Pedagang: Harga Cabai Naik karena Kemarau Panjang

Pedagang sayur menyebut kenaikkan harga cabai disebabkan faktor musim kemarau.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 09 Agu 2019, 14:32 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2019, 14:32 WIB
Harga Cabai di Pasar Induk Kramat Jati
Pedagang memperlihatkan dagangan cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (8/7/2019). Harga cabai merah besar di pasar tersebut naik mencapai Rp55 ribu per kg, sedangkan cabai rawit menjadi Rp50 ribu per kg dan cabai rawit hijau pada kisaran Rp 60 ribu per kg. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Pedagang sayur di Pasar Slipi menjelaskan bahwa kenaikkan komoditas cabai rawit merah dan keriting disebabkan oleh musim kemarau yang berlangsung. Kenaikkan harga cabai memang signifikan, yakni mencapai Rp 100 ribu per kilogram (kg).

"Harga cabai merah dan keriting sama, Rp 95 ribu - Rp 100 ribu per kilogram," ujar Sri Utami (56) ketika berbincang bersama Liputan6.com di Pasar Slipi, Jakarta Barat, pada Jumat (9/8/2019).

Harga cabai rawit hijau juga menjadi Rp 70 ribu per kg, itu menurut Sri juga karena faktor kemarau panjang bukan pemerintah. "Ada yang bilang karena pemerintah, padahal kemarau," jelas Sri.

Harga bawang merah dan bawang putih di tempat Sri terpantau stabil, yakni Rp 28 ribu per kg untuk bawang merah dan bawang putih seharga Rp 35 ribu, dan kating seharga Rp 45 ribu.

Pedagang lain di Pasar Slipi juga menyebut harga cabai sedang naik akibat kemarau, sementara bawang tetap stabil.

"Rawit merah Rp 100 ribu per kg, keriting merah Rp 80 ribu per kg. (Naik) karena memang kemarau, kemarin sebelum Idul Adha juga sudah mahal," ujar Trisno (32).

Cabai rawit hijau dijual oleh Trisno seharga Rp 80 ribu per kg. Harga bawang merah dan bawang putih pun terpantau stabil, yaitu Rp 30 ribu per kg untuk bawang merah dan Rp 35 ribu untuk bawang putih biasa dan kating.

Untuk sayuran, Sri Utami berkata harga komoditas tomat stabil yakni Rp 12 ribu per kg, tetapi harga timun dan kentang masing-masing naik Rp 3.000 dan Rp 2.000 dari pekar lalu menjadi Rp 15. ribu. Trisno pun menyebut harga sayur-mayur stabil dan hanya harga cabai yang terpantau naik.

"Harga Tomat Rp 10 ribu, kentang Rp 16 ribu. Sayur stabil, harga cabai doang (yang naik)," jelas Trisno.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Harga Cabai di Surabaya Tembus Rp 80 Ribu per Kg

Harga Cabai di Pasar Induk Kramat Jati
Pedagang cabai menggelar dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (8/7/2019). Harga cabai di pasar itu mengalami kenaikan dikarenakan berkurangnya pasokan dari petani akibat musim kemarau yang menyebabkan menurunnya jumlah produksi. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sebelumnya dilaporkan, harga cabai di beberapa pasar Kota Surabaya, Jawa Timur masih berada di kisaran Rp 70 ribu-Rp 80 ribu per kilogram (kg). Hal ini karena terlambatnya stok yang masuk ke pedagang dan tidak lagi memasuki musim panen.

"Saya sudah tidak beli cabai lagi, mahal soalnya, sehingga tidak mampu beli," ujar Sladi, salah satu pedagang Pasar Pacar Keling saat ditemui di Surabaya, seperti dilansir Antara, Selasa , 6 Agustus 2019. 

Pedagang lain di Pasar Pucang Anom Surabaya, Firda menuturkan, harga cabai di pasar itu berkisar Rp 70 ribu per kilogram. Kenaikan harga ini terjadi sejak 15 hari lalu.

Di Pasar Pacar Keling, harga cabai merah besar sekitar Rp 80 ribu per kg, cabai rawit dan cabai keriting Rp 60 ribu per kg, cabai kering Rp 40 ribu per kg. Sedangkan di Pasar Pucang Anom, cabai merah dan hijau besar Rp 70 ribu per kg, cabai kecil Rp 90 ribu per kg. Sementara itu, cabai di sejumlah pasar di Surabaya, rata-rata diambil dari Pasar Putra, Probolinggo.

Harga komoditas lain terpantau stabil, kecuali bawang putih naik menjadi Rp 60 ribu per kg dari harga awal Rp 25 ribu-Rp 40 ribu per kg. Sedangkan bawang merah stabil Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kg. Harga timun Rp 10 ribu per kg dan turun dari awalnya Rp 12 ribu-Rp 15 ribu per kg. Harga tomat Rp 5.000 per kg.


Cabai Rawit Kontribusi Terbesar Inflasi Juli 2019 di Surabaya, Ini Kata Ekonom

Harga Cabai di Pasar Induk Kramat Jati
Pedagang merapikan cabai dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (8/7/2019). Harga cabai di pasar itu mengalami kenaikan dikarenakan berkurangnya pasokan dari petani akibat musim kemarau yang menyebabkan menurunnya jumlah produksi. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Ekonom menilai, Pemerintah Kota Surabaya perlu mewaspadai faktor cuaca ke depan karena berpengaruh ke persediaan pangan terutama cabai dan bawang merah. Kewaspadaan ini perlu dilakukan meski inflasi Juli 2019 tercatat 0,11 persen di Surabaya.

Berdasarkan data BPS Surabaya, Jawa Timur, inflasi 0,11 persen pada Juli dipicu enam kelompok pengeluaran alami kenaikan harga dan satu kelompok alami penurunan harga. Komoditas yang beri sumbangan terbesar terjadinya inflasi di Surabaya pada Juli yaitu cabai rawit, emas perhiasan, daging ayam ras, tahu mentah dan udang basah.

Tercatat sumbangan inflasi terbesar yaitu cabai rawit 0,0671 persen, emas perhiasan 0,05 persen, daging ayam ras 0,02 persen, tahu mentah 0,01 persen dan udang basah sebesar 0,01 persen. 

Ekonom Indef, Bhima Yudhistira menuturkan, kontribusi cabai terhadap inflasi ke depan tergantung dari cuaca dan distribusi. Sebelumnya, kontribusi cabai rawit 0,0671 persen terhadap inflasi. Oleh karena itu, ada sejumlah langkah yang dilakukan untuk antisipasi harga pangan terutama cabai. Pertama, perlu peringatan sistem lebih awal yang perlu ditingkatkan apalagi teknologi sudah canggih sehingga pemantauan lebih mudah.

"Pendataan harga di tingkat petani dan konsumen gangguan distribusi perlu dilakukan secara rutin," ujar Bhima saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 6 Agustus 2019.

Kedua, kerja sama antar BUMD di daerah lain untuk memperlancar pasokan barang. Bhima mencontohkan, cabai banyak dipasok dari Jawa barat, BUMD Surabaya dan Cianjur bisa jalin kerja sama untuk pasok cabai.

Terkait inflasi Juli 2019 di Surabaya, Bhima menilai ada pengendalian dan pengawasan pasokan pangan di Surabaya membuat inflasi bahan makanan terkendali. Selain itu, sebagai kota utama di Jawa Timur, normalisasi inflasi di Surabaya cenderung lebih cepat.

"Jika di daerah lain harga baju atau sandang masih naik, penjual di Surabaya langsung lakukan diskon untuk cuci gudang. Otomatis harga jual lebih rendah. Respons penjual juga mempengaruhi inflasi," tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya