Liputan6.com, Jakarta - Reed Hastings yang merupakan CEO Netflix menunjukkan kepercayaan dirinya dan tidak khawatir dengan masukanya pesaing baru ke dalam industri streaming. Topik "perang streaming" menjadi perbincangan hangat di dunia hiburan.
Untuk diketahui, saat ini Disney, NBC, dan WarnerMedia tengah mempersiapkan diri untuk meluncurkan layanan streaming mandiri keluaran mereka. Para analisis mempertanyakan seberapa besar Netflix dapat bertahan?
Dikutip dari CNBC, Jumat (9/8/2019), Hastings mengatakan perang streaming adalah hal yang baik. "Keuntungan memiliki sesuatu yang menarik seperti 'perang streaming' adalah hal yang menarik. Sebab lebih banyak konsumen beralih dari TV linear ke TV streaming."
Advertisement
Baca Juga
Laporan kuartal kedua pada hari Rabu menunjukan saham Netflix turun lebih dari 10 persen karena Netflix mengungkapkan penambahan pelanggan hanya sebesar 2.7 juta pelanggan. Angka tersebut jauh di bawah target 5 juta pelanggan.
Meski demikian, Netflix memperkirakan tambahan 7 juta pelanggan untuk kuartal berikutnya.
Netflix mengaku akan segera kehilangan dua acara populernya yaitu The Office dan Friends. Walau pendapatan yang dihasilkan Netflix terbilang besar, Netflix mengaku tidak memiliki program acara yang mahal dan kemungkinan akan mengeluarkan konten aslinya sendiri ketimbang mengambil program acara di luar Netflix.
Tetapi hal tersebut tidak membuat semangat Hastings menurun "Saya pikir semua orang akan berlangganan berbagai platform. Saya yakin sebagian besar karyawan Netflix adalah pelanggan HBO. Kami menyukai konten yang mereka lakukan dan itu mendorong kami untuk ingin menjadi lebih baik." Jelas dia.
Hatings menambahkan bahwan persaingan sebenarnya menumbuhkan industri jadi seharusnya persaingan ini akan membuat lebih baik.
Reporter: Chrismonica
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Netflix Janjikan Pengalaman Menonton Terbaik untuk Semua Perangkat
Netflix tak dimungkiri telah menjadi salah satu aplikasi populer di Indonesia. Untuk itu, perusahaan asal Amerika Serikat itu pun berusaha agar dapat memberikan layanan terbaik.
Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah kecepatan internet di Indonesia. Seperti diketahui, kecepatan internet di Indonesia belum secepat sejumlah negara lain, sehingga Netflix mengembangkan sistem encoding anyar.
"Kami beriventasi banyak terutama di encoding untuk membuat pengalaman menonton di Indonesia kian baik dengan kondisi internet yang ada saat ini," tutur Director of Product Innovation Netflix, Ajay Arora saat berbicara dengan Tekno Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, dengan sistem encoding yang dimiliki Netlfix sekarang, konten dapat dimainkan hanya dengan kecepatan 215Kbps. Jadi, dengan 1GB saja, konsumen sudah dapat menonton satu musim Street Food Asia dan The Night Came for Us.
"Ini memang ditujukan untuk pengguna yang sensitif terhadap penggunaan data, seperti Indonesia," tutur Ajay menjelaskan. Dengan kata lain, konsumsi data juga lebih hemat, sebab Netflix menerapkan pintar per shot dalam sebuah konten.
Kembangkan UI yang Adaptif
Selain itu, Netflix juga mengembangkan teknologi user interface adaptif. Penarapan teknologi ini tidak lepas dari beragamnya perangkat yang digunakan para pelanggan Netflix.
"Kami tahu ada pelanggan dengan smartphone yang cukup apik, tapi ada juga yang baru memiliki smartphone dengan spesifikasi terbatas, baik dari memori atau RAM," ujarnya melanjutkan.
Oleh sebab itu, Netflix menghadirkan teknologi user interface adaptif. Teknologi ini memungkinkan aplikasi Netflix mengetahui spesifikasi perangkat yang memasangnya dan melakukan penyesuaian.
"Jadi aplikasi akan otomatis menyetel konten dalam kualitas Standar Definition (SD) saat ada di perangkat entry level dan menghadirkan konten lebih optimal. Sebab, kami ingin memberikan pengalaman terbaik tidak untuk segelintir perangkat saja, tapi seluruhnya," tuturnya mengakhiri pembicaraan.
Advertisement