Bisnis Seragam Jadi Penyelamat Sarinah Saat Ritel Lesu

Diantara BUMN yang bekerja sama dengan Sarinah, terdapat nama Garuda dan Citilink.

oleh Athika Rahma diperbarui 27 Agu 2019, 20:45 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2019, 20:45 WIB
Dirut Sarinah paparkan kinerja perusahaan
Dirut Sarinah paparkan kinerja perusahaan (dok: Athika Rahma)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan, sektor ritel Indonesia mengalami kelesuan akibat adanya perubahan pola konsumsi masyarakat. Menyiasati hal tersebut, PT Sarinah (Persero) telah menyiapkan beberapa sektor alternatif untuk mendukung kinerja perseroan agar tetap prima. Salah satunya dengan mengembangkan bisnis kanvas.

"Bisnis canvasing ini jadi kita sinergi dengan BUMN lain, kami memproduksi pakaian dan seragam karyawan BUMN," jelas Direktur Utama GNP Sugiarta Yasa (Ngurah) di Jakarta, Selasa (27/08/2019).

Tidak hanya itu, Sarinah juga turut mendesain seragam karyawan tersebut, khususnya dalam motif batik. Hingga saat ini, sudah ada ratusan BUMN yang bekerjasama dengan Sarinah dalam pembuatan seragam ini.

"Karena ritel kita sedang turbulence, jadi kita cari quick win, bagaimana cara meraup pendapatan yang perputarannya cepat, dan bisnis kanvassing ini menutup ritel yang sedang lesu," tambah Direktur Ritel Sarinah, Lies Permana Lestari.

Diantara BUMN yang bekerja sama dengan Sarinah, terdapat nama Garuda dan Citilink. Lies menyatakan, saat ini pihaknya tengah memproses seragam pegawai dan pramugari/pramugara Citilink. Sementara untuk Garuda masih proses penawaran (bidding) dan desain seragamnya tidak dibuatkan oleh Sarinah.

Soal kontribusi ke perseroan, Ngurah menyatakan kerjasama BUMN menyumbang sekitar 40 persen pendapatan ke sektor ritel, sehingga dinilai sangat menguntungkan jika dikembangkan.

"Padahal awalnya tidak begitu serius, ternyata dampaknya positif juga. Kami memulai bisnis ini sudah 2 tahun, tapi baru diseriusi sekarang," ujar Ngurah.

Untuk inovasi pendongkrak kinerja lainnya, perusahaan sudah mencoba memanfaatkan story telling dari tiap produk unggulan Sarinah sendiri. Jadi, tiap produk punya asal usul yang menarik dan menjadi nilai lebih yang membedakannya dengan produk lain. Selain itu, Sarinah juga menjadi pendatang baru di kalangan e-commerce (Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Shopee, blanja.com dan Link Aja) untuk mendongkrak penjualan.

Gara-Gara Aksi 22 Mei, Pendapatan Sarinah Turun

Sisa Kericuhan 22 Mei
Seorang pria berdiri di depan gedung Sarinah, Jakarta, pascarusuh polisi dan massa, Kamis (23/5/2019). Kerusuhan di sekitar Bawaslu pada 22 Mei 2019 malam menyisakan kerusakan di berbagai titik, salah satu yang jadi korban adalah logo 'Sarinah' yang ikonik. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

PT Sarinah (Persero) beberkan kinerja keuangan semester pertama tahun 2019. Direktur Utama Sarinah GNP Sugiarta Yasa (Ngurah) menyatakan, Sarinah hanya bisa meraup pendapatan sebesar Rp 208 miliar saja atau sekitar 49 persen dari target sebesar Rp 443 miliar.

Jumlah ini juga lebih kecil dari realisasi pencapaian penjualan di kuartal yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 412 miliar.

"Secara umum, kami mengakui kinerja keuangan semester pertama menurun karena ada beberapa sebab," tuturnya dalam acara Ngopi BUMN di Jakarta, Selasa (27/08/2019).

Ngurah menjelaskan, alasan penurunan pendapatan ini sebagian besar karena adanya aksi demonstrasi 22 Mei lalu. Aksi yang diwarnai kericuhan hingga sempat membuat logo Sarinahberubah jadi Inah (karena beberapa huruf rusak oleh massa) memaksa toko retail tutup selama 5 hari.

"Padahal, masa-masa itu peak season kami. Menjelang puasa, Lebaran, banyak yang menjadi pakaian dan aksesoris untuk hari raya, tapi kami terpaksa tutup," ucapnya.

Sebelumnya, Ngurah mengakui aksi demonstrasi membuat retail rugi Rp 400 hingga Rp 500 miliar. Namun dirinya berharap di semester ke-2, pendapatan perseroan akan semakin baik seiring dengan inovasi bisnis yang tengah dilakukan, seperti menggenjot bisnis kanvas dan memaksimalkan ekspor.

Adapun rincian kontribusi tiap sumber pendapatan Sarinah antara lain retail sebesar 16 persen, properti 17 persen, perdagangan 8 persen dan Sari Valas (bisnis tukar uang Sarinah) sebesar 59 persen, terbesar bahkan dibanding kontribusi ritel dan perdagangan sendiri.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya