KKP Hitung Kerugian Petambak Akibat Tumpahan Minyak Karawang

Korban dari tumpahan minyak diantaranya adalah para nelayan, petambak garam, dan usaha terkait penjualan ikan di sekitar pesisir Karawang.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Agu 2019, 20:30 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2019, 20:30 WIB
Tumpahan Minyak Pertamina Cemari Perairan Muara Gembong
Nelayan menunjukkan oil spill yang telah membeku di sekitar tambak penangkap udang di perairan Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Oil spill tersebut merupakan milik Pertamina Hulu Energi di blok migas ONWJ. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengaku sudah berkoordinasi dengan PT Pertamina (Persero) terkait dengan ganti rugi beberapa kawasan yang terdampak tumpahan minyak di perairan Karawang beberapa waktu lalu.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Brahmantya Satyamurti Poerwadi, mengatakan saat ini pihaknya telah menerjunkan tim khusus untuk menghitung kerugian untuk para petambak sekitar area tumpahan minyak. Pihaknya juga telah bekerja sama dengan lurah dan pemkab sekitar untuk melakukan pendataan.

"Kita turunkan tim dari KKP dan penyuluh KKP turun ke semua stakeholder dan saya juga akan push Pertamina bisa realisasikan tanggung jawab," kata dia saat ditemui di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (20/8).

Pihak KKP sendiri terus melakukan pendampingan kepada Pertamina untuk bertanggungjawab atas kerugian beberapa daerah yang terdampak. Oleh karenanya, cakupan wilayah yang dilakukan oleh pihaknya tidak di Karawang saja, melainkan hingga ke Pulau Seribu.

"Jadi KKP turunkan tim biar tidak salah hitung, kemarin kan press conference Bu Menteri (Susi Pudjiastuti) untuk dikejar sampai kapan pun dan Pertamina pastikan at in the cost," kata dia.

Akibat kejadian tumpahan minyak tersebut, kata dia, beberapa menjadi korban diantaranya adalah para nelayan, petambak garam, dan usaha terkait penjualan ikan di sekitar pesisir tersebut.

Sebelumnya, PT Pertamina Hulu Energi (Persero) berjanji akan menyalurkan kompensasi atas insiden tumpahan minyak yang terjadi di perairan Karawang. Kompensasi akan disalurkan mulai pekan depan dan tim pendataan sudah terjun di tiga provinsi, yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.

Ketua Tim 1 Penanganan Dampak Eksternal Pertamina, Rifky Effendi, menyebut tim pendataan baru disebar pada Rabu, 14 Agustus 2019, kemarin. Pada Jumat besok, ditargetkan sekitar 60-70 persen data bisa terkumpul, dan selesai pekan ini.

"Kita harapkan pendataan selesai minggu ini. Minggu depan menyalurkan kompensasi kepada masyarakat terdampak, kami tidak ingin livelihood masyarakat terganggu," ujar Rifky dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (15/8).

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Setiap Hari, Pertamina Angkat 400 Barel Tumpahan Minyak di Laut Karawang

Tumpahan Minyak Pertamina Cemari Perairan Muara Gembong
Oil spill yang telah membeku di sekitar tambak penangkap udang di perairan Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Pencemaran minyak ini menyebabkan hasil tangkapan nelayan setempat menurun dan merusak hutan bakau fi sekitar Muara Beting. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

PT Pertamina Hulu Energi mengklaim berhasil mengangkut tumpahan minyak di sekitar anjungan yang bocor di perairan Karawang, Jawa Barat. Tingkat pengangkatan antara 300-500 barel per hari dengan jumlah median 400 barel.

"Sampai saat ini volume yang sudah berhasil di-recover dari laut sekitar 6.390 barel. Dalam progress spill di laut, kita harus me-manage atau mengelola pengendalian spill sebesar-besarnya selama dia masih ada di laut," jelas Direktur PT Pertamina Hulu Energi, Dharmawan Samsu, dalam konferensi pers pada Kamis (15/8/2019) di Jakarta.

Kedalaman mud line sedalam 2.765 meter. Terkini, Pertamina sudah berhasil mencapai kedalaman 1.680 meter dalam upaya pengeboran menutup sumur secara permanen (relief well).

Static oil boom milik Pertamina juga kini mengelilingi anjungan yang bocor dan dibantu kapal skimmer yang memompa tumpahan minyak dari static oil boom untuk kemudian dibawa ke kontainer tempat penampungan sementara.

Dharmawan menjelaskan bahwa Pertamina turut melakukan inovasi engineering untuk mengurangi dampak bocoran, yakni dengan menyiagakan dua kapal di kanan dan kiri anjungan yang bocor. Kedua kapal itu dihubungkan dengan tali untuk menarik-ulur sebuah kontainer yang menampung bocoran.

Bila kontainer sudah penuh dengan bocoran minyak, maka salah satu kapal akan menariknya. Setelah itu, tumpahan minyak akan diambil oleh kapal penampung lain yang bersiaga. Dharmawan menyebut itu bisa mengurangi kebocoran ke laut.

Sementara itu, pengangkutan dari kantong-kantong tanah atau pasir yang terkena minyak dan dibawa ke lokasi penampungan penanganan limbah telah mencapai berat sekitar 7.000 ton.

"Ini menunjukan kami sudah serius dalam memasikan ada spill yang mendarat di pantai langsung membersihkan dengan seketika dengan sumber daya di lapangan," tegas Dharmawan.

Target penanggulangan tumpahan minyak ini diperkirakan berlangsung hingga September mendatang. Itu kemudian diikuti tahap pemulihan seperti mengurus dampak sosial dan lingkungan pada Oktober 2019 hingga Maret 2010.  

Atasi Tumpahan Minyak di Karawang, Pertamina Terjunkan 1.500 Personil

Tumpahan Minyak Pertamina Cemari Perairan Muara Gembong
Pegawai Pertamina melintas di depan tumpukkan karung berisi limbah tumpahan minyak (oil spill) di Pantai Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Oil spill akibat kebocoran terjadi di sumur lepas pantai YYA1 Karawang. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Hulu Energi Offshore North Java (PHE-ONWJ) terus memperkuat personil dan peralatan guna membersihkan tumpahan minyak (oil spill) di Pantai Karawang. Saat ini, lebih dari 1.500 lebih personil beserta peralatannya diterjunkan untuk mengatasi tumpahan minyak tersebut.

Selain itu Pertamina juga mendapat dukungan dari warga sekitar area terdampak, turut terlibat sebanyak 87 personil TNI yang bekerjasama menangani tumpahan minyak di sepanjang pantai terdampak di wilayah Karawang. Sejumlah perlengkapan dan peralatan penghadang tumpahan minyak dipasang di pesisir dan muara sungai untuk mencegah meluasnya tumpahan minyak di perairan dan aliran sungai.

VP Relation Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya menjelaskan, warga yang terlibat dalam aksi pembersihan tumpahan minyak ini adalah tenaga pendukung yang melakukan aksi permbersihan atas dasar keinginan sendiri.

Tenaga pendukung tersebut merupakan warga setempat yang sehari-harinya hidup dan tinggal di kawasan itu. Mereka dilengkapi dengan perlengkapan yang sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan pembersihan tumpahan minyak.

"Nelayan yang umumnya sedang tidak melaut sangat antusias membantu penanganan di pantai. Kami menyambut niat baik mereka dan menyiapkan perlengkapan yang sesuai standar HSSE. Mereka juga dicek kesehatannya oleh tim medis yang kita siapkan," ungkap Ifki, Jumat (9/8/2019). 

Selain warga, lanjut Ifki, anggota TNI yang terlibat aktif membersihkan oil spill juga terbagi dalam beberapa regu yang berkoordinasi dengan tim Pertamina dan tenaga pendukung lainnya. Meski menggunakan seragam TNI, anggota TNI yang turun lapangan juga harus mengenakan perlengkapan keamanan dan keselamatan pembersihan tumpahan minyak.

Menurutnya, untuk memaksimalkan upaya penghentian penyebaran tumpahan minyak  yang terlepas dari penghadangan di laut, PHE ONWJ telah memasang ratusan meter fishnet di pantai terdampak dan 2.700 meter oil bom yang tersebar di muara sungai.

"Peralatan ini dapat mengisolir sebaran tumpahan minyak di atas permukaan dan menghambat pergerakannya masuk ke dalam aliran sungai. Sehingga pencemaran perairan dan sungai dapat dikendalikan dan kehidupan biota laut dan sungai dapat diselamatkan," jelasnya.

Sementara untuk menjaga kesehatan warga di perairan terdampak, ia menyebutkan, PHE ONWJ juga mendirikan Pos Kesehatan di area terdampak. PHE ONWJ telah bersinergi dengan Pertamedika dengan mengirimkan 5 ambulance, 5 dokter dan 35 paramedis yang disebar di 5 Posko Kesehatan.

"Selain dokter dan perawat, PHE ONWJ dan Pertamedika juga menyiagakan ambulance emergency yang dilengkapi dengan AED (Automated External Defibrillator) atau alat defibrilasi jantung otomatis. Selain untuk mengecek dan menjaga kesehatan tenaga pendukung yang terlibat dalam aksi pembersihan pantai. Tidak hanya itu, Posko Kesehatan ini juga diperuntukkan bagi warga yang merasa ada keluhan dengan kesehatannya," tuturnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya