Hadapi Perlambatan Ekonomi, Pemerintah Harus Kurangi Defisit Transaksi Berjalan

Pemerintah harus meningkatkan arus modal asing ke dalam negeri

oleh Bawono Yadika diperbarui 06 Sep 2019, 11:40 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2019, 11:40 WIB
IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A Chavez bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara beberapa hari lalu. Pertemuan ini membahas kondisi perekonomian global.

Salah satu isu yang disoroti ialah pertumbuhan ekonomi global yang cenderung melambat serta dampaknya ke negara-negara kawasan Asia seperti Indonesia.

Dikutip dari bahan presentadi Bank Dunia, Jumat (6/9/2019), ekonomi global tengah melambat dan meningkatkan risiko resesi bagi sejumlah negara besar, tak terkecuali Amerika Serikat (AS) sendiri.

Tak hanya itu, perang dagang AS-China juga turut memperparah kondisi geopolitik dan pertumbuhan ekonomi global saat ini. Indonesia, terdampak signifikan akibat perlambatan ekonomi ini.

Pemerintah tidak hanya perlu mengurangi defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) untuk memitigasi ancaman perlambatan ekonomi global, tetapi juga perlu meningkatkan arus modal asing ke dalam negeri atau Foreign Direct Investment (FDI).

Bank Dunia memperkirakan CAD Indonesia di akhir 2019 sebesar USD 33 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar USD 31 miliar. Dengan pertumbuhan FDI Indonesia yang juga lesu, FDI Indonesia diperkirakan hanya tumbuh sebesar USD 22 miliar.

Sebab itu, Indonesia setidaknya dinilai membutuhkan USD 16 miliar per tahun aliran dana masuk atau pembiayaan eksternal untuk menutup gap defisit ini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Materi Presentasi

20170117- Sri Mulyani dan Rodrigo Chaves-Jakarta- Angga Yuniar
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves saat memberikan pemaparan dalam Indonesia Economic Quarterly, Jakarta, Selasa (17/1). Potensi bagi Indonesia untuk tumbuh secara inklusif memiliki peluang yang cukup besar.(Liputan6.com/Angga Y)

Saat dikonfirmasi, pihak Bank Dunia tidak membenarkan bahwa materi yang beredar merupakan laporan resmi yang dirilis World Bank. Itu merupakan bahan usulan yang disampailan ke Jokowi di Istana pada Senin (2/9).

"Itu bukan official report dari Kami, karena kami tidak pernah merilis dan kami pun tak bisa bertindak lebih terkait laporan yang sudah beredar," ujar pihak World Bank saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (6/9/2019).

"Itu bahan presentasi yang disampaikan kepada Presiden Jokowi dan merupakan bahan kompilasi. Kami menyayangkan jika sudah ada yang mengatasnamakan 'laporan resmi World Bank', karena itu bukan laporan, melainkan bahan presentasi semata," lanjut dia.

Adapun dalam materi ini juga diprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin tertekan sepanjang tahun di tengah perlambatan ekonomi global. Tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia juga disebabkan oleh lemahnya produktivitas dan pertumbuhan tenaga kerja yang melambat.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya