Liputan6.com, Jakarta Petani di Kabupaten Lebak mengalami puso karena musim kemarau yang menyebabkan mereka gagal panen. Namun jika para petani ikut Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP), mereka tak perlu khawatir lagi terkait masalah sawah atau panen.Â
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, AUTP sangat penting bagi petani utamanya menghadapi musim kering seperti saat ini. Jadi sayang sekali jika petani tidak mau ikut dalam asuransi ini.
Baca Juga
"Preminya murah karena dapat subsidi dari pemerintah. Sayang sekali kalau petani tidak ikut karena jika mereka gagal panen, akan ada uang yang akan cair sebesar Rp6 juta per hektare. Ini akan sangat membantu petani," ujar Sarwo Edhy di depan para petani di Desa Haurgajruk, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten.
Advertisement
Mendapati banyak petani Lebak yang belum ikut AUTP, Sarwo meminta Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Dede Supriatna untuk rajin menyosialisasikan AUTP pada para petani.
"Tolong AUTP ini terus disosialisasikan kepada petani di sini karena sangat bermanfaat buat petani. Tolong ya Pak Kepala Dinas," kata Sarwo Edhy.
Terkait musim kemarau, selain program AUTP, Kementan melalui Ditjen PSP telah melakukan berbagai usaha dalam mengatasi kekeringan.
Upaya penanggulangan gagal panen akibat bencana kekeringan ini sebenarnya sudah dilakukan. Mulai dari menginformasikan pada para petani terkait iklim berdasar pantauan BMKG. Hingga memberikan rekomendasi budidaya tanaman, seperti penggunaan varietas toleran kekeringan.
Selain itu ditambahkannya, dengan meminta petani mengikuti pola tanam yang telah ditetapkan. Termasuk meminta petani untuk menggunakan pupuk organik. Sebab akan meningkatkan daya ikat air dalam tanah.
Sarwo Edhy mengatakan guna mencegah semakin luasnya lahan pertanian yang terkena kekeringan dan puso, pemerintah telah berkoordinasi dengan berbagai pihak. Pemerintah daerah dan TNI membantu memetakan kebutuhan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan pemanfaatan sumber air yang harus dibangun.
"Sekarang kami sudah banyak membangun sumber air. Baik itu sumur dangkal, embung, dan damparit. Kami juga telah melakukan program pompanisasi sehingga diharapkan kekeringan untuk tahun ini bisa teratasi," kata Sarwo Edhy.
Sementara itu ribuan hektare sawah di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, kekeringan akibat kemarau panjang yang berlangsung sejak Juni 2019 yang menyebabkan debit air irigasi menurun drastis.
Berdasarkan data di Posko Kekeringan Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, tercatat 2.247 hektare mengalami kekeringan. Dari total tersebut, sejumlah 1.538 hektare kategori ringan, 434 hektare kategori sedang dan sisanya 282 hektare berat. Sementara, angka tanam hingga Juli 2019 seluas 8.838 hektare.
Untuk lebih meningkatkan pelayanan dan sosialisasi AUTP kepada petani Lebak, Direktur Pembiayaan Kementan, Indah Megawati menyarankan agar Jasindo sebagai rekanan AUTP ini membuka anak cabang di Lebak.
"Salah satu alasannya, selama ini kan kantor cabangnya baru ada di Serang. Jadi memang cukup jauh. Saya rasa kalau ada anak cabang di Lebak akan lebih mudah baik sosialisasi maupun pelayanan," kata Indah.
Menurut Indah, jika petani atau kelompok tani yang di awal musim telah terdaftar dalam program AUTP bisa mengajukan klaim saat padinya puso atau gagal panen akibat bencana kekeringan.
"Saat ini baru untuk komoditas padi. Klaimnya sebesar Rp6 juta per hektare. Jadi sayang kalau petani di Lebak ini belum terdaftar dalam program AUTP ini," kata Indah.
Mengenai asuransi ini, lanjut Indah, untuk preminya dari Rp180 ribu sebanyak 20 persennya ditanggung petani. Jadi petani hanya membayar premi sebesar Rp36 ribu per hektare dan sisanya disubsidi pemerintah.
Â
(*)