Garap Proyek Kilang, Pertamina Tambah Anggaran Belanja

Rencana awal modal belanja Pertamina tahun ini dianggarkan sebesar USD 4,2 juta, namun naik menjadi USD 4,5 juta.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Agu 2019, 11:30 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2019, 11:30 WIB
(Foto: Liputan6.com/Abelda Gunawan)
Kilang minyak Pertamina di Balikpapan

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) merubah Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2019, untuk menambah anggaran modal belanja (capital expenditure/capex) tahun ini hingga USD 300 juta.

Direktur Keuangan Pertamina Pahala N Mansury mengatakan, dalam rencana awal capex Pertamina tahun ini dianggarkan sebesar USD 4,2 juta. Namun dalam perkembanganya anggaran tersebut ditambah menjadi USD 4,5 juta.

"Yang kita revisi RKAP adalah terkait anggaran investasi. Kita ada tambahan USD 200-300 juta, estimasi kita 4,5 juta tahun ini," kata Pahala, di Jakarta, Rabu (14/8/2019).

Pahala mengungkapkan, tambahan anggaran Pertamina tersebut akan dialokasikan untuk proyek perbaikan dan peningkatan kapasitas (upgrading) kilang dalam program Refinery Development Master Plan (RDMP), terutama pada Kilang Balikpapan yang mulai berjalan pembangunan fisiknya.

"Kita punya anggaran investasi kita, terutama karena memang kita sudah agak lebih aktif di projek RDMP kilang kita khususnya di Balikpapan," tuturnya.

Terkait dengan kondisi pendapatan perusahaan, Pahala memperkirakan akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan penurunan harga minyak mentah di dalam negeri dan globalm

"Kalau Pendapatan tahun ini agak sedikit turun karena turunnya harga minyak, menyebabkan kita punya revenue agak turun sedikit juga tapi di sisi cost turunnya lebih besar," tuturnya.

Untuk diketahui, ada empat kilang yang masuk dalam Proyek RDMP, yaitu Balikapapan, Kalimantan Timur, di Balongan, Jawa Barat, Dumai Riau dan Cilacap, Jawa Tengah. Khusus Kilang Balikpapan, Pertamina sudah memulai persiapan fisik di lapangan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pemerintah Belum Beri Sanksi ke Pertamina karena Tumpahkan Minyak

Tumpahan Minyak Pertamina Cemari Perairan Muara Gembong
Oil spill yang telah membeku di sekitar tambak penangkap udang di perairan Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Pencemaran minyak ini menyebabkan hasil tangkapan nelayan setempat menurun dan merusak hutan bakau fi sekitar Muara Beting. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya mengaku, belum memikirkan sanksi yang tepat bagi PT Pertamina (Persero) soal tumpahan minyak yang terjadi di Karawang. Menurutnya, pemerintah masih melakukan kajian secara lengkap.

"Nanti dulu dong masa sudah mau langsung sanksi saja, makanya supaya jangan apa-apa main disanksi, dari awal dia harus sudah di guide, karena kan pemerintah harus menjaga semua," ujar Menteri Siti di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (5/8/2019).

Dia mengatakan, saat ini pemerintah sudah membentuk tim kecil untuk mengendalikan penyebaran tumpahan minyak Pertamina. Selain itu, KLHK bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggandeng pemerintah daerah memberi arahan kepada masyarakat mengurangi aktivitas di sekitaran tumpahan minyak.

"Hari pertama kejadian dirjen sudah langsung ikut. Saya minta langsung dipandu karena kan tidak boleh ada pencemaran kepada masyarakat. hari kedua Wamen Arcandra turun, beliau telepon saya, saya bilang anak-anak sudah di lapangan. saya membentuk tim kecil juga untuk mengikuti secara intern," jelasnya.

"Dirjen dan tim juga intensif komunikasi dengan pemda sehingga bisa menjaga rakyatnya jangan buat apa, atau boleh buat apa. Karena kalau salah sedikit itu bisa kebakaran dan bisa ada yang meninggal dan lain-lain," sambungnya.

Pertamina Klaim Tumpahan Minyak di Laut Karawang Berkurang

Sumur migas milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE), salah satu anak usaha PT Pertamina (Persero). (Dok PHE)
Sumur migas milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE), salah satu anak usaha PT Pertamina (Persero). (Dok PHE)

PT Pertamina (Persero) mengklaim jumlah tumpahan minyak akibat kebocoran gas sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) telah berkurang. Saat ini penanganan tumpahan terus dilakukan.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, saat ini jumlah tumpahan minyak sudah tinggal 10 persen dari tumpahan awal sekitar 3.000 barel per hari, sehingga yang tersisa hanya 300 barel per hari.

"Soal spill (tumpahan minya), 3.000 barel per hari, sekarang 10 persen saja," kata Nicke, di Jakarta, Kamis (1/8/2019).

‎Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu menambahkan, Pertamina sudah melakukan penghalauan aliran minyak agar tetap berada di perairan dekat dengan anjungan lepas pantai. Caranya dengan menyiapkan tujuh lapis alat penghadang aliran minyak.

"Kami sampaikan 7 lapis penanganan, layer 1 dipasang static oil boom (alat untuk menangani tumpahan minyak), untuk menahan tumpahan minyak tetap di anjungan. Ada beperapa oil boom yang ditarik dengan kapal untuk mengejar minyak. Layer 3 merupakan penanganan pengualangan yang kedua. Layer 5 daerah tanjung sedari dan MW area, kami melakukan proteksi dengan combat untuk memastikan tumpahan minyak yang mengalir dapat tertangkap," paparnya.

Menurut Dharmawan, ‎Pertamina juga sudah berupaya menutup sumur yang terdapat kebocoran gas untuk mengatasi tumpahan minyak dengan melakukan pengeboran. 

"Ada tiga struktur yang jadi fokus kita, di sinilah kita terjadi spill, Kedua, menara pemboran Soehana, jumat kemarin sudah melakukan drilling well (pengeboran sumur), itu adalah upaya untuk menutup spill yang mengalir," tandasnya.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya