untuk habis-habisan mendorong Brexit yang ditargetkan terjadi pada 31 Oktober mendatang. Iklan Rp 1,7 triliun itu akan digencarkan pada tiga bulan ke depan dan tayang di billboard, radio, dan televisi.
Persiapan Johnson untuk memimpin Inggris keluar dari Uni Eropa sudah bagaikan peperangan. Briefing saja dilakukan di ruang Cobra pada kantor kabinet yang lazimnya dipakai saat darurat nasional.
Menteri Perdagagangan Internasional Inggris, Liz Truss, juga sudah mulai meluncurkan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) sebelum Inggris meninggalkan Uni Eropa pada 31 Oktober. Presiden Donald Trump juga mendukung terjadinya Brexit.
Chancellor of the Exchequer atau Menteri Keuangan Sajid Javid juga menyiapkan ekstra 1 miliar pound sterling (Rp 17,3 triliun) dalam persiapan Brexit. Sejumlah dana tersebut juga akan masuk ke iklan untuk publik.
Boris Johnson lebih tegas terhadap Brexit ketimbang pendahulunya, Theresa May. Pemerintahan Inggris saat ini juga bersiap untuk kemungkinan terburuk, yakni Brexit tanpa kesepakatan bersama Uni Eropa (no-deal Brexit).
"Kami sedang melakukan turbo-charging untuk persiapan no deal dan itu sekarang prioritas nomor satu Pemerintah," ujar Rishi Sunak, Kepala Sekretaris Kementerian Keuangan.