Liputan6.com, Jakarta PT Sarinah (Persero) berencana merevitalisasi aset yang dimiliki. Dalam waktu dekat, perseroan bakal merenovasi gedung lama dan membangun gedung baru.
Direktur Utama Sarinah GNP Sugiarta Yasa mengatakan, renovasi dan pembangunan gedung baru tersebut akan memakan dana sebesar Rp 1,8 triliun.
"Insya Allah pembangunannya dimulai Januari 2020, di lahan seluas 1,7 hektare," ungkap Ngurah usai acara Ngopi BUMN di Jakarta, Selasa (27/08/2019).
Advertisement
Rincian penyertaan modal dalam proyek ini ialah 55 persen dari Sarinah, 25 persen dari PT Wijaya Karya (WIKA) dan 20 persen dari PT Pembangunan Perumahan (PP).
Baca Juga
Untuk menjalankan proyek tersebut, Sarinahakan menggunakan dana pinjaman dari perbankan serta kas internal (self-funding). Ngurah mengatakan jika proyek ini selesai, Sarinah akan memiliki aset senilai Rp 1,5 triliun hingga Rp 1,6 triliun.
"Saat ini, aset Sarinah nilainya sekitar Rp 400 miliar, jadi kalau gedung baru sudah jadi, asetnya bisa naik 4 kali lipat," tuturnya.
Rencananya, gedung baru akan memiliki 41 lantai dengan 3 basement dan menjadi tempat untuk perkantoran, ritel makanan (food and beverage), hotel lengkap dengan fasilitasnya dan apartemen.
Sementara, pembangunan gedung baru Sarinah ini diprediksi akan memakan waktu hingga 30 bulan atau sekitar 2,5 tahun terhitung sejak Januari 2020.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gara-Gara Aksi 22 Mei, Pendapatan Sarinah Turun
PT Sarinah (Persero) beberkan kinerja keuangan semester pertama tahun 2019. Direktur Utama Sarinah GNP Sugiarta Yasa (Ngurah) menyatakan, Sarinah hanya bisa meraup pendapatan sebesar Rp 208 miliar saja atau sekitar 49 persen dari target sebesar Rp 443 miliar.
Jumlah ini juga lebih kecil dari realisasi pencapaian penjualan di kuartal yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 412 miliar.
"Secara umum, kami mengakui kinerja keuangan semester pertama menurun karena ada beberapa sebab," tuturnya dalam acara Ngopi BUMN di Jakarta, Selasa (27/08/2019).Â
BACA JUGA
Ngurah menjelaskan, alasan penurunan pendapatan ini sebagian besar karena adanya aksi demonstrasi 22 Mei lalu. Aksi yang diwarnai kericuhan hingga sempat membuat logo Sarinahberubah jadi Inah (karena beberapa huruf rusak oleh massa) memaksa toko retail tutup selama 5 hari.
"Padahal, masa-masa itu peak season kami. Menjelang puasa, Lebaran, banyak yang menjadi pakaian dan aksesoris untuk hari raya, tapi kami terpaksa tutup," ucapnya.
Advertisement
Tetap Optimistis di Semester 2
Sebelumnya, Ngurah mengakui aksi demonstrasi membuat retail rugi Rp 400 hingga Rp 500 miliar. Namun dirinya berharap di semester ke-2, pendapatan perseroan akan semakin baik seiring dengan inovasi bisnis yang tengah dilakukan, seperti menggenjot bisnis kanvas dan memaksimalkan ekspor.
Adapun rincian kontribusi tiap sumber pendapatan Sarinah antara lain retail sebesar 16 persen, properti 17 persen, perdagangan 8 persen dan Sari Valas (bisnis tukar uang Sarinah) sebesar 59 persen, terbesar bahkan dibanding kontribusi ritel dan perdagangan sendiri.Â